Sabtu, 15 Desember 2018

Rujak Dipo

 Bismillahirrohmanirrohiim,
Ceritanya, hari ini saya nebeng suami untuk mengubah jadwal kereta. Akhir tahun ini saya merencakan  pergi ke Solo. Mengunjungi Ami sekalian silaturahmi.

Rencananya saya pergi tanggal 28 dan kembali ke Blitar tanggal 1 Januari 2019. Tiket sudah di beli, e ticket sudah tertbit, tinggal cetak tiket yang baru bisa dilakukan h-7. Tetapi karena satu dan lain hal jadwal kepulangan ingin dimajukan. Bukan lagi tanggal 1 januari tetapi tanggal 31 desember. Itu karena tahun baru, pengennya bisa berkumpul di rumah. Kiki yang di Surabaya pulang, saya dan Amipun pulang ke Blitar.



Semenjak mereka berdua kuliah di luar kota, bahkan si Kiki keterusan kerja di sana, momen bersama memang menjadi sesuatu yang sulit dilakukan. Yang satu bisa, yang lain tidak. Maka harus ada kerelaan hati untuk meluangkan waktu. Dan itulah yang sekarang sedang saya lakukan. Semoga Allah meridlonya. Bukankah kita hanya bisa merencanakan sedang kepastian tetap berada di tanganNya?

Tba di stasiun,  masih rame pengantri di ruang tunggu stasiun. Padahal sudah jam dua siang. Di mesin nomer antrian terpasang kertas bertuliskan : mesin antrian A  sudah dimatikan. Di mesin antrian itu memang ada tiga tombol, A, B dan C. Tombol A untuk nomer antrian  pemesanan kereta lokal, B untuk pemesanan kereta jarak jauh dan C untuk customer servis atau pembatalan/ pengubahan jadwal keberangkatan.  Dengan peringatan itu berarti kuota pemesan tiket kereta lokal sudah terpenuhi. 

Besok, adalah hari terakhir semester ganjil. Selama dua minggu ke depan, pelajar di Indonesia akan menikmati libur panjang  mereka.  Melakukan perjalanan dengan  kereta api adalah salah satu pilihannya untuk menghabiskan masa liburan.


Maka tak heran bila tiket kereta segera habis saat musim liburan tiba. Apalagi naik kereta  sekarang lebih menyenangkan. Penumpang dijamin mendapat tempat duduk dan dapat menikmati perjalanan dengan nyaman.

Proses penjadwalan ulang sangat mudah. Saya diminta untuk menuliskan jadwal baru dengan menyertakan bukti transaksi lama kemudian menuju loket untuk diproses. Hanya lima menit proses berlangsung. Saya mendapat kode booking baru untuk kereta yang sama pada hari yang berbeda. Untuk ongkos perubahan jadwal saya harus membayar senilai 25% dari harga tiket.

Setelah urusan beres, kami tidak langsung pulang. Rugi dong. Kami harus menempuh perjalanan selama setengah jam untuk mencapai pusat kota. Maklumlah, orang desa. Jarang-jarang ke kota. Sekalian sampai di kota harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kami menyempatkan diri ke depot  Diponegoro.  Spesialis menu di depot ini adalah rujak cingur. Kami menyebutnya rujak dipo.



Uniknya, di depot ini, rujak dan gado gado disajikan di atas piring yang dialasi daun pisang. Ketika menyantapnya serasa gimana gitu. Ada bau-baunya daun pisang. Jaman dulu penjual rujak selalu membungkusnya dengan daun pisang. Jaman sekarang, daun pisang sudah digantikan posisinya dengan kertas bungkus. Nah di depot ini meskipun rujak dimakan di tempat, tetap saja piringnya di alasi daun pisang. Biar apa coba? Mungkin biar si mbaknya tidak repot cuci piring. Bisa juga toh. Atau karena si penjualnya ingn memberikan sensasi daun pisang pada sajiannya. Ini mungkin juga. 

Terlepas dari berbagai kemungkinan itu, rujak dipo memang enak. Bumbunya pas. Sajiannya menarik dan harganya terjangkau. 

Silahkan berkunjung bila ke Blitar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...