Minggu, 09 September 2018

Laki-Laki dan Amplop Putih


Serangkaian acara hari ini benar benar melelahkan. Semalam saya tidur amat larut. Meskipun bukan sohibul bait tetapi saya merasa harus terlibat dalam acara super sakral ini. Pernikahan Kusuma, sepupuku.
Bagi kami, ini adalah pernikahan yang sangat istimewa. Perjodohannya dengan sang pujaan hatinya harus melalui perjuangan yang sangat panjang. Hubungan kami sangat dekat, meski usia kami terpaut sangat jauh.


Ibunya adalah adik bungsu ibu saya. Ketika ibu saya meninggal paman dan bibi saya ini adalah supporter  kehidupan saya. Kini setelah kondisi kesehatan bibi saya menurun karena penyakit stroke  kami saling mensupport. Hubungan kami pun semakin dekat.
Ketika Kusuma mengungkapkan perasaan bahagianya menemukan tambatan hati, saya seperti ikut merasakannya. Ketika perjalannya cintanya menemui jalan berliku saya ikut merasakan pedihnya. Ketika mereka berhasil melampauinya, saya ikut merasakan kelegaannya.

Perhelatan dilaksanakan di rumahnya yang mungil, The Green Tamansari. Perumahan di pinggiran kota Surabaya. Jaraknya dari pusat kota lumayan jauh. Di depan rumahnya yang mungil, ada taman kecil dengan tanaman-tanaman perdu dan kolam ikan. Untuk mencapai pintu utama diperlukan jalan memutar yang didesain dengan teras kecil menggantung. Di belakang rumah juga ada kebun mungil dengan tanaman bambu-bambuan memutar mengelilingi dinding.

Di perhelatan ini, saya bukan sekedar tamu yang diundang untuk memberikan restu kepada mempelai berdua. Tetapi saya mendapat kehormatan untuk menjadi PJ penerima tamu. Tugas saya memastikan gadis-gadis cantik menjalankan tugasnya dengan baik. Menjaga buku tamu dan mendistribusikan souvenir  pernikahan.

"Hih... ulat!" Teriakan melengking terdengar di tenda  bagian dalam, tenda khusus untuk kerabat dekat. Spontan saya menoleh ke arah suara.

Seorang tamu bergaun brokat melompat-lompat sambil melemparkan tas tangannya. Tas tangan berwarna keemasan mengudara dan jatuh beberapa meter  dari tempat saya berdiri, tepan di depan kaki seorang pria berbaju kotak-kotak. Isinya jatuh berhamburan.

Pria itu membungkuk, memunguti isi tas tangan yang berhamburan. Sebuah gawai, kartu-kartu dan barang barang kecil lainnya. Hup, laki-laki itu menyisakan amplop berwarna putih dan menginjak dengan sepatunya.

Saya tidak tahu harus berkata apa. Laki-laki itu bangkit menyerahkan barang-barang ditangannya kepada tamu perempuan tadi tanpa bergeser dari tempatnya berdiri. Oh saya harus bagaimana?

1 komentar:

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...