Kurikulum Berubah Lagi?
Yah kurikulum memang akan berubah lagi. Anda pasti sudah sering mendengarnya. Beberapa ahli memperbincangkan melalui media social. Kemdikbud sebagai lembaga yang dalam hal ini sangat berkepentingan sudah beberapa kali membuat video sosialisasi berkaitan dengan kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum 2013.
Sesuatu yang
baru sudah pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Sebagai pelaku pendidikan,
sama seperti banyak orang, saya juga
bertanya-tanya mengapa kurikulum perlu berubah. Pertanyaan ini lebih kepada
mencari alasan mengapa harus dilakukan perubahan di sini. Apakah perubahan ini
nantinya akan benar-benar dapat memperbaiki keadaan ataukah hanya berhenti pada
slogan
Alasan utamanya, menurut saya, adalah karena murid sebagai subyek kurikulum memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan karakteristik murid (bahkan) lima tahun yang lalu. Perkembangan teknologi berkembang sangat pesat. Disrupsi informasi sangat luar biasa masifnya. Setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik kita semua (termasuk murid) mendapatkan informasi tentang apa saja. Informasi tanpa filter. Antara informasi yang benar dan informasi yang tidak benar tumpeng tindih sehingga terlihat bias. Sangat besar kemungkinan murid kita kebingungan memahami banyaknya informasi yang mereka terima. Apalagi bila informasi tersebut tidak sama dengan informasi yang mereka peroleh dari gurunya.
Lalu apa
hubungannya, berkembangnya teknologi dengan perubahan kurikulum? Sebagaimana
kita tahu, kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Analogi jantung di sini
adalah suatu gambaran betapa pentingnya peran dan fungsi kurikulum dalam dunia
pendidikan. Jantung bagi tubuh adalah organ yang sangat penting. Tugasnya
memompa darah sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh, mensuplay oksigen
agar setiap sel tubuh kita tidak kekurangan oksigen.
Demikian
pula kurikulum dan konteks dunia pendidikan. Kurikulum sangatlah kompleks dan
multi dimensi. Secara sederhana, kurikulum menjadi penuntun jalan bagi seorang
murid dari awal hingga akhir dalam mencapai kompetensi yang dia butuhkan agar
dapat berkontribusi positif dalam kehidupannya. Baik sebagai makhluk pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat. Baik dalam skala lokal, nasional maupun
global. Bagi guru, kurikulum menjadi
panduan untuk menuntun siswa mencapai tujuannya.
Itulah
sebabnya maka acuan kurikulum adalah murid. Bagaimana kondisi murid, apa yang
ingin dipelajari murid, kompetensi apa yang dibutuhkan murid, bagaimana cara
yang tepat bagi murid untuk menjapai tujuannya adalah hal-hal mendasar yang
menjadi aspek penting dalam pengembangan kurikulu.
Pertanyaannya,
apakah kurikulum yang ada sudah mengakomodir semua aspek-aspek penting
tersebut? Mari kita kupas satu persatu.
Yang pertama
adalah muatan atau konten dalam kurikulum kita saat ini sangat banyak. Murid
dituntut untuk mempelajari banyak hal, tidak peduli apakah itu mereka inginkan
dan mereka butuhkan atau tidak. Bukan hanya jumlah mata pelajaran,
muatan-muatan dalam pelajaran yang dijabarkan dalam KD-KD terlalu banyak dan
melebar. Di sini, siswa menjadi ambyar
atau kurang focus dengan apa yang sebetulnya mereka butuhkan. Tuntutan
menuntaskan muatan kurikulum menjad siksaan bagi guru dan murid.
Dan yang
kedua adalah tuntutan kurikulum yang membatasi ruang satuan pendidikan dan guru
untuk mendesain kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi ligkungan di mana
mereka berada. Pada kurikulum yang lalu, kompetensi dasar ditentukan dengan
rinci dan diberlakukan sama untuk semua satuan pendidikan tanpa
mempertimbangkan kondisi dan lingkungan di mana satuan pendidikan berada.
Karena acuan
kurikulum adalah murid, maka pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan
kebutuhan murid, bukan mengabaikannya. Bukan berarti kurikulum yang ada kurang baik. Bukan! tetapi perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi murid saat ini dan tuntutan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar