Jumat, 23 November 2018

Fullday Scool Antara Konsep dan Realita




Bismillahirrohmanirrohiim,
Sudah satu tahun kebijakan pemerintah melalui Menteri Pendidikan tentang Hari Sekolaj diberlakukan. Tepatnya pada tahun ajaran baru bulan Juli tahun 2017. Permendikbud No 23 Tahun 2017 mengatur tentang hari sekolah, di mana di dalamnya diatur bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. Kita mengenalnya dengan istilah fullday school.

Hal mendasar pada aturan ini adalah : 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. Artinya bila kegiatan pembelajaran dimulai jam 07.00 maka akan berakhir jam 15.00 termasuk di dalamnya istirahat 30 menit. Sementara dengan 40 jam perminggu, hari belajar mereka akan berlangsung selama 5 hari perminggu  





Latar belakang diberlakukannya peraturan ini, menurut Mendikbud adalah untuk mewujudkan platform Nawacita yang diturunkan dalam proses penguatan pendidikan karakter (PPK). Dalam penjelasannya Menteri Muhajir mengatakan bahwa dengan berada di sekolah sepanjang hari, guru dapat leluasa mengaplikasikan program PPK. Di sisi lain, dengan kebijakan ini, guru dapat memenuhi beban kerja 40 jam perminggu. 

Begitu diluncurkan, kebijakan ini langsung menuai pro dan kontra. Sekolah yang menyetujui pemberlakuan kebijakan ini adalah sekolah yang memang sudah mendesain kurikulumnya sedemikian rupa dan mendapat dukungan sepenuhnya dari wali murid dan pihak-pihak yang berkepentingan.

  Bila ditinjau dari kepentingan guru, konsep fullday school ini baik. Bagi guru ASN, menjalani 8 jam kerja setiap hari masih normal. Delapan jam sehari ini, sesuai dengan UU no 23/2013. Artinya masih dalam batas wajar. Pada jam-jam kerja tersebut, bila guru tidak mendapat tugas mengajar di kelas, guru dapat melaksanakan tugas yang lain seperti membuat perencanaan mengajar atau mengevaluasi hasil belajar siswa. 

Konsep lima hari juga baik. Guru daat berakhir pekan dengan keluarga setelah lima hari berkutat dengan tugasnya. Waktu untuk keluarga semakin panjang sehingga kualitas kebersamaan dengan keluarga semakin berkualitas. Harapannya, kesejahteraan guru meningkat, keluarga guru semakin harmonis sehingga tingkat perselingkuhan di kalangan guru menurun. 

Bila ditinjau dari siswa, konsep fullday school juga baik. Selama 8 jam  siswa dikarantina dalam lingkungan belajar, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Bila sarana sekolah memadai, siswa dapat mengeksplorasi  dan meningkatkan kompetensinya. 

Bagi keluarga, terutama orangtua yang bekerja di luar rumah dengan jam kerja yang panjang, fullday school  juga menguntungkan. Pengawasan anak-anak diambil alih oleh sekolah sehingga mereka lebih tenang bekerja. Sementara konsep lima hari kerja juga dapat meningkatkan kualitas kebersamaan keluarga. Ayah, ibu dan anak-anak dapat menghabiskan akhir pekan bersama. 

Untuk kondisi ideal, konsep fullday school  dan lima hari kerja memang baik. Tetapi sayang, kondisi ideal tidak berlaku sama di semua tempat dan keadaan. 

Di daerah pedesaan, tugas anak tidak hanya bersekolah. Mereka juga harus membantu orang tua mereka. Banyak diantara siswa bertugas mencari rumput untuk hewan ternak mereka. Ada juga yang bertugas membantu di sawah dan bahkan ada yang menambang pasir untuk membantu ekonomi keluarga. Tugas-tugas itu dilakukan sepulang sekolah. Bila sepanjang waktu mereka berada di sekolah, mereka kehilangan kesempatan untuk menjalankan peran lain dalam keluarga mereka. Hal ini tidak terjadi pada anak-anak yang tinggal di kota yang hidup di keluarga yang mapan secara ekonominya. 

Di sisi lain, fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah anak-anak yang tidak tinggal bersama orangtuanya. Karena orangtua bekerja di luar daerah/ luar negeri, mereka diasuh oleh keluarga lain. Biasanya kakek atau nenek yang sudah renta. Hal ini mengakibatkan pengawasan menjadi tidak maksimal. Akhir pekan yang panjang rawan diselewengkan dengan kegiatan-kegiatan yang menyimpang. 

Oleh karena itu, kebijakan ini harus dilihat secara obyektif. Dapat berlaku untuk daerah-daerah yang kondisinya memang memungkinkan dan tidak perlu memaksakan untuk daerah-daerah yang memang tidak mungkin melaksanakan.  




#ODOPbatch6
#nonfiksi 


Silahkan menikmati tulisan ini dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan menulis komentar agar saya bisa berkunjung ke rumah maya anda 

9 komentar:

  1. Setuju banget banget dengan konsep lima hari kerja yang dapat meningkatkan kualitas kebersamaan keluarga.

    BalasHapus
  2. Sedari awal saya tidak setuju konsep fulldayschool yang 8 jam selama 5 hari alias 40 jam seminggu, kok seperti orang bekerja saja. Anak masih usia belahar dan bermain loh. Waktu tidur siang tersita. Waktu menjalankan hibibanak pun tersita (misal les musik/lukis/karate dll). Konsep fullday school sepertinya hanya memaksakan supaya senada dengan jam kerja guru ASN yang 8 jam. Capek loh 8 jam seharian di sekolah, walau mungkin ada jam tidur siang di sekolah untuk sekolah-sekolah tertentu. Tetapi sepertinya dengan konsep ini seperti mendelegasikan peran orang tua dan lingkungan saat tidak di sekolah dalam pembentukan karakter anak. Orang tua dan masyarakat hatus sadar bahwa membentuk generasi adalah tanggung jawab bersama bukan sekolahan. Apalagi dengan 8 jam di sekolahan nanti akan dengan gampangnya jika generasi ternyata tidak baik maka akan dengan mudah menyalahkan sekolahan karena 40 jam dihabiskan bersama sekolah selama seminggu.

    BalasHapus
  3. Klo mau, sistem sekolah juga harus disesuaikan dgn fulldayschool agar siswa siswi tidak merasa tertekan saat bersekolah

    BalasHapus
  4. Sebenarnya, saya pribadi kurang sepakat dengan konsep fullday school ini. Mengingat, di usia dengan pendidikan dasar fondasi utama yg harus dibangun terlebih dahulu adalah kelekatan dengan keluarga di rumah, dan memahami baik-baik tentang akhlak. Sehingga, mau tidak mau orang tua lah yang harus berperan penuh dalam hal ini.

    BalasHapus
  5. Di sini belum dijalankan konsep full day school... masih 6 hari sekolah

    BalasHapus
  6. Iya, disesuaikan dg daerah masing2.

    BalasHapus
  7. Setuju.. Selain itu 2 dari tujuh hari yang ada bisa dijadikan kesempatan untuk kedua orang tua membangun kedekatan dengan anak.

    BalasHapus
  8. Setuju mba, justru kalau menurut saya konse full day terlalu membebani anak

    BalasHapus
  9. Benar sekali harus menyesuaikan situasi dan kondisinya. Sekolah harus menyiapkan anak murid dan orangtuanya secara teknis dan psikologis.

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...