Minggu, 04 Mei 2025

Bicara Baik Lewat Chat: Etika Digital yang Sering Terlupa


Zaman sekarang, siapa sih yang nggak pakai WhatsApp? Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, jari kita hampir tak lepas dari aplikasi sejuta umat ini. Aplikasi ini digunakan oleh semua kalangan: anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, perempuan, laki-laki—semuanya menggunakan aplikasi ini.

WA memang memudahkan banyak urusan. Emak-emak menggunakannya untuk berbagai keperluan: komunikasi keluarga, interaksi dengan sesama orang tua di grup sekolah anak, pengajian, arisan, dan masih banyak lagi aktivitas lainnya.

Tapi, pernahkah kita bertanya: sudahkah kita beretika dalam menggunakan WhatsApp? Apakah cara kita menulis, membalas pesan, mengirim broadcast, atau menanggapi info sudah mencerminkan tatakrama berkomunikasi?
Tatakrama atau etika dalam berkomunikasi itu penting untuk diperhatikan—bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di jagad maya. Tak jarang kan, kita mengalami huru-hara saat berkomunikasi lewat WA?

Kemarin, hari Sabtu tanggal 3 Mei, saya membersamai ibu-ibu belajar bersama tentang pentingnya beretika saat berkomunikasi di media sosial, terutama WA. Ternyata atensinya luar biasa! Emak-emak yang usianya rata-rata setengah abad itu sangat antusias.
Dua topik besar yang kita pelajari yaitu: etika menggunakan WhatsApp dan mengenal aplikasi Google Keep.
Dalam tulisan kali ini, saya akan merangkum poin-poin yang kita pelajari:


1. Berkomunikasi dengan Sopan

Budaya orang Timur adalah menjaga kesopanan. Sopan saat berkomunikasi sangat penting karena kesalahpahaman bisa berujung pada perselisihan atau pertengkaran.
WA menyediakan fasilitas mengirim pesan tulis dan suara. Gunakanlah bahasa yang santun dan tidak menyinggung. Hindari menggunakan huruf kapital semua (terkesan seperti berteriak), perhatikan tanda baca, dan sampaikan maksud dengan jelas tanpa berputar-putar.

2. Jangan Langsung Percaya dan Sebar Info

Saring sebelum sharing!
Banyak orang merasa penting menyampaikan informasi kepada orang lain, dengan niat berbagi kebaikan. Tapi harus diingat: yang menurut kita penting, belum tentu penting bagi orang lain.
Selain itu, informasi yang salah bisa menyesatkan. Maka, cek dulu kebenarannya, apalagi jika menyangkut agama, kesehatan, atau politik. Jangan sampai kita menyebarkan hoaks dan menjerumuskan orang lain.
Kalau tidak hati-hati, kita bisa menjadi bagian dari fitnah.

3. Perhatikan Waktu Mengirim Pesan

Salah satu kemudahan komunikasi online adalah kita bisa mengirim pesan kapan saja, 24 jam. Tapi, bukan berarti kita bisa sembarangan kirim pesan tanpa memperhatikan waktu.
Hindari mengirim pesan di waktu malam, terlalu pagi, atau saat orang sedang sibuk, kecuali dalam kondisi darurat.
Kalau ingin menelepon, sebaiknya minta izin dulu. Bisa jadi orang yang ingin kita hubungi sedang dalam rapat, upacara, atau kondisi lain yang tidak memungkinkan.

4. Hargai Privasi dan Hindari Ghibah

Fungsi utama WA adalah untuk mengirim pesan. Gunakanlah sesuai fungsinya.
Kalau tidak waspada, kemudahan WA bisa menjerumuskan kita pada ghibah—membicarakan orang lain tanpa hak.
Menghargai privasi juga penting. Apa yang kita ketahui tentang seseorang tidak harus disebarkan ke orang lain.

5. Tidak Semua Hal Harus Dikirim

Stiker, video lucu, gambar, atau broadcast yang terlalu sering bisa mengganggu, apalagi di grup WA.
Anggota grup biasanya terdiri dari berbagai latar belakang sosial. Maka, perhatikan tujuan grup.
Kalau grup memang dibuat untuk guyonan, ya silakan. Tapi kalau grup dibuat untuk urusan yang lebih serius, hindari kiriman yang kurang relevan.
Bijaklah memilah: mana yang perlu dikirim, mana yang lebih baik disimpan sendiri.

6. Jangan Paksakan Respon Cepat

Tidak semua orang bisa langsung membalas pesan. Mungkin sedang sibuk, sedang sakit, atau sedang tidak ingin membuka WA.
Jadi, bersabarlah. Jangan menuntut orang lain untuk cepat merespon.
Membalas atau tidak, itu hak mereka. Kalau merasa kecewa, bicarakan saja nanti saat bertatap muka.

7. Gunakan WA Sebagai Sarana Dakwah dan Kebaikan

Sebarkan ilmu, info kajian, atau kutipan yang membangun.
Jadikan WA sebagai ladang pahala, bukan tempat melampiaskan emosi atau menyebar keluhan.

Kita memang tak bisa lepas dari WhatsApp, tapi kita bisa memilih bagaimana menggunakannya.

Yuk, bijak ber-WA!
Jadikan setiap huruf yang kita ketik sebagai cerminan akhlakul karimah kita.
Karena sesungguhnya, adab kita di dunia maya adalah cerminan siapa kita yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Naik Kereta, Belajar Hidup

Usiaku sudah kepala lima. Tepatnya lima puluh enam jalan. Anak pertama ku sudah berusia tigapuluh dua tahun, anak keduaku berusi...