Jumat, 09 November 2018

Terinspirasi dari Literasi

Membaca tanpa memikirkannya ibarat makan tanpa mengunyah. (Edmund Burke)

Bismillahirrohmanirrohim,
sumber : pixabay.com 
Kegiatan blog walking saya hentikan sejenak. Saya sudah menghabiskan tigapuluh lima menit untuk mengunjungi sembilan blog. Setelah sampai pada blog ke sembilan, blog salah seorang odoper dari lombok saya berhenti. Pemilik blog itu bernama Agus Khairi. Beliau adalah pendidik juga, sama seperti saya. Sepertinya beliau fokus dengan tema literasi.

Dalam tulisannya tertanggal 8 November itu, penulis memaparkan tentang inter library loan system. Itu adalah pinjam meminjam koleksi buku antar rumah baca sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan bahan bacaan. Wah keren juga saya pikir. Lebih hemat dan cukup efektif.

Saya adalah salah satu pendukung gerakan literasi. Sebagai pendidik di satuan pendidikan setingkat SMK, saya merasakan benar bahwa rendahnya daya baca berdampak sangat buruk.


Usia siswa saya berkisar antara enam belas sampai sembilan belas tahun. Sesuai dengan tingkat berpikir, mereka seharusnya sudah mencapai tahapan berpikir tingkat tinggi.

Disini saya teringat pada Jean Piaget. Tokoh pendidikan yang membagi tingkat berpikir manusia menjadi 4 tingkatan. Pada siswa SMK yang berusia antara 16-19 tahun, tingkat berpikirnya sudah mencapai tingkatan tertinggi yaitu tingkat operasional formal.

Pada tahap ini seharusnya siswa sudah mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, berpikir abstrak dan reflektif. Tetapi faktanya tidak demikian. Dalam hal memahami bacaan saja mereka masih tertatih-tatih.
sumber : pixabay.com

Pada mata pelajaran kimia, dikenal konsep-konsep abstrak seperti ikatan kimia, kesetimbangan kimia, laju reaksi dan konsep konsep lain yang mengharuskan siswa mampu berpikir abstrak untuk memahami konsep itu dengan baik.

Saya melihat hal itu tidak terjadi pada murid saya. Jadi, saya selalu memastikan apakah mereka memahami dengan baik apa yang sudah mereka baca. Dan seringkali saya mendapati mereka tidak paham dengan kalimat-kalimat yang mereka baca.

Ketika saya menunjukkan kompetensi dasar yang harus mereka kuasai pada akhir pembelajaran, yaitu  menganalisis proses pembentukan ikatan kimia pada senyawa dalam kehidupan sehari-hari, mereka bertanya:


  1. Bu menganalisis itu apa? 
  2. Senyawa dalam kehidupan sehari hari itu apa? 
Sebelum berdiskusi, saya minta mereka membaca materi yang hanya terdiri dari 3 lembar kemudian memberi kesempatan mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka pahami dari materi tersebut. Mereka sudah membaca banyak kalimat, tetapi mereka tidak mampu membedakan antara elektron dan ion, kulit atom dan subkulit atom.

Berfikir tingkat tinggi seperti menganalisis, mengevaluasi dan merefleksi memerlukan referensi. Referensi itu diperoleh melalui literasi. Jadi literasi terutama literasi baca-tulis sangat penting. Anak-anak tidak hanya diarahkan untuk membaca dan menulis saja tetapi juga mengolah informasi yang sudah diterimanya. selanjutnya mengkomunikasikan kembali informasi tersebut dan menggunakan sesuai dengan kebutuhan. 

Anak-anak yang memiliki kesadaran pentingnya literasi biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu berpikir kritis. Perlu ditumbuhkan budaya literasi pada anak-anak sejak usia dini. Siapakah penggerak budaya literasi? Guru dan orangtua. Keduanya memiliki peran yang sangat besar. 

#ODOPbatch6
#nonfiksi
#tulisanke5

9 komentar:

  1. Seandainya ada buku2 ilmiah buat anak2 yang bisa mereka baca ya bu. Jadi waktu di Sydney, aku sempet pinjem buku ttg emisi karbon. Gak dibaca sih sama kakak, jadi saya yg baca. Ternyata baca buku itu membuat saya lebih mudah memahami pengertian ttg emisi karbon.
    Semoga makin banyak penulis yang bisa bikin buku2 bilmiah dg bahasa sederhana yang mudah dipahami 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kuncinya memang mau membaca. Masalahnya "mau" nya itu lo

      Hapus
    2. Ada mba evita.. lumayan. Dulu jaman SMA saya malah ga pernah baca buku pelajaran. Seringnya baca buku" rangkuman ilmiah seperti itu. Lebih paham dan mengerti karena bahasanya ngga text book :(

      Hapus
  2. Membaca tanpa memikirkannya ibarat makan tanpa mengunyah - Keselek kalimat dong ya bu hehe

    Saya kalau habis baca blog ibu selalu berfikir lagi. Tulisan ibu nih seperti PR buat saya yang baca. Bahwa banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang masih belum tuntas ditangani.
    Selama ini saya ngga mau ambil psikologi pendidikan, tapi karena sering baca tulisan ibu, saya jadi terus terpanggil :')

    Semoga Allah kasih jalan yang tepat ya bu :D


    Oh iya btw, Bapak Piaget itu bacanya "Piase" siapa tahu ibu ngga tahu. Saya juga dulu ngga tahu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Pendidikan sama psikologi itu erat sekali. Kami juga harus belajar sedikit dikit ilmu psikologi karena yang kami hadapi tidak hanya fisik tetapi juga psikis mereka.
      Iya "piase" dulu sempat dibetulin dosen matkul
      psikologi pendidikan

      Hapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...