Kamis, 29 November 2018

Guru di Mata Siswa

Seni tertinggi guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan. (Albert Einstein)

Bismillahirrohmanirrohiim, 
Hari ini, saya free dari tugas mengajar. Saya mempunyai kesempatan untuk melakukan pekerjaan lain selain masuk kelas. Biasanya saya mengentry nilai atau menulis jurnal kegiatan yang menumpuk atau melakukan tugas tambahan lain. Sama saja. Meskipun tidak masuk kelas, selalu ada pekerjaan menanti. 

Agenda utama hari ini adalah upload  soal UAS ganjil. Saya mendapat mandat dari waka kurikulum untuk mendampingi guru-guru yang bertugas mengupload  soal. Tapi itu dilaksanakan nanti setelah istirahat. Saya mempunyai waktu beberapa jam untuk menangani siswa perwalian. 


Saya memanggil Rizal dan Dastin. Saya ajak keduanya mengobrol di ruang tamu BK. Masalah Rizal berkaitan dengan jadwal ekstra yang diikutinya. Walinya, keberatan dia pulang terlalu malam karena latihan. Masalah Dastin berkaitan dengan sikapnya yang buruk saat di kelas. Tidak fokus dan celometan ketika belajar. 

Sebelum mereka masuk kelas, saya sempatkan untuk mengobrol ringan dengan mereka untuk topik yang lain. Saya ingin mengetahui bagaimana kesan mereka terhadap guru, seperti apa guru favorit mereka dan juga guru yang tidak disukai mereka. Ini sangat sensitif. Sulit mendapatkan pengakuan jujur kalau mereka merasa terancam atau dibawah tekanan. Jadi saya meminta mereka menyampaikan pendapatnya tentang guru-guru mereka di SMP bukan guru mereka saat ini. 

Bagi Rizal, tidak ada guru yang istimewa. Tidak ada guru favorit juga tidak ada guru yang dilabeli kurang baik bagi Rizal. Tetapi menurut pengakuannya ada seorang guru yang membuatnya merasa nyaman berada di kelas, yaitu guru Bahasa Inggris. 

Menurut Rizal, guru bahasa Inggrisnya ini ramah, humoris dan sabar juga mempunyai kompetensi yang bagus di bidangnya. Yang menarik, guru bahasa Inggris ini tidak pernah memberi PR. Tugas-tugas diselesaikan di kelas pada saat mereka belajar bersama. Guru bahasa Inggris ini juga sangat disiplin. Beliau jarang sekali tidak masuk kelas. Kalaupun tidak masuk selalu ada tugas yang harus dikerjakan. 

Dastin dan Rizal berasal dari sekolah yang berbeda. Dastin mempunyai pengalaman yang sedikit berbeda dengan Rizal. Dia mempunyai guru yang "disukai" dan juga  guru yang "tidak disukai"  

Guru Bahasa Indonesia SMP tempat Dastin belajar adalah guru yang spesial baginya. Seorang perempuan yang tegas, begitu kesan Dastin pada gurunya ini. Bu Yunta, nama gurunya, menunjukkan sikap serius atau santai sesuai situasi. Kalau sedang menyampaikan materi beliau akan serius tetapi pada saat-saat tertentu beliau menunjukkan sifat humorisnya. Selain itu bu Yunta juga disiplin. Hampir tidak pernah tidak masuk atau meninggalnya tugas.

Guru yang tidak nyaman bagi Dastin bernama Pak Hasan. Beliau adalah guru PPKn. Mengapa tidak nyaman? Karena Pak Hasan jarang sekali masuk kelas dan selalu memberi tugas. 

Bagi saya, mengetahui pendapat anak-anak tentang gurunya sangatlah penting. Apa yang disampaikan Rizal dan Dastin mungkin tidak dapat digeneralisir sebagai pendapat siswa pada umumnya. Tetapi cukuplah untuk menjadi catatan saya. Keduanya bukanlah murid yang menonjol di kelas. Prestasi akademiknya sedang-sedang saja, bahkan cenderung tenggelam diantara teman-temannya. Tetapi mereka mewakili kelompoknya.

Dari wawancara saya dengan Rizal dan Dastin, saya mencatat bahwa guru yang membuat mereka nyaman adalah guru yang berkepribadian atau istilah kerennya guru yang berkarakter. Mudah sekali bagi siswa mengenali karakter gurunya. Humoris, ramah, tegas dan disiplin adalah karakter yang menjadikan seorang guru layak untuk di-like. Tentu saja masih banyak karakter lain yang harus dimiliki oleh guru selain itu.

Bagaimana guru yang dislike? Tidak bertanggungjawab terhadap tugasnya. Fakta ini menarik. Selama ini saya berpikir anak-anak suka kalau ada jam kosong. Ada jadwal tetapi guru tidak masuk karena alasan tertentu. Saya sering melihat kelas-kelas yang gurunya tidak masuk terlihat santai. Ada yang nggloso di lantai sambil ngegame ada yang menyanyi dan bergurau. Kelihatannya mereka bahagia. Tetapi ternyata tidak. Guru pemberi jam kosong adalah guru yang dislike  bagi anak-anak. 

Jadi, sekarang pilihan ada pada setiap guru. Apakah dia ingin diterima atau di tolak siswanya? Selamat hari guru! 


#ODOPbatch6
#nonfiksi

13 komentar:

  1. jadi seorang guru sangatlah sulit. luar biasa kakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Sulit luar biasa. Semoga selalu diberi kekuatan. Terimakasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. Karakter guru favorit nampaknya tidak pernah berubah dari masa ke masa ya bu Endah. Saya juga suka guru bahasa Inggris waktu SMA karena baik, keibuan dan santai 😊

    BalasHapus
  3. Samaaaa aku juga dulu paling gak suka guru suka bolos gitu sama guru genit

    BalasHapus
  4. Suka guru bahasa Inggris juga 😃

    BalasHapus
  5. Guru favoritku guru seni musikkk ❤️

    BalasHapus
  6. Saya juga ga suka kalau ada jam kosong karena guru tidak masuk

    BalasHapus
  7. Kalau saya suka guru yg killer. Dari dulu selalu jadi guru favorite saya ya guru yg super killer tapi padahal sangat perhatian dengan muridnya

    Saya ngga suka guru yg suka kasih longgar, baik sama nilai tapi ngga ngasih ilmu, suka bolos juga saya ngga suka 😂

    BalasHapus
  8. Guru itu maasya Allah. Mesti multi talented, mesti banyak tau karakter siswanya, mesti terus dlm mood baik, mesti banget jdi teladan. Kalo dipikir2, susah euy jadi guru. Mestilaah guru ini punya gaji besak. Hehee

    BalasHapus
  9. selamat hari guru buat kita semua :D

    BalasHapus
  10. Benar banget mba, guru yang suka bolos malah nggak diharapkan masuk terus sama murid karena aura negatifnya uda tertanam sama anak anak

    BalasHapus
  11. Selamat hari guru, Bu Endah 😊

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...