Minggu, 18 Agustus 2019

Jangan Marah


Masih pagi sekali, belum juga jam 07.00. Di hari yang ke-29 ini saya sudah keluar rumah. Tujuan utamanya adalah pesan tiket kereta. Tapi, qodaulloh tiketnya habis. Biasalah kereta api memang moda transportasi paporit. Jadi wajar saja kalau tiketnya laris manis. Ya sudah, naik bus saja.

Dari pada pulang tanpa hasil, saya membeli minuman untuk persiapan lebaran nanti. Si ibu penjual ini sudah berumur, berada di balik etalase. Sementara penataan etalase dan barang dagangan di toko ini mengambil 90 % ruangan. Jadi bisa dibayangkan betapa sulitnya si ibu melihat kondisi dagangan yang tertata di sisi luar tokonya.

Saya menanyakan harga barang yang saya inginkan. Entah kenapa jawaban ibu ini sengak. Tampak sekali emosi si ibu ini tidak baik. Saya disuruh mengambil sendiri karton minuman yang katanya terletak di bagian luar toko. Saya sudah mencarinya berulangkali tetapi tidak menemukan. Setelah saya yakin barang yang saya cari tidak ada, sampaikan ke ibu penjual ini. Ealah, si ibu ini kesal. Sampai istighfar berulangkali. Intinya si ibu ini kesal, kenapa kok saya tidak bisa lihat karton minuman di situ.

Akhirnya, dengan susah payah si ibu ini keluar dan meneliti dengan seksama tumpukan karton-karton yang ada di sana. Ternyata ya memang tidak ada. Mungkin sudah habis terjual. Nah lo.

Saya berusaha berbaiksangka. Mungkin si ibu ini capek atau kesehatannya sedang tidak bagus, atau kondisi emosinya sedang tidak stabil. Rasa dongkol yang menyesakkan dada, perlahan saya tarik ke titik nol. Tarik napas panjang, hembuskan. Ulangi hingga emosi kembali normal.

Memang, menjadi pelayan itu tidak menyenangkan. Kondisi fisik dan mental seringkali mempengaruhi perlakuan atau sikap kita kepada orang lain. Sebagai manusia wajar toh, emosi kita naik turun. Kadang berada di puncak kadang berada di ambang kestabilan. Dan hal itu akan menampilkan pelampiaskan berbeda yang berimbas pada kesan yang ditangkap oleh orang disekitar kita.

Tidak semua orang diberi kemampuan untuk mengendalikan emosi. Tetapi dengan ijin Allah kita bisa melatihnya. Bukankah nabi mewasiatkan kepada kita agar kita tidak marah?  Dalam kemarahan itu ada peran aktif setan. Artinya saat marah, kita berada dalam kendali setan.

Ya sudahlah, cukup jadi pembelajaran saja. Bila sudah tahu efek kemarahan orang lain, jangan sampai kita melampiaskan kemarahan kita kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...