Foto di atas saya peroleh dari media sosial. Mengapa saya tertarik membagikan foto yang dicaption ini. Pertama saya tidak asing dengan tanaman kemangi. Tanaman perdu yang berdaun runcing dan beraroma khas. Tanaman ini diambil daunnya karena baunya yang sedap. Daun kemangi biasanya dikonsumsi dalam bentuk daun segar sebagai lalapan. Tetapi ada juga orang yang menyantap kemangi sebagai bagian dari olahan, misalnya dikukus dalam pepes ikan. Sebagai lalapan kemangi biasanya disajikan bersama timun dan kacang panjang mentah yang ranum.
Tanaman kemangi mudah tumbuh di mana saja dan dibudidayakan melalui bijinya yang kering. Biji kemangi dikenal dengan nama selasih. Bila biji kemangi kering ditabur di tanah yang subur, maka tanaman kemangi akan segera tumbuh. Relatif mudah membudidayakan kemangi.
Tapi dalam tulisan ini yang menarik bagi saya adalah caption yang ada difoto tersebut. Seorang perempuan mendapatkan omset puluhan juta dari kemangi. Bila tulisan ini benar adanya maka bagi saya sungguh mengagumkan, sekaligus membuka mata saya tentang sebuah fakta bahwa pintu rizki dapat terbuka melalui apa saja. Sesuatu yang tak terpikirkan oleh sebagian besar orang menjadi peluang bagi orang lain. Tentunya tidak semudah membalik telapan tangan ya, karena setiap proses itu membutuhkan effort. Dalam artikel itu, bu Siti sebagai tokoh sudah menyampaikan bahwa kuncinya adalah memulai, mempelajari teknik yang benar dan tidak menyerah. Jadi jelas sudah, keberhasilan tidak akan diraih hanya dengan ongkang-ongkang kaki, ya kan.
Yang lebih menarik lagi bagi saya adalah ketika artikel ini saya share ke beberapa teman, responnya beragam. Yang ini beda bahasan ya. Bukan tentang kemanginya atau tentang proses menanamnya tetapi tentang respon orang terhadap informasi. Ini lebih pada pola pikir dan pola sikap. Saya membagikan gambar yang sudah saya crop dan saya pastikan captionnya terbaca jelas. Salah satu netizen merespon dengan antusias. Bahkan terkesan ingin mengikuti jejak bu Siti. Secara, dia tinggal di desa dan memiliki lahan yang cukup bila ingin mengikuti jejak bu Siti. Ada juga netizen yang merespon hanya sebagai informmasi biasa, yang sudah umum dan tidak terlalu istimewa. Ah itu mah aku sudah tahu. Yang seperti itu juga di kampung ku sudah ada (disertai data lengkap petani kemangi di desanya). Begitu kira-kira yang terpikir di benaknya. Ada juga yang netizen lain yang meresponnya dengan emoticon saja. Bagaimana respon saya. Saya tertarik dengan artikel ini dan membacanya dengan tuntas. Selanjutnya saya sadar bahwa sesuatu yang sederhana bisa menjadi luar biasa di tangan orang yang luar biasa. Sayapun mulai berpikir apakah saya bisa meniru jejak bu Siti. Bila bisa, langkah apa yang harus saya lakukan untuk memulainya?
Kembali ke respon ya. Mengapa respon ini menarik bagi saya. Ya menarik sih. Sebagai seorang pendidik, fakta ini semakin menguatkan pemahaman saya bahwa satu informasi bisa menimbulkan berbagai persepsi bagi orang yang menerimanya. Saya membayangkan ketika saya sedang mendampingi siswa belajar. Belajar sesungguhnya adalah mengelola informasi. Proses belajar itu melalui tahapan-tahapan. Pertama adalah persiapan dan motivasi. Pada tahap ini orang yang akan belajar itu harus memiliki motivasi dan menyadari mengapa dia harus belajar. Tahap kedua adalah menerima informasi atau disebut input. Informasi tersebut diperoleh melalui indera. Melihat, mendengar, atau merasa. Termasuk didalamnya adalah dengan cara membaca, mengamati gambar atau menonton video. Informasi ini akan masuk ke memori jangka pendeknya. Tahap ketiga adalah tahap pemahaman atau proses. Pada tahap ini informasi diproses di memori kerjanya. Pembelajar mengaitkan informasi baru dengan informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Tahap keempat adalah tahap menyimpan. Pengetahuan baru yang diperolehnya akan disimpan dalam memori jangka panjangnya. Tahap kelima adalah tahap penerapan. Pada tahap ini pembelajar menerapkan pengetahuan yang diperolehkan dalam aksi nyata.
Bila menyimak tahapan belajar di atas maka bisa dipahami mengapa respon setiap orang berbeda dalam menyikapi sebuah informasi. Ada faktor yang mempengaruhinya. Pengetahuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya mempengaruhi bagaimana informasi itu diproses. Pemrosesan informasi ini menentukan seperti apa pengetahuan baru dihasilkan dan selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana seseorang mengambil keputusan dan menerapkannya.
Begitulah, tidak ada waktu yang terlewati tanpa kesempatan untuk belajar. Kembali pada kita apakah kita akan memanfaatkan kesempatan itu atau melewatkannya.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar