Kamis, 29 November 2018

Orangtua Versus Sekolah

Setiap anak berhak cari dan dapat orang yang saling mencinta. Bukan karena mereka mengejar umur senja orangtua.(Adhitya Mulya)

Bismillahirrohmanirrohim, 
Menarik sekali merenungi tentang pendidikan. Semua orang sepakat bahwa pendidikan seorang anak melibatkan tiga kanal penting yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat. Pernyataan ini bukan hanya sebuah wacana atau rekaan yang mendukung dasar teori sebuah makalah atau skripsi saja, melainkan fakta yang benar adanya. 

Bahwa peran orangtua dalam pendidikan sangat penting, secara teori dan praktek tidak dapat disangkal lagi. Ketidakpedulian orangtua, entah karena disengaja atau ketidaktahuannya mempengaruhi keberhasilan dan kebahagiaan anak di masa depannya. 


Tidak peduli dengan sengaja? Ada. Karena orangtua menganggap pendidikan adalah tanggungjawab sekolah sepenuhnya. Mereka beranggapan tugas mereka sudah dioutsourchingkan kepada sekolah. Jadi ya memang harus tidak peduli. Kan sudah keluar uang. Nah kalau tidak peduli karena tidak tahu? Ada juga. Karena pemahaman orangtua tentang pendidikan kurang. Merasa dirinya tidak mempunyai cukup ilmu untuk mendidik anaknya, ya sudah pasrah ke sekolah. 

Saya tertarik untuk mengetahui tentang bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi di dunia "per-walimurid-an" ini. Untuk itu saya mewawancarai beberapa wali murid. Saya ingin menggali bagaimana sikapnya tentang pendidikan putranya. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada wali murid.

Apakah wali murid merasa perlu berkomunikasi dengan wali kelas? 
Dalam hal ini wali kelas adalah wakil dari sekolah. Dinamakan wali kelas karena tugasnya sebagai penanggungjawab kelas. Ibaratnya, wali kelas itu adalah orangtua siswa secara administrasi. Dia bertanggungjawab terhadap semua hal yang berkaitan dengan siswa, secara administrasi.

Jawaban atas pertanyaan ini kompak. Mereka menjawab bahwa komunikasi antara orangtua dan wali kelas itu perlu.  Alasan mengapa komunikasi antara orangtua dan wali kelas perlu dibangun adalah karena orangtua ingin mengetahui bahwa anaknya keadaannya baik-baik saja. Mereka tidak melanggar peraturan, belajar dengan rajin dan mendapatkan prestasi (nilai) yang baik.

Apakah walimurid intensif berkomunikasi dengan wali kelas? 
 Ketika pertanyaan itu saya lontarkan, jawabannya bervariasi. Ada yang menjawab hanya berkomunikasi saat mengambil raport saja. Ada yang menjawab komunikasi hanya dilakukan kalau bertemu saja. Ada juga yang menjawab akan menemui wali kelas bila  anaknya mengalami "sesuatu".  

Pada saat pengambilan raport, tigapuluh lima orangtua siswa datang ke sekolah. Mereka masuk ke ruang-ruang kelas yang disediakan oleh sekolah, mendapat penjelasan, beberapa mengajukan pertanyaan, mengambil raport kemudian pulang. Kemungkinan berdialog dengan wali kelas untuk membicarakan perkembangan anaknya sangat kecil, karena biasanya orangtua terburu-buru. Masih ada urusan yang lebih penting yang harus diselesaikan. 

Jawaban atas kedua pertanyaan ini sedikit kontradiktif.  Bila jawaban pertanyaan pertama, orangtua mengakui bahwa membangun komunikasi antara orangtua dan wali kelas itu perlu. Tetapi bertolak belakang dengan jawaban kedua dimana orangtua tidak dengan sengaja membangun komunikasi itu. Orangtua berada di pihak yang pasif. Mengunjungi sekolah hanya pada saat mengambil rapot atau diundang ke sekolah karena ada sesuatu yang terjadi pada anaknya, biasanya karena pelanggaran. 

Kegiatan apa yang mengharuskan wali murid datang ke sekolah? 
Jawaban yang saya terima senada dari beberapa wali murid, yaitu pada saat ada kegiatan yang membutuhkan dukungan wali murid. Ada  yang menjawab tanpa tedeng aling-aling yaitu pada saat penarikan dana untuk pembangunan.  

Ini adalah fakta. Jarak antara orangtua dan sekolah terkesan sangat kaku. Komunikasi yang dibangun diantara keduanya seperti transaksi jual beli. Ada yang menarik dana dan ada yang menyetor dana. Hubungan yang jauh dari kesan humanis. Padahal diantara sekolah dan orangtua ada jiwa yang sedang diupayakan pembentukan karakternya. Merekalah jiwa-jiwa generasi kita. 

Orangtua dan sekolah seharusnya menempatkan diri sebagai tim yang sedang menangani proyek besar menyiapkan generasi pembaharu. Generasi yang akan membawa bangsa ini mencapai kejayaannya. 



13 komentar:

  1. Merasa disentil ini dengan istilah me- outsourcing - pendidikan anak ke sekolah. Berarti orang tua blm paham sepenuhnya arti komunikasi dg wali kelas. Mungkin terhalang rasa sungkan bu. Kalau saya krn anak2 masih kecil, masih menyempatkan bertanya. Tapi gak tau deh kalau udah besar. Soalnya kk merasa malu kalau saya sering dtg ke sekolah 😅

    BalasHapus
  2. Yah begitulah masih kaku mba hub sekolah dan ortu murid

    BalasHapus
  3. Kalau aku dulu di sekolah.. Ada grup khusus antara orang tua dan guru. Membangun komunikasinya lewat situ..

    BalasHapus
  4. Pernah baca postingan seseorang, anaknya laki2.. saat itu habis khitan anaknya.. dia menulis caption, tinggal satu lagi kewajiban yang belum dilakukan yaitu nanti menikahkan.. lah ternyata banyak yang tidak tau kalo pendidikan anaknya adalah kewajiban orang tuanya...

    BalasHapus
  5. Nah, ini dia mba, pas banget konteksnya. Ortu saat ini lebih mengartikan sekolah sebagai tempat "penitipan" dan transaksi jual beli, tanpa ikut serta mengedukasi di rumah, prinsipnya mah, gue bayar tinggal beres

    BalasHapus
  6. Saya termasuk yang tidak terlalu rewel ke pihak sekolah, buat saya anak anak sekolah maka biarkan ia mandiri dengan kehidupan di sekolah, tugas saya mendampingi ketika mereka sudah berada di luar gerbang sekolah, tentu dengan tetap berkomunikasi ke anak anak dan memantau aktivitas sekolah dari cerita mereka

    BalasHapus
  7. Dulu waktu sekolah, wali kelas ga pernah sama sekali komunikasi ma orang tua. Wali cuman manggil orang tua kalau saya telat bayar uang sumbangan sekolah 😂 miris sih ini sebenarnya. Mungkin faktor murid ug terlalu banyak (40siswa/kelas)

    Maaf bu jadi curhat. Saya hanya kagum dg pendidikan sekarang yang meski belum sangat baik, tapi pelan pelan membaik

    BalasHapus
  8. Setuju mba sama pendapatnya. Sekolah dan orang tua kolaborasi

    BalasHapus
  9. Setuju. Karena sesungguhnya tanggung jawab pendidikan anak ada di orang tua. Sekolah hanya membantu, bukan yang utama.

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...