Sabtu, 01 September 2018

Kerja Tim Euy



Salah satu item yang menjadi prioritas yang harus dimiliki oleh pencari kerja adalah : sanggup bekerja dalam Tim.

Ini kelihatannya mudah. Bukankah lebih ringan ketika tugas yang seharusnya dilakukan sendiri dilakukan bersama-sama. Bukankah itu artinya kita bisa membagi beban kepada orang lain?



Kelihatannya begitu. Tetapi faktanya? Oh Nanti dulu. Kalau setiap orang bisa melakukannya tentu bukan sesuatu yang penting untuk dipersyaratkan dalam rekrutmen tenaga kerja. Dengan kata lain, kemampuan bekerja dalam tim ini tidaklah sesederhana yang kita bayangkan.

Seringkali pekerjaan tidak bisa berjalan sesuai target, karena tim yang menangani tidak solid.  Tidak ada kepedulian, tidak ada komitmen dan tidak saling menghargai. Kalau seperti ini kondisinya, tentu target tak akan tercapai.

Jenis pekerjaannya mungkin sederhana. Simple. Misalnya piket. Tugasnya  memonitoring kehadiran siswa dari limapuluh kelas. Kelas-kelas itu berada di blok blok yang menempati area yang cukup luas.

Tugas yang lain adalah mendistribusikan tugas-tugas guru yang berhalangan hadir. Maka untuk memudahkan penyelesaian tugas, dilakukanlah pembagian tugas.

P memonitoring blok A, Q memonitoring blok B, R memonitoring blok C dan seterusnya. Selesaikah masalah? Ternyata tidak.

Sekali waktu satu dua personil tidak bisa menjalankan tugas karena dinas luar. Sehingga tugasnya harus dihandle personil yang lain.

Semua akan baik baik saja bila teman setimnya dengan sukarela menghandlenya. Bila tidak? Tentu ini akan menimbulkan masalah.

Dalih yang muncul: itu kan tugasnya. Yah biarkan dia menyelesaikan. Alamak... ini bukan komitmen namanya. Orang jawa bilang ijir. Orang arab bilang Nafsi-nafsi. Yaitu suatu kondisi dimana orang tidak peduli orang lain alias mengurusi urusan sendiri.

Dalam sebuah tim ada tanggungjawab pribadi ada tanggungjawab  kelompok. Tanggungjawab pribadi berkaiyatan erat dengan tugas individu. Mengukur kemampuan pribadi dalan menjalankan tugas. Sementara tanggungjawab bersama berkaitan erat dengan tugas kelompok yang sukses tidaknya tergantung pada kemampuan masing masing pribadi bekerja dalam satu tim.

Sangat besar energi yang harus diinvestasikan oleh pengguna tenaga kerja bila karyawannya tidak bisa bekerja dalam tim. Padahal dalam sebuah sistim selalu ada keterkaitan yang membutuhkan kerja sama.

Dalam kerjasama dibutuhkan karakter seperti
mengndalikan diri, bertanggungjawab, disiplin, taat pada aturan dan bekerjasama.

Kapan dan dimana karakter karakter itu ditanamkan. Sejak usia dini. Lebih efektif penanaman karakter dilakukan pada usia dini daripada  pada usia remaja atau dewasa, apalagi lanjut usia.

Salah satu contoh adalah karakter pengendalian diri. Mengendalikan diri itu susah. Ketika seseorang berada dalam kondisi yang tidak sesuai harapan, yang muncul adalah ungkapan rasa kecewa. Betul kan. Bagaimana caranya mengungkapkan rasa kecewa, itu yang menentukan kualitas kemanusiaannya. Apakah dengan meledak ledak ataukah  dengan lemah lembut dan mendahuluinya dengan tabayun.

Mari, jadilah generasi yang berkarakter

2 komentar:

  1. Betul sekali kerja tim butuh pengendalian diri dan komitmen bersama. Dengan kerja dalam tim kita semakin mengencang karakter manusia. Keren tulisannya.
    Tapi ada untuk kata ulang jangan lupa tanda sambungnya ya. Masing-masing, meledak-ledak, dll juga beberapa typo mungkin di pengaruhi semangat menuliskannya.

    Sukses terus mbak Endah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih masukannya mbak. Iya mbak kalau idenya datang suka begitu. Tapi kalau pas kering ide satu kalimatpun tak muncul

      Hapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...