Mengapa Kita Melakukan Sesuatu?
Seorang ibu pergi meninggalkan anak-anaknya. Ia mengejar mimpinya.
Seorang remaja belajar di sekolah dengan tekun. Ia menyerap semua ilmu yang diperoleh, baik pengetahuan maupun pelajaran hidup. Sementara itu, remaja lain menghabiskan waktunya bersama perangkat pintarnya.
Ada seorang perempuan yang memilih terlibat aktif di majelis taklim, dan ada pula yang memilih diam di rumah, melayani suami dan mendampingi anak-anaknya.
Ya, setiap orang memilih untuk melakukan sesuatu—atau tidak melakukannya. Kadang-kadang kita melihat pilihan yang tampak kontradiktif. Tak jarang pula kita menyaksikan seseorang melakukan sesuatu yang menurut kita di luar nalar.
Mengapa?
Pertanyaan ini mungkin terdengar konyol bagi sebagian orang, namun menurut saya, ini adalah pertanyaan yang mendasar. Saya yakin, setiap orang memiliki alasan di balik setiap tindakannya. Dan alasan itu pula yang akan menentukan bagaimana seseorang menjalani tindakannya.
Mari kita gunakan teori sederhana: 2W1H – Why? What? How?
Why (Mengapa)?
Pertanyaan ini menggali alasan: mengapa kita melakukan sesuatu?What (Apa)?
Pertanyaan ini mencari tahu: apa yang kita lakukan setelah tahu alasannya?How (Bagaimana)?
Pertanyaan ini menelusuri cara: bagaimana kita melakukannya?
Namun dalam tulisan ini, mari kita fokus pada pertanyaan pertama: Why? Mengapa kita melakukan sesuatu?
Alasan adalah hal yang penting. Ia menjadi pondasi bagi jawaban dua pertanyaan berikutnya. Setidaknya, ada tiga alasan umum mengapa seseorang melakukan sesuatu:
Karena orang lain
Kita melakukannya karena diminta, diperintah, atau ingin mendapat pengakuan dari orang lain. Mungkin karena ingin dihargai, ingin membuktikan bahwa anggapan orang lain tentang kita salah, atau sekadar ingin mendapat simpati. Intinya, kita melakukan sesuatu karena kita butuh validasi. Kita merasa baik karena orang lain bilang kita baik.Karena keinginan diri sendiri
Kita melakukannya karena kita ingin. Kita merasa senang, puas, atau terdorong oleh hasrat pribadi. Ini adalah dorongan internal yang sering kali berkaitan dengan pemenuhan keinginan atau nafsu.Karena memang seharusnya
Manusia memiliki panduan hidup. Bagi seorang Muslim, tuntunan itu termaktub dalam Al-Qur’an. Misalnya, seorang Muslim yang baik harus suka menolong. Maka ketika kita menolong, bukan karena orang lain menyuruh atau karena kita ingin, tapi karena memang seharusnya begitu. Ini adalah alasan berbasis prinsip dan nilai yang kita yakini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar