Jumat, 21 Desember 2018

kenangan lama bersama Teman lama


Bismillahirrohmanirrohiim,
Alhamdulillah. Puji syukur kehadiratMu ya Allah saya serasa mendapat rejeki. Saya tersambung dengan teman lama, yang sebetulnya diam-diam sering tak rasani. 

Ceritanya suatu hari saya ditelpun teman kuliah dan mengabarkan kalau dia baru saja bertemu dengan utadzah putranya yang ternyata kenal saya. Oh ya.. itu komentar saya. Dalam obrolan selanjutnya dia bercerita panjang lebar tentang ustadzah itu. Dan tahulan saya bahwa dia, ustadzah itu dik Win, sahabat dan juga teman satu kamar kos ketika kuliah dulu. Dan tidak berselang lama saya dapat telpun eh video call ding. Iya..lah aku ingat dia. Beberapa tahun kami tinggal satu kamar. Hiks... langsung saja kenangan masa itu muncul.

Nama lengkapnya Sri Winarni. Jurusan pendidikan Biologi angkatan di bawahku, selang satu tahun. Muka oval dan hidung runcing. Ha... ha....

Ada satu lagi teman satu kamarku saat itu. Namanya dik Eni. Lengkapnya Eni Mustikawati. Dia juga sudah saya temukan beberapa bulan yang lalu dari salah seorang teman. Seperti nglumpukne balung pisah. Satu persatu kami terhubung.

Hal yang paling saya ingat dari kebersamaan kami adalah, piket masak. Ha..ha... Kami adalah mahasiswa kurang beruntung. Mendapat jatah belanja sangat sedikit dan harus dihemat agar uanguanbisa bulanan kami bisa bertahan satu bulan.



Yang kami lakukan adalah patungan. Kami patungan uang untuk membeli beras dan sayur. Kemudian secara bergantian kami memasak. Satu orang masak untuk makan kami bertiga. Masaknya terserah. Tidak boleh protes kalaupun makanan yang kami makan kurang enak. Jadwal piket masak kita atur sedemikian rupa agar tidak berbenturan dengan jadwal kuliah. Ih... seruuu.

Suatu hari dik Win curhat. Dia bilang sebetulnya gak pede dengan masakannya, tapi apa boleh buat nekat aja. Kan ada komitmen gak boleh protes.

Pernah nih, waktu itu ada masalah air di kosan kami. Airnya itu berbau menyengat karena kaporit. Pas jatah masak dik Win. Dia masak sayur asam. Lah begitu sudah masak, dia panik. Kok rasanya aneh. Dia minta pendapat apa yang salah dengan masakannya. Terus dia cerita, tadi bumbunya digoreng dulu. Saya bilang, lah sayur asam kok bumbunya digoreng sih. Dia bertambah shock. Baru ketahuan kalau masalahnya di air setelah teman-teman dari kamar lain nyeletukin rasa masakannya yang aneh.


Terus ada lagi yang seru, shalat tarawih bersama. Saat itu bulan ramadlan bertepatan dengan pekan ujian. Tarawih nggak ya? Kalau tidak tarawih kok sayang. Kalau tarawih pulangnya sudah malam, waktu belajarnya jadi kurang. Gak ingat siapa yang usul waktu itu, kami tarawih bertiga di kamar. Ya di kamar kami yang sempit, kami geser-geser barangnya biar bisa digunakan untuk berjamaah bertiga. Imamnya siapa? Giliran. Semua orang mendapat jatah jadi imam. Nah kan ketahuan kalau surat pendeknya dari itu ke itu saja. Dan yang terjadi saudara... saya berusaha menghafal beberapa surat pendek untuk menambah perbendaharaan surat pendek. Sambil berjalan pulang pergi dari kampus ke tempat kos saya ndremimil menghafalkan surat pendek.

Sekarang setelah sekian tahun terpisah, inshaallah silaturahmi kami akan tersambung kembali. Terimakasih ya Allah. Semoga ukhuwah kami senantiasa dalam ridloMu.

2 komentar:

  1. Bu Endah memang hebat setiap peristiwa tak terduga menjadi inspirasi cerita. Bagian dari cerita itu kemarin aku duduk fi sebelah Bu Endah saat piket.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha.. ha... iya. Betul itu. Sayang kalau nggak diabadikan bu

      Hapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...