Bisa jadi judul tulisan saya hari ini terdengar konyol ya. Masa iya gak tahu siapa kita. Eh tapi beneran lo, kita bisa saja seperti mengenal diri kita dengan baik padahal tidak. Pernah nggak kalian bertanya pada diri sendiri tentang apa saja yang membuat kamu kecewa atau marah. Apa saja yang bikin kamu tenang bila sedang menghadapi masa-masa sulit. Nah kalau kalian tidak tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu berarti berarti kalian belum kenal baik siapa diri kalian.
Di tulisan ini kali ini, yuk kita melakukan refleksi diri. Kita coba mengenali diri kita apakah kita termasuk orang-orang toxic atau bukan. Bila kita termasuk orang-orang toxic, bayangkan betapa tidak nyamannya orang yang berteman dengan kita dan itu mungkin menjadi penyebab mengapa kita tidak bisa diterima oleh orang-orang di sekitar kita. Juga bisa menjadi penyebab kita sulit berkomunikasi dengan orang lain. Bawaannya ribut mulu.
Disini ada 5 type manusia toxic. Mari kita lihat satu per satu.
Pertama disebut Judgement people Yaitu orang yang menghakimi orang lain tanpa tahu masalahnya. Dalam bahasa sederhananya tukang maido. Orang lain gak ada benernya. Apa saja yang dilakukan orang lain salah. Di posisi lawan orang seperti ini memuakkan. Dia melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya dia sendiri. Kalau gak sama dengannya semua salah. Padahal setiap orang mempunyai cara pandang yang beda loh. Situasi dan kondisi beda akan membuat penyelesaian yang beda juga. Lagian kalau dipikir apa urusannya dengan kita. Kalau masalah itu tidak ada hubungannya dengan kita ya biarkan saja.
Kedua adalah the narcissist. Googling deh. Manusia type ini merasa diri paling baik dan cenderung mengagumi diri sendiri secara berlebih. Kalau dalam pembicaraan selalu menempatkan dirinya sebagai contoh yang baik. Tersinggung bila orang lain mengabaikan. Marah kalau orang lain tidak memperhatikan. Ingin menjadi pusat perhatian. Suka dipuji dan merasa harus banget menerima pujian. Sering membayangkan diri sendiri sukses, terkenal dan menarik.
Ketiga, biang gossip yaitu orang yang hobi menceritakan keburukan orang lain. Ini hobi ya, di manapun berada selalu bergosip, menguliti orang keburukan orang lain. Ini bahaya ini. Setiap orang kayak nya mudah terjebak di sini. Tapi yah tahan-tahan lah. Jangan keterusan. Nanti jadi candu dan membuat orang merasa terancam dan akan menjauhi kita. Mereka ogah menjadi korban gossip kita.
Keempat, Fake people. Dalam bahasa sederhananya orang yang tidak tulus dalam berteman. Diluar apa di belakang apa. Di depan bagaimana di belakang bagaimana. Saat berhadapan sikapnya manis, baik tapi saat di belakang ngedumel. Manusia type seperti ini kalau ngomong disesuaikan dengan siapa yang dihadapinya. Bisa dibilang seperti bunglon. Yang seperti ini tak kalah menyebalkan dan merusak persahabatan.
Kelima, playing victim. Manusia type ini selalu menempatkan dirinya sebagai korban dan selalu mencari kambing hitam agar tidak disalahkan. Tidak merasa bersalah dan enggan minta maaf bahkan saat dirinya bersalah. Kalau ada masalah kecil dibesar-besarkan sehingga terjadi kehebohan. Tidak fokus pada penyelesaian masalah tetapi berkutat mencari penyebab masalah. Selalu mengeluh karena merasa selalu mengalami hal hal buruk.
Tulisan ini bukan ditujukan untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri. Untuk yang menulis dan untuk yang membaca. Ini adalah cara untuk mengenali diri. Siapa kita? Apa yang membuat kita marah, gelisah, kecewa dan bagaimana membuatnya tenang dan nyaman.
Menyakiti orang lain sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Secara fitroh manusia itu baik dan hatinya cenderung pada hal-hal baik. Ketika kita melakukan satu kesalahan, pasti hati kita gelisah. Dan itu adalah alarm, pengingat kita untuk melakukan refleksi diri dan kembali ke jalan yang benar. Sayangnya hati kita sering tidak peka dengan alarm itu sehingga tanpa kita sadari kita nabrak sana nabrak sini. Bukan kedamaian yang kita dapatkan melainkan semakin terpuruk.
Bila kita menyandang salah satu, salah dua, salah tiga atau bahkan semuanya dari type-type manusia di atas tugas kita cuma satu yaitu menerimanya dengan segala kesadaran dan berusaha untuk meninggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar