Sabtu, 02 Maret 2019

Sahabat Lama


Alhamdulillah, untuk kesekian kali saya menemukan sahabat lama. 
Tiba-tiba suami mendapat pesan dari seseorang, yang mengaku teman saya. Namanya Nyzmah. Saya sampai terpekik saat membacanya. Bagaimana tidak, saya sudah berburu untuk mencarinya. Dan tidak mendapatkannya. Lalu, tiba-tiba dia menemukan saya lewat nomer suami saya. Hah... kok bisa. 

Singkat cerita, kami terhubung. Dia benar-benar sahabat saya 34 tahun yang lalu. Lama sekali. 

Nyzmah namanya. Namanya singkat dan sering memperkosa lidah orang yang menyebutnya. Keturunan Arab. Wajahnya putih bersih. Rambutnya hitam dan ikal. Tubuhnya mungil dan selalu tersenyum. Kami satu bangku saat kelas satu SMA. 


Kami bersahabat. Mungkin karena kebetulan ya, kami senasib. Saya dan dia sama-sama ditinggal ibu. Kami sama-sama piatu. Kami sama-sama tinggal menumpang di rumah saudara. Entahlah... menurutku kami saling cocok saja. 

Banyak hal yang kuingat dari sahabat saya ini. Bakso! Nyzmah tidak suka bakso. Aneh sih menurutku. Bagaimana mungkin ia melewatkan lezatnya bakso arema. Padahal di sekolah kami ada penjual bakso yang sangat terkenal. Bakso SMA V. Gerobaknya selalu nongkrong di halaman samping sekolah dan selalu ramai. 

Dulu saya tidak percaya ketika Nyzmah bilang ia tidak suka bakso. Saya pernah memaksanya untuk membeli bakso bersama saya. Akhirnya dia terpaksa pegang mangkuk juga. Tapi cuma ambil tahu dan kuah. Ya Allah, bener-bener dia tidak doyan bakso rupanya. Aneh. 

Kami juga sering belajar bersama. Saya yang kebih sering mengunjungi Nyzmah di rumah budenya. Kami belajar di loteng bagian belakang. Mengerjakan soal yang super sulit. Memikirkannya beram-jam tidak ketemu juga jawabannya. 

Hal yang paling kuingat darinya adalah wajahnya yang merona merah bila terkena cahaya matahari. Biasanya setelah upacara. Seperti tomat. 

Kami memilih jurusan yang sama, Biologi. Di kelas dua kami masih satu kelas. Duduk satu bangku juga kalau tidak salah dan selalu di  depan. Ya, kami kan mungil, saat itu. Ha...ha...

Kelas tiga kami berpisah. Wah rasanya seperti mau berpisah jauh saja, padahal kelas kami hanya bersebelahan. Tapi konyol sekali waktu itu. Kami mendatangi salah satu guru, minta tetap jadi satu kelas. Halah... malah ditertawakan. 

Selepas SMA kami berpisah dan tak pernah bertemu lagi sampai saat ini. Dulu, pernah juga mencoba mencarinya. Mengetik namanya di mesin pencari google. Tapi si mbah tidak mengenalinya. 

Ternyata Tuhan menakdirkan kami terhubung kembali. Meskipun kami belum bertemu tetapi kami sudah saling bisa menyapa. Sekedar tahu bagaimana keadaannya dan mengobrol ringan saja. 

Sempga suatu ketika kami diberi kesempatan untuk bertemu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...