Kamis, 06 Desember 2018

Musim ujian



Bismillahirrohmanirrohiim, 
Pagi ini ada keributan kecil di ruang guru yang sekaligus menjadi sekretariat ujian. Terindikasi ada grup penyebar jawaban ulangan semester yang sedang berlangsung. 

Kesiswaan segera bertindak cepat. Segera dilakukan pelacakan dan dalam waktu tidak lebih dari setengah jam sudah ditemukan pelakunya. Sebelum masuk ruang, pengawas diingatkan untuk mengamankan HP siswa.


"Pastikan, siswa tidak membawa HP saat mengerjakan soal" pesan Waka kesiswaan kepada pengawas ruang. 

Beberapa pengawas memang sudah mengamankan HP siswa meskipun tidak diinstruksikan sebelumnya. Tetapi tidak sedikit juga yang belum melakukannya, sehingga perlu diingatkan kembali. 

Inilah fenomena generasi era digital. Generasi jaman Now. Generasi milenial atau apalah namanya. Inilah fakta yang harus disikapi dengan bijaksana. 

Saya  mendapat beberapa HP dan diminta mengecek keberadaan grup itu oleh Wakasis. Darinya saya mendapat beberapa temuan,


  1. grup dibuat oleh seorang siswi kelas X. 
  2. grup dibuat sejak hari pertama ulangan 
  3. penambahan anggota grup berlangsung sangat cepat. Anggota berasal dari semua jurusan. 
  4. Beberapa anggota yang keluar setelah beberapa saat berada di dalam grup

Hal seperti ini memang menjadi resiko. Siapa coba yang bisa menghalangi anak-anak tidak melakukan itu karena mereka memang bisa melakukannya. Sama seperti kita, saya dan juga Anda. 

Kalau dianggap ini sebuah kesalahan, ya memang salah. Tujuan utama evaluasi adalah ntuk mengetahui tingkat keyercapaian kompetensi yang mereka pelajari selama satu semester. Soal-soal itu menjadi semacam alat ukur. Kalau siswa dapat menyelesaikan sebagian besar soal (menjawab dengan jawaban benar) bolehlah kita mengatakan bahwa dia berhasil mencapai kompetensi yang ditentukan. Bila tidak berarti mereka harus mengulang. Nah kalau jawaban mereka bukan hasil pemikiran mereka sendiri, bagaimana menentukan bahwa mereka sudah tuntas? 

Nilai bukan lagi mencerminkan kompetensi yang sebenarnya. Ibarat alat ukur, maka serangkaian item soal tersebut menjadi alat ukur yang gagal menjalankan fungsinya. Lalu bagaimana mendapatkan kompetensi siswa yang sesungguhnya? 

Disinilah pentingnya melakukan assesment secara menyeluruh. Guru tidak hanya menilai hasil belajar tetapi juga harus menilai mereka selama proses belajarnya. Apakah mereka mengikuti proses belajar dengan baik? Terlibat secara psikis dan emosional? Berpartisipasi aktif.? Apakah mereka dapat menerapkan apa yang mereka pelajari? Apakah mereka dapat mandiri dalam mengerjakan tugas individu? Apakah mereka dapat bekerja dalam tim ketika mengerjakan tugas kelompok? Bila guru dapat mendokumentasikan apa yang terjadi pada proses pembelajaran, guru tidak harus tergantung pada nilai ulangan yang kondisinya sering tak bisa dikendalikan. 

Di sisi lain, fenomena yang terjadi di atas adalah dampak negatif dari kemajuan teknologi. Maka harus dilakukan terobosan baru dengan teknologi juga. Mungkin tidak sekedar membatasi mereka untuk tidak menggunakan gadget mereka tetapi dengan mendesain sistim evaluasi yang menuntut mereka menunjukkan kompetensi mereka yang sesungguhnya. Seperti apa desain itu? Itu adalah pekerjaan rumah yang harus dipikirkan oleh pakar pendidikan dan pakar IT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...