Sabtu, 27 November 2021

Menjaga Nama Baik Ala Jendral Hoegeng

 


Baru saja saya menyaksikan tayangan Mata Najwa dalam Episode "Belajar dari Hoegeng" 

Tertarik. Sebetulnya nama beliau ini sudah  saya dengar beberapa kali. Awalnya saya penasaran ketika Gus Dur berseloroh tentang Polisi. Kata Beliau, Polisi yang baik itu cuma ada tiga, Pak Hoegeng, Patung Polisi dan Polisi tidur. Yang pasti ini adalah satire. Dan itu membuat saya penasaran sangat. Maka sayapun berselancar untuk mencari artikel tentang Jendral Hoegeng ini. Polisi yang jujur, tidak suka menerima suap dan sederhana.

Siang ini saya berkesempatan menyimak talk show tentang kehebatan Jendral Hoegeng. Mengenang 100 tahun Jendral Hoegeng (beliau lahir tanggal 14 Oktober 1921). Setelah menyimak acara itu saya menjadi sedikit lebih tahu tentang kehebatan tokoh kita ini. 

Kesan saya, tokoh ini sangat luar biasa. Adil bagi beliau bukan hanya konsep yang harus dipahami tetapi diterapkan dalam kehidupan nyata. Satu lagi, adil tidak hanya berlaku untuk orang lain tetapi juga berlaku untuk diri sendiri. 

Ya, Jendral Hoegeng adalah sosok yang berani mengadili dirinya sendiri. Artinya, sesuatu yang diharuskan berlaku bagi orang lain juga harus berlaku bagi diri sendiri. Kalau kita ingin suatu aturan berlaku bagi orang lain, maka aturan itu juga harus berlaku bagi diri sendiri. Jangan sebaliknya, untuk orang lain berlaku tapi tidak untuk diri sendiri. 

Lebih lengkap bisa disaksikan di belajar dari hoegeng yang sudah tayang di TV beberapa hari yang lalu. 

"Menerima pemberian pertama itu seperti menaruh kuman di tangan. Akan terasa sedikit gatal dan kita akan menggaruknya secara pelan-pelan dengan rasa nikmat luar biasa. Makin sering dan makin banyak yang diterima, gatal itu semakin intens dan menggaruknya harus semakin keras pula hingga berdarah. Karena itu jauhi kuman dan upayakan untuk jangan sampai menempel pada bagian tubuh kita, yang akan membuat tubuh kita gatal dan korengan"

Itulah pesan sang Jendral. Tahulah kita apa maksudnya. Suap atau pemberian. Sementara banyak orang yang karena nafsunya "ingin" membenarkan praktek suap itu dengan mencari dalih pembenaran. 

Kan itu bukan kita yang meminta. 

Kan dia ikhlas memberikannya. 

Kan hanya sedikit

Sang Jendral tetap berkomitmen bahwa sekali tidak maka selamanya juga tidak untuk suap. Konsekwensinya, sang Jendral tetap hidup miskin sampai akhir masa tugasnya. Karena memang bukan kaya tujuannya. 

Konon beliau terinspirasi dari pesan ayahnya bahwa keluarga Hoegeng harus menjaga nama baik. Begitulah gaya sang Jendral menjaga nama baik yaitu dengan cara: berperilaku baik. 

Sepertinya saya harus membaca bukunya, "Dunia Hoegeng, 100 tahun keteladanan" karena banyak yang harus diteladani dari sang Jendral.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...