Saya dulu tidak pernah membayangkan menyaksikan zaman seperti ini. Ingat sekali saat masih kecil, guru agama saya bercerita. Nanti diakhirat, semua orang ditunjukkan apa saja yang dilakukan di bumi. Meskipun ditutup-tutupi, tidak ada yang tahu menurut kita, tapi selalu ada malaikat yang mencatatnya. Terus di sana nanti diputar ulang.
Stop. Sampai di sini saya bertanya. Diputar ulang seperti film itu ya pak? Iya! Jawab guru saya. Caranya gimana ya. Tidak habis pikir.
Eh sekarang ada cctv. Yang dapat merekam kejadian secara otomatis. Dulu, semua itu hampir hayal, tetapi sekarang nyata adanya.
Saya juga pengguna media sosial. Setiap hari saya disuguhi hal-hal baru. Ibarat kata, begitu melek mata saya melihat macam-macam. Orang masak, potong rumput, kecelakaan, orang bertengkar, orang rekreasi jalan-jalan, orang suntuk dengan pekerjaan mereka, orang jualan dan entah apa lagi. Begitu melihat postingan, jempol ini otomatis scroll ke bawah. Melihat lebih banyak dan lebih banyak lagi. Kalau ada yang menarik berhenti sejenak untuk melongok lebih dalam lagi. Kadang tidak puas, buka jendela yang lain dan melihat lebih banyak lagi. Tak terasa waktu tersita begitu banyaknya.
Inilah jaman millenial. Jaman digital. Jaman virtual. Semua orang menelanjangi diri sendiri di hadapan orang lain. Tidak terkecuali aib. Dulu bertengkar, saling mengolok adalah aib. Kalau bertengkar di depan orang itu rasanya malu. Karena terkesan kurang berbudaya. Kalau saya bertengkar dengan kakak saya, ibu saya selalu melotot sambil jari telunjuknya menempel di bibir. Kata-kata beliau yang selalu saya ingat adalah "Hush... jangan keras-keras. Malu didengar tetangga. Seperti orang liar saja" Saya pikir semua orang berpikiran seperti itu. Orang yang berbudaya adalah orang yang menjunjung tinggi etika dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
Sekarang tidak. Di berbagai komunitas orang saling serang dengan kata-kata kasar. Mengumpat, memaki dan bahkan menyumpahi dengan doa buruk. Hanya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda.
Ketika muncul fenomena, gejala sosial, kebijakan baru semua orang berpendapat. Ada yang pro ada yang kontra. Ketika dua pendapat beradu, mereka saling menyerang. Yang kontra menyerang yang pro dan sebaliknya. Padahal kalau dipikir apa yang mereka pertentangkan itu seringkali sesuatu yang kurang mereka pahami.
Padahal memang begitulah faktanya. Bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda dalam melihat suatu masalah. Dari dulu sampai sekarang. Ibarat satu keping uang logam yang memiliki dua sisi. Di salah satu sisi terpahat angka di sisi yang lain terpahat gambar. Dua orang yang duduk berseberangan dengan keping uang logam diantara mereka tentu akan melihat pahatan yang berbeda. Si A melihat angka dan si B melihat gambar. Mana bisa keduanya mengakui apa yang dilihat orang lain. Tetapi bila keduanya bertukar tempat maka mereka dapat melihat apa yang dilihat temannya. Jadi mengapa harus gegeran berkepanjangan. Toh hanya akan membuat hati membara. Siapa yang rugi? Diri sendiri, pastinya.
Hidup di jaman ini memang sarat ujian. Meski tidak dipungkiri media sosial itu banyak manfaatnya tetapi harus diakui pula bahwa sangat berpotensi menggelincirkan kita dalam kubangan dosa.
Inilah takdir saya. Menjadi bagian dari jaman yang sangat membingungkan. Semoga Allah selalu menuntun saya untuk selalu berada di jalanNya. Aamiin ya robbal alamin.
#medsos
#duniamaya
#perang
Inilah jaman millenial. Jaman digital. Jaman virtual. Semua orang menelanjangi diri sendiri di hadapan orang lain. Tidak terkecuali aib. Dulu bertengkar, saling mengolok adalah aib. Kalau bertengkar di depan orang itu rasanya malu. Karena terkesan kurang berbudaya. Kalau saya bertengkar dengan kakak saya, ibu saya selalu melotot sambil jari telunjuknya menempel di bibir. Kata-kata beliau yang selalu saya ingat adalah "Hush... jangan keras-keras. Malu didengar tetangga. Seperti orang liar saja" Saya pikir semua orang berpikiran seperti itu. Orang yang berbudaya adalah orang yang menjunjung tinggi etika dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
Sekarang tidak. Di berbagai komunitas orang saling serang dengan kata-kata kasar. Mengumpat, memaki dan bahkan menyumpahi dengan doa buruk. Hanya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda.
Ketika muncul fenomena, gejala sosial, kebijakan baru semua orang berpendapat. Ada yang pro ada yang kontra. Ketika dua pendapat beradu, mereka saling menyerang. Yang kontra menyerang yang pro dan sebaliknya. Padahal kalau dipikir apa yang mereka pertentangkan itu seringkali sesuatu yang kurang mereka pahami.
Padahal memang begitulah faktanya. Bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda dalam melihat suatu masalah. Dari dulu sampai sekarang. Ibarat satu keping uang logam yang memiliki dua sisi. Di salah satu sisi terpahat angka di sisi yang lain terpahat gambar. Dua orang yang duduk berseberangan dengan keping uang logam diantara mereka tentu akan melihat pahatan yang berbeda. Si A melihat angka dan si B melihat gambar. Mana bisa keduanya mengakui apa yang dilihat orang lain. Tetapi bila keduanya bertukar tempat maka mereka dapat melihat apa yang dilihat temannya. Jadi mengapa harus gegeran berkepanjangan. Toh hanya akan membuat hati membara. Siapa yang rugi? Diri sendiri, pastinya.
Hidup di jaman ini memang sarat ujian. Meski tidak dipungkiri media sosial itu banyak manfaatnya tetapi harus diakui pula bahwa sangat berpotensi menggelincirkan kita dalam kubangan dosa.
Inilah takdir saya. Menjadi bagian dari jaman yang sangat membingungkan. Semoga Allah selalu menuntun saya untuk selalu berada di jalanNya. Aamiin ya robbal alamin.
#medsos
#duniamaya
#perang
Salam kenal mbak.. tulisannya bagus untuk bahan renungan saya juga bahwa memang jaman sudah sangat berubah. Dan kita harus berhati-hati dalam melangkah.
BalasHapusSalam kenal kembali. Terimakasih sudah mampir
HapusSemoga diberi perlindungan kita ya
BalasHapusAamin ya robbal alamin
HapusAlhamdulillah... Semoga kita semua sehat selalu dan diberi keberkahan ilmu dengan kebajikan
BalasHapusAaminn ya robbal alamin
HapusMemang banyak tantangan di zaman sekarang mbk
BalasHapusIya. Mari kita berjuang untuk selalu berada di jalan yang benar
HapusAamiin allahumma aamiin semoga Allah selalu melindungi kita semua
BalasHapusTantangan era milenium y kk.moga kita semua bisa bijak menyikapinya. Makasih kk
BalasHapusSama sama
HapusEra yang super kak.... Smngt selalu
BalasHapusSemangat
HapusAamiin, semangat kak
BalasHapusSemangat
HapusKeren tulisannya
BalasHapusKeren kakak.. #salamsemangat
BalasHapus