Rabu, 20 Maret 2019
Pak Tua
Di saat-saat kritis semua hal bisa terjadi. Begitu kira-kira yang terjadi pada tantangan terakhir RCO. Tapi bagi saya.
Saya membaca novel berjudul Lelaki Tua dan Laut, semata-mata karena putus asa. Kondisi tubuh yang kurang fit selama beberapa hari dan bahkan sempat tepar se-tepar-teparnya, saya main comot saja. Itu kira-kira alasan saya mengapa saya membaca buku ini.
Setelah membaca, beberapa halaman (hampir separoh, bahkan) saya tidak mendapatkan rasa yang membuat saya betah membacanya. Persis seperti lidah saya yang mati rasa. Mengunya apapun rasanya tetap sama: pahit.
Saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengubah cara saya membaca, mengubah posisi membaca juga, tetapi hasilnya tetap sama: saya mati rasa.
Diam-diam saya menyalahkan penterjemahnya. Mengapa tidak bisa membuat pembaca seperti makan krupuk saat membacanya. Maksud saya mendapatkan sensasi ogah berhenti gitu lo. Tapi mengingat banyak sekali pembacanya dan pengarangnya juga mendapat hadiah Nobel, tentu novel ini pastilah top markotop.
Ya sudah, anggaplah saya memang sedang sakit. Yang penting makan, eh membaca. Abaikan rasa itu. Abaikan. Yang penting membaca dan dapat laporan, titik.
Nah setelah hampir mencapai akhir, saya baru mendapatkan sesuatu. Setidaknya saya ngeh dengan apa yang sedang terjadi pada pak Tua ini. Tentang perjuangannya yang seorang diri terkatung-katung di laut demi seekor ikan Marlin raksasa, yang kemudian dirampok oleh ikan hiu. Yang ternyata juga, semua orang mencemaskannya. Bukankah ini seperti petualangan pasukan anak-anak pencinta sepak bola dengan instrukturnya di gua di negara Thailan beberapa waktu yang lalu. Dan dalam kisah ini, Pak Tua sendirian. Mengarungi lautan selama beberapa hari berjuang menangkap ikan dan akhirnya menemukan jalan pulang.
Saya tidak tahu juga apakah karya ini yang mendapatkan hadiah Nobel atau karya yang lain, tetapi saya memang kagum dengan pengarangnya: Ernest Hemingway. Keaguman ini terlebih karena ia dapat mempertahankan konflik yang panjang dengan deskripsi yang detail, seolah-olah dia adalah pelakunya.
Luar biasa.
#ReadingChallengeOdop
#Level5
#tantangan2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Paling sering dilihat
Belajar dari Kemangi
Foto di atas saya peroleh dari media sosial. Mengapa saya tertarik membagikan foto yang dicaption ini. Pertama saya tidak asing ...
-
Hari ini saya mendapat musibah. e Eh bukan sih. Pembelajaran baru, tepatnya. Ketika saya membuka tab, sinyal internet tidak muncul. Itu...
-
Bismillahirrohmanirrohiim, Jamkos atau jam kosong adalah sebutan populer untuk jam pelajaran yang tidak efektif. Tidak ada kegiatan pem...
-
Bermula dari kebutuhan kotak tisu saat lebaran, timbullah niatan untuk membuat kotak tisu rajut. Setelah browsing-browsing pola cover kota...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar