Selasa, 18 September 2018

Komunikasi Efektif


Belajar bukanlah suatu kewajiban, tapi belajar adalah suatu kebutuhan. (Steven Covey)

Keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas ditentukan oleh kualitas komunikasi yang dibangun antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Keberhasilan sistim pendidikan di sekolah, secara keseluruhan, ditentukan oleh kualitas komunikasi antar pihak dalam institusi pendidikan.


Inti dari komunikasi efektif adalah tersampaikannya pesan dari pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) dan mendapatkan respon sesuai dengan apa yang diinginkan. Ukuran efektifitas dari komunikasi dapat terlihat dari tercapainya tujuan pengirim pesan. ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_efektif )

Misalnya pengirim pesan mengirimkan pesan "A" kepada penerima pesan. Dalam hal ini pengirim pesan mengharapkan si penerima pesan memberikan respon "X" setelah menerima pesan tersebut.  Maka, bila respon yang diberikan oleh penerima pesan "X" maka komunikasi diantara mereka dikatakan efektif.

Sebaliknya bila respon yang diberikan oleh penerima pesan tidak sesuai dengan harapan pengirim pesan, maka  komunikasi di antara keduanya dikatakan  tidak efektif. Meskipun bukan berarti komunikasi tersebut gagal.

Komunikasi efektif dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan. Komunikasi yang efektif menjadi tolok ukur keberhasilan  dunia pendidikan. Setiap hari, seorang guru menyampaikan pesan kepada siswanya. Pesan tersebut dapat berupa informasi, konsep atau nilai. Respon yang diharapkan dari siswa adalah perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau perilaku. 

Guru sebagai komunikator harus menguasai cara berkomunikasi yang baik agar siswa dapat memaknai pesan yang disampaikan sesuai harapan guru. Salah satu tokoh yang patut diteladani dalam menerapkan komunikasi efektif adalah Nabi Muhammad SAW. Dalam waktu relatif singkat, jumlah pengikut beliau sangat banyak. Beliau memiliki kecerdasan komunikasi yang layak dikaji oleh para pendidik.

Diantara kecerdasan komunikasi yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, adalah kemampuan beliau dalam menggugah kesadaran komunikan melalui pertanyaan. Bertanya bukan hanya bertujuan untuk menggali informasi, tetapi juga bertujuan mengarahkan dan menggugah kesadaran seseorang. Bila pertanyaan disampaikan dengan cermat dan pada saat yang tepat, maka seseorang yang terhijab akan mendapat pencerahan. Tentu saja dengan ridlo Allah SWT.

Dalam kegiatan pembelajaran, pertanyaan tidak hanya berasal dari guru. Pertanyaan juga dapat muncul dari siswa. Pertanyaan yang berasal dari siswa, biasanya muncul karena rasa keingintahuan mereka.

Pertanyaan dari siswa dapat dijadikan acuan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa. Dengan mengetahui kebutuhan siswa maka guru dapat menentukan materi yang tepat dengan metode yang sesuai.

Oleh karena itu dalam pendekatan saintifik, menanya  merupakan fase yang penting dan harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Menanya disini adalah kegiatan siswa. Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahuinya atau tentang sesuatu yang ingin diketahuinya. Pertanyaan tersebut diharapkan muncul setelah guru memberikan stimulus yang dapat diamati oleh siswa.

Selanjutnya pertanyaan siswa tersebut akan menjadi arah kegiatan pembelajaran berikutnya. Bila siswa merasa ingin tahu, maka ia akan terlibat sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran. Inilah yang diharapkan oleh guru. Komunikasi akan berjalan efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

#tantanganODOP2
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#nonfiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...