Sabtu, 17 November 2018

Sepatu Dahlan

Bismillahirrohmanirrohiim, 


Judul         : Sepatu Dahlan 
Produser   : Rizaludin Kurniawan 
Tahun       : 2014 
Genre       : Drama 
Sutradara  : Benni Setiawan 
Durasi      : 98 menit 

Film ini diadapatasi dari Novel dengan judul yang sama karya Khrisna Pabichara. Film ini mengangkat masa kecil Dahlan Iskan, tokoh yang sangat terkenal itu. Beliau adalah salah satu penulis yang saya kagumi. Tulisannya yang kriuk-kriuk gurih membuat saya selalu kecanduan untuk membacanya. 

Dahlan Iskan dalam film ini diperankan dengan apik oleh Aji Santosa. Dahlan lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang pekerja serabutan dan ibunya pembatik desa. Dahlan adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. 

Film ini berlatar belakang sebuah desa di daerah Magetan, tempat di mana Dahlan dilahirkan. Penggambaran suasana kemiskinan keluarga Dahlan dan juga suasana desanya kena banget. Benar-benar memotret kondisi jaman itu. Kelambu warna hijau, tembok yang belum dilepo, cikar sebagai alat angkutan mengingatkan saya pada jaman masa kecil saya hidup di desa. 



Sesuai dengan judulnya, dari awal hingga akhir film ini yang menjadi fokus cerita adalah sepatu. Dahlan kecil sangat menginginkan sepatu. Dahlan menyampaikan keinginan itu menjelang lulus SD. Ibunya pun berjanji akan membelikan sepatu bila Dahlan lulus dengan nilai memuaskan dan masuk SMP. 

Cita-cita Dahlan masuk SMP 1 Magetan kandas karena ayahnya hanya memberikan satu pilihan, yaitu MTs Takeran. Di MTs Takeran, Dahlan terpilih menjadi tim Voli yang berhasil mengalahkan tim Voli SMP 1 Magetan. 

Film ini sarat pesan moral. Sikap tawadlu Dahlan kepada orangtua dan guru  adalah karakter yang layak ditiru generasi muda. Pendidikan keluarga yang diwakili oleh orangtua Dahlan baik yang diungkapkan maupun yang tidak diungkapkan pantas direnungkan oleh para orangtua. Pendekatan guru dalam hal ini ustadz kepada murid-muridnya juga menjadi sesuatu yang pantas direnungkan oleh guru-guru jaman sekarang.
Hal yang sangat menarik dari film ini adalah pengambil setting sekolah. Berbeda dengan film-film yang pernah saya tonton yang selalu merendahkan martabat sekolah, pada film ini tidak terjadi.  

Beberapa adegan yang diperankan oleh pemain figuran terkesan tidak natural. Sebagai cerita film, klimaks  cerita kurang menukik sehingga terkesan datar. Tetapi secara keseluruhan film ini layak ditonton semua kalangan. Meskipun tidak menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan secara utuh, setidaknya film ini memberi kesan bahwa kesuksesan Dahlan Iskan yang kita lihat saat ini diawali dengan kehidupan sulit. Harus ada usaha yang sangat keras untuk mengubah kesulitan itu menjadi kesuksesan. Diharapkan kisah ini dapat memotivasi orang-orang yang berada dalam keterbatasan untuk melampauinya. 


"Ojo Kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat. (Ayah Dahlan)


#ODOPbatch6
#nonfiksi
   




  

  

  

  

17 komentar:

  1. Film ini kata beberapa orang bagus.. Tapi belum sempat nonton.. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. tambah satu orang lagi yang berkata bahwa film ini bagus mbak, saya

      Hapus
  2. Bersyukur pernah nonton ini.
    Kereen

    BalasHapus
  3. Jadi pengen nonton film ini bu Endah. Ibu emang jago nengambil film yang bisa dikaitkan dg pendidikan. Aku jd inget film laskar pelangi. Itu juga keren bgt 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Aku juga sudah nonton. Tapi aku gampang mewek kalau lihat film. Semua film wis. Malu kalau nonton di gedung.

      Hapus
  4. Sudah baca novelnya belum lihat filmya nih, mungkin bisa masuk ke waiting list

    BalasHapus
  5. Keknya aku bakalan mewek nih liat film ini. Pesan moralnya dapet banget ya mb, apalagi quotes dari bapaknya, ngena banget

    BalasHapus
  6. Review-nya bikin tertarik untuk menonton juga nih, Bu.

    BalasHapus
  7. Belum nonton, bahkan saya baru tau ada filmnya bu xD efek jarang liat film indo sekarang. PAdahal banyak film keren keren juga ya, Bu.

    Film sarat pesan moral gini suka bikin cepat mewek sekaligus termotivasi T_T

    BalasHapus
  8. Ini cerita identik banget sama Pak Dahlan. Kalau beliau muncul dulu suka cerita tentang sepatu ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu ya mbak. Saya tahunya tulisan pak Dahlan. Tidak tahunya cerita tentang sepatu memang menjadi bagian penting dalam kehidupannya

      Hapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...