Kamis, 25 April 2019
Yakin, sudah menjadi orangtua yang baik?
Terbangun dini hari dengan perasaan tak menentu. Kemarin adalah hari yang lumayan menguras energi. Pagi hari, saat hadir pada acara launching buku 4Motivateen sempat membaca sedikit isi buku. Tentang riset yang dilakukan anak-anak SMK dengan responden remaja usia mereka.
Salah satu pertanyaannya adalah: siapakah orang yang membuat remaja bersedih? Lebih dari 50% menjawab orangtua.
Ada perasaan gimana gitu ya. Sebagai orang tua saya merasa kurang bisa menerima hasil riset ini. Tapi ini riset. Fakta. Bukan hanya opini atau anggapan sesat.
Rasa penasaran membuat saya menelusuri apa yang diulas dalam buku itu. Ada banyak item yang menjadi alasan mengapa orang tua membuat mereka bersedih. Banyak sekali. Diantaranya, orangtua berpisah, sering mengancam, tidak peduli dan lain sebagainya.
Cut, karena saya harus kembali ke sekolah dan mengembalikan buku itu kepada pemilknya ( ha... buku pinjaman soalnya)
Belum lama berselang, terlibat dalam penanganan siswa bermasalah. Tiga orang anak melarikan diri saat uji kompetensi berlangsung. Hari pertama tidak berhasil menyelesaikan tugas, hari kedua malah menghilang. Guru BK mengundang orangtua dan siswa untuk berdialog.
Saat terjadi pembicaraan itulah terjadi insiden. Si ayah menyampaikan masalah keluarga yang membuat anaknya shock dan emosi. Ia menangis sambil meninju kursi yang diduduki. Terlihat sekali, si anak tidak bisa mengendalikan diri. Sampai-sampai kami terpaku di tempat kami masing-masing.
Seperti sudah dalam rencana yang sangat sempurna. Keraguan saya tentang riset terjawab dalam pertemuan dengan siswa dan walimurid. Bagaimana sebuah kesalahan kecil sangat melukai hati seorang remaja.
Remaja di usia belasan tahun memang unik. Mereka mempunyai ciri khas. Egois, merasa paling benar, ingin menjadi pahlawan dan dapat melakukan semuanya sendiri.
Tidak penting bagi saya, lulus atau tidak. Itu tidak akan mempengaruhi kesuksesan saya.
Sebagai orang tua, mendengar kata-kata itu diucapkan oleh anak di saat-saat akhir masa pendidikan mereka, saya tidak yakin Anda bisa menerimanya dengan lapang dada. Pasti sulit bagi semua orangtua. Terbayang bagaimana jerih payah yang dilakukan selama ini akan berakhir begitu saja.
Di sinilah ketimpangan itu terjadi. Apa yang terpikir oleh anak dan orangtuanya tidak match. Dan inilah yang membuat keduanya terluka.
Sungguh, tidak mudah menjadi orangtua. Para orangtua membutuhkan referensi yang banyak untuk bisa menjalankan perannya.
Sayang, tidak ada pendidikan khusus untuk para calon orangtua. Banyak juga yang terpaksa menjadi orangtua. Maka, jangankan membuat rencana, persiapan menjalani kehidupan rumah tanggapun tidak terpikirkan oleh mereka. Just do it.
Harus dilakukan usaha luar biasa dari para orangtua, terlebih calon orangtua, untuk menjadi orangtua yang baik. Terus belajar dan berdoa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Paling sering dilihat
Belajar dari Kemangi
Foto di atas saya peroleh dari media sosial. Mengapa saya tertarik membagikan foto yang dicaption ini. Pertama saya tidak asing ...
-
Hari ini saya mendapat musibah. e Eh bukan sih. Pembelajaran baru, tepatnya. Ketika saya membuka tab, sinyal internet tidak muncul. Itu...
-
Bismillahirrohmanirrohiim, Jamkos atau jam kosong adalah sebutan populer untuk jam pelajaran yang tidak efektif. Tidak ada kegiatan pem...
-
Bermula dari kebutuhan kotak tisu saat lebaran, timbullah niatan untuk membuat kotak tisu rajut. Setelah browsing-browsing pola cover kota...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar