Selasa, 28 Agustus 2018

Orangtua vs Guru dalam Pendidikan Anak

Kenakalan remaja, penyimpangan perilaku sosial remaja bukan lagi berita basi. Hmampir setiap hari kita disuguhi berita berita seperti itu. Mulai dari tawuran sampai tindakan kriminal.

Kalau ingin tahu lebih banyak, masuklah ke sekolah. Terutama sekolah menengah. Di sana ada banyak catatan dari guru bimbingan konseling tentang kasus- kasus mereka.



Bila Anda mempunyai seorang anak, maka di sekolah seorang guru bisa memiliki seratus atau bahkan lebih. Tingkah dan perilaku mereka beragam karena mereka memang berasal dari keluarga dan lingkungan beragam.

Mereka berada di dalam satu ruangan, melakukan kegiatan bersama sama tetapi mereka tak bisa disatukan karena sesungguhnya setiap individu adalah unik.

Sinergi antara keluarga dan sekolah mutlak diperlukan untuk mendampingi remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

Hanya saja sinergitas itu bukan perkara mudah. Perbedaan ruang, jarak dan waktu membuat komunikasi antara orangtua dan sekolah tidak terjalin dengan baik.

Terlalu singkat waktu yang tersedia. Pertemuan antara keduanya mungkin hanya terjadi setahun dua kali yaitu ketika pembagian raport. Itupun pertemuan yang ala kadarnya. Tidak lebih dari setengah jam, itupun secara klasikal. Hanya saling bertukar salam saja.

Pandangan orangtua terhadap sekolah tidak terlalu menyenangkan. Bila orangtua datang ke sekolah paling paling hanya bayar tanggungan administrasi atau mempertanggungjawabkan perbuatan buruk anaknya.

Stigma ini membuat jarak antara keluarga dan sekolah menjadi semakin jauh. Tidak ada sinergi. Kurang komunikasi. Ketika anak anak lepas kontrol, semua terkaget kaget. Permasalahan lambat tertangani. Ibarat kanker tahu tahu sudah stadium 4.

Padahal hubungan yang terjalin baik antara orangtua dan sekolah sangat membantu dalam pemantauan anak. Bagi orangtua, serasa ada teman berbagi. Sedangkan bagi anak, akan merasa nyaman karena dimanapun  ia berada mendapat perlindungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...