Minggu, 24 Agustus 2025

Anda Hanya Butuh Cermin


Ketika berhadapan dengan masalah apa yang Anda lakukan? Apakah anda akan mengatakan bahwa kesalahan itu disebabkan oleh orang lain, keadaan atau Anda bertanya apa kontribusi Anda sehingga masalah itu terjadi? 

Sebagian besar orang memilih membebankan orang lain atau keadaan untuk bertanggungjawab. Hanya sebagian kecil yang mau mencari tahu apa kontribusinya dalam masalah itu. Padahal perbedaan kedua sikap ini akan menentukan apakah masalah itu akan terselesaikan atau tidak.

Ketika Anda menghadapi masalah, yang pertama Anda rasakan adalah ketidaknyamanan, kecewa, marah dan kalau perlu mengumpat dan menyayangkan mengapa masalah itu terjadi. Selanjutnya Anda akan menyampaikan serentetan pendapat untuk membuat masalah itu tidak terjadi. Sayangnya serentetan pendapat itu Anda sampaikan justru setelah masalah terjadi. Sehingga selantang apapun suara Anda, pendapat Anda itu sudah tidak berguna. Beda cerita bila Anda menyampaikannya sebelum masalah terjadi. Tapi yakinlah bahwa Anda tidak akan mengatakannya. Karena Anda bahkan tidak pernah memikirkannya. 

Begitulah. Pada kasus ini, masalah tidak akan segera teratasi. Mengapa? Karena semua orang sibuk mencari siapa yang salah. Siapa yang harus bertanggungjawab. Ujungnya, pihak yang harus bertanggungjawab tidak ketemu (karena tidak akan ada yang mengakuinya) dan masalahpun tidak teratasi. 

Sebaliknya, bila saat menghadapi masalah Anda berinstrospeksi, melihat ke dalam, kepada diri sendiri dan bertanya apa kontribusi Anda dalam masalah ini, Anda sedang berlaku adil pada diri sendiri. Anda mengakui bahwa setiap orang bisa saja melakukan kesalahan, termasuk Anda dan semua orang. Dengan mengakuinya berarti Anda sedang memberi ruang pada diri sendiri untuk bertumbuh memperbaiki kesalahan. 

Jujur adalah karakter mulia, yang seharusnya ditanamkan sejak kecil, sebagai karakter pondasi. Bukan hanya jujur kepada orang lain tetapi jujur pada diri sendiri. Bahasa kerennya berefleksi. Refleksi itu bisa dimaknai sebagai merenung, menilai sikap, tindakan, pengalaman yang tujuannya untuk memperbaiki diri sendiri. 

Jujur pada diri sendiri artinya, kalau Anda merasa bersalah ya akui. Jangan mencari pembenaran atau berusaha agar dianggap benar. Ketika Anda merenung, berdialog dengan diri sendiri, jawablah dengan jujur. Akui kalau Anda memang salah. 

Eits, tapi jangan berhenti sampai mengakui saja ya. Jangan lupa juga untuk menerima bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan termasuk Anda. Sampai di sini, kalau Anda bisa melakukannya, Anda akan merasa lega. Anda tidak akan dibebani rasa bersalah yang berkepanjangan. Karena ya itu tadi, sudah mengakui. 

Anda akan mudah  untuk melihat cara memperbaikinya. Tapi,  ketika Anda masih berkutat dengan argumen-argumen mencari pembenaran diri, jauh di lubuk hati, Anda akan terluka dan merasa bersalah. 

Bagaimana kalau orang memandang rendah atau menghakimi Anda karena pengakuan Anda? Pertanyaan inilah yang selalu menghantui dan membuat Anda tak pernah jujur pada diri sendiri. Padahal itu hanya  ketakutan yang tidak berdasar. Kalaupun ada yang merendahkan Anda, biarkan saja. Itu tidak akan mempengaruhi hidup Anda. Akan lebih banyak orang yang akan mendukung Anda dari pada orang yang menghakimi anda. 

Jadi jangan takut mengakui kesalahan. Justru dengan begitu Anda akan terlihat lebih dewasa dan lebih kuat. 



2 komentar:

Paling sering dilihat

Naik Kereta, Belajar Hidup

Usiaku sudah kepala lima. Tepatnya lima puluh enam jalan. Anak pertama ku sudah berusia tigapuluh dua tahun, anak keduaku berusi...