Rabu, 06 Maret 2019

Untuk Semua Orangtua


Bismillahirrohmanirrohiim, 
Mau curhat ini ceritanya. Hari pertama ujian sekolah ada kejadian yang menyesakkan dada. Hari itu seorang anak terdeteksi tidak hadir saat dilakukan absen cepat. Ditunggu beberapa lama, tetap tidak muncul. Maka, tim penjemput segera meluncur ke rumahnya. Ternyata di rumah tidak ada. Anak ini ditemukan di rumah temannya yang punya wifi. Jadi anak ini semalaman bukannya belajar tapi malah internetan. 


Singkat cerita, tim dapat membawa anak ini ke sekolah untuk mengerjakan soalnya. Setelah diusut ke orangtuanya, ternyata orangtua sudah tidak bisa mengendalikannya. Kalau dinasehati anak ini justru akan menyerang orangtuanya. 

Stop sampai di sini saja ceritanya. Sekarang kita mencari pelajaran dari peristiwa ini. Tentang perilaku remaja yang sudah berlagak seperti preman. Di mana letak kesalahannya. 

Ketika lahir ceprot anak anak di dunia ini pasti sama kondisinya. Hanya bisa menangis dan tertawa. Lingkungan, pembiasaan dan interaksi dengan masyarakatnya yang menjadikan mereka berbeda di masa dewasanya. 

Biasanya, anak-anak yang sak karepe dewe itu, akibat dari pembiasaan yang salah terutama dalam hal taat aturan. 

Di manapun kita berada, selalu berhadapan dengan aturan. Masuk dunia kerja ada aturan yang harus ditaati. Di ruang publik pun ada aturan yang harus ditaati, meskipun tidak tertulis. Nah kemampuan seseorang dalam mentaati peraturan ini tidak sim salabim langsung jadi. Kemampuan taat aturan ini harus dilatihkan sejak mereka masih kecil. Mentaati aturan itu membutuhkan ketundukan hati dan ini tidak bisa terjadi dengan sendirinya. 

Orangtua sangat besar perannya dalam hal ini. Seringkali, sikap orangtua yang enggan direpotkan oleh anak-anak membuat mereka memberi kelonggaran pada anak-anak mereka untuk melanggar aturan. 

Ada anak-anak yang melanggar peraturan sekolah sehingga mendapat sanksi dari sekolah. Orangtua datang ke sekolah dan meminta agar sanksi anaknya dilonggarkan. Tentu saja dengan alasan-alasan yang sepertinya masuk akal. Nah kalau ini terjadi, mindset apa yang terbangun pada anak-anak. Eh, kalau gak mau berurusan dengan sekolah, bokap nyokap aja yang maju. Gak mungkinlah mereka gak sayang sama anak. 

Mindset seperti itu tidak saja menjerumuskan diri si anak tetapi juga pasti akan menjadi senjata makan tuan. Percayalah di ujungnya, orangtua pasti akan dibuat repot oleh anak-anak mereka. 

Mendidik anak bukan hanya tanggungjawab sekolah. Justru peran utama pada orangtua dirumah. Terutama dalam urusan pendidikan karakter, penguatan kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual.

Saya melihat anak-anak yang mendapatkan keistimewaan dari orangtua, kecerdasan sosialnya rendah. Cenderung melanggar peraturan, tidak memiliki kontribusi positif dalam kelompoknya dan cenderung menjadi siswa bermasalah. 

Kemampuan anak-anak dalam mentaati peraturan akan berpengaruh dalam kemampuannya menghadapi hidup. Hal ini karena bisa dipastikan dia akan berrhadapan dengan peraturan di manapun dia berada. Sementara orang-orang yang tidak terlatih akan selalu merasa tersiksa. Akhirnya dia memutuskan untuk resign. Masuk ke tempat baru, sama saja. Resign lagi. Begitu seterusnya. 

Sering tidak disadari oleh orangtua akan hal ini. Sudah maunya anak begitu ya begitu. Kalau sekarang kemauannya diikuti, nanti kan dia tahu balas budi ke orangtua. Dan, yang terjadi justru kebalikannya. 

Untuk para orangtua belum terlambat untuk berbenah. Mari kita mendampingi anak-anak kita dengan bijaksana.

#bijaksana
#parenting
#mendampingiabg 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...