Sabtu, 28 Juni 2025

ompet Hilang, SIM-KTP-ATM-STNK Raib: Begini Cara Mengurusnya


Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman buruk dengan harapan Anda bisa mengambil pelajaran. Saya berharap Anda tidak mengalami hal buruk yang saya alami. Atau bila Anda mengalaminya, Anda bisa mengambil tindakan antisipatif agar masalahnya tidak seribet yang saya alami.

Pengalaman saya ini bermula ketika saya kehilangan dompet. Bukan hanya kehilangan uang yang jumlahnya tidak seberapa, tetapi saya juga kehilangan kartu-kartu penting seperti SIM, KTP, ATM, dan STNK. Nah, kebayang kan betapa celakanya saya? Kartu-kartu itu sudah pasti menentukan warna hidup saya.

Dan… tahukah Anda pemicu kehilangan itu? Saya asyik telepon dan mengabaikan tas saya yang teronggok di samping, di lokasi wisata. Saya tidak akan menceritakan kronologinya karena itu hanya akan membuat Anda membully saya.

Begitu saya menyadari bahwa saya kehilangan “harta karun” yang sangat berharga itu, yang saya lakukan pertama adalah mencari surat kehilangan di polsek setempat.

Untuk kehilangan KTP, saya harus menyebutkan NIK dan nomor KK, juga menyertakan fotokopi KK. Untuk kartu ATM, saya harus menyebutkan nomor kartu atau nomor rekening. Untuk kehilangan SIM, saya harus menyebutkan nomor SIM. Untuk kehilangan STNK, saya harus menyebutkan nomor rangka dan nomor mesin, juga harus menyertakan fotokopi BPKB.

Ingat ya, Anda akan mengurus kartu-kartu itu di kantor yang berbeda. Petugas nantinya akan meminta surat kehilangan asli, jadi Anda harus minta beberapa surat kehilangan agar memudahkan dalam pengurusan. Bila yang hilang diurus di kantor yang sama, Anda boleh menjadikannya satu. Misalnya, Anda kehilangan kartu ATM dan buku tabungan di bank yang sama, maka Anda bisa minta satu surat kehilangan.

Mengurus KTP yang hilang cukup mudah. Anda cukup menyiapkan surat kehilangan, fotokopi KK, fotokopi KTP (kalau ada), dan datang ke Dispendukcapil. Di sana, berkas Anda akan dicek dan selanjutnya Anda diberi nomor antrean untuk mengantri di loket perekaman. Jangan khawatir, Anda tidak perlu melakukan perekaman ulang. Di sana, petugas akan mengonfirmasi data Anda, selanjutnya memberikan kartu pengambilan. Bila tidak ada gangguan, hari itu juga KTP Anda akan dicetak ulang.

Mengurus kartu ATM dan buku tabungan juga tidak terlalu ribet. Yang harus Anda siapkan adalah fotokopi KTP, nomor rekening, dan surat kehilangan. Karena waktu itu saya hanya menyertakan surat kehilangan ATM dan buku tabungan tidak tercantum di surat kehilangan tersebut, maka saya harus mencari surat kehilangan baru untuk buku tabungan. Pembuatan ATM dan buku tabungan baru tidak lama. Untuk penerbitan ATM, biayanya Rp25.000.

Yang paling ribet adalah mengurus kehilangan SIM. Bila Anda berpikir bahwa Satpas akan mencetak ulang SIM Anda seperti pengurusan KTP, maka Anda akan kecewa. Faktanya, pengurusan SIM hilang sama dengan pengurusan perpanjangan SIM. Anda harus tes kesehatan, tes psikologi, dan foto ulang. Semua ada biayanya:

  • Tes psikologi: Rp125.000
  • Tes kesehatan: Rp50.000
  • Penerbitan SIM C: Rp75.000

Yang harus Anda siapkan adalah:

  • Surat kehilangan
  • Rekomendasi bahwa Anda tidak terlibat laka lantas dan tidak sedang ditilang
  • Cek database di loket pendaftaran

Setelah semua berkas lengkap, kumpulkan ke loket pendaftaran dan Anda akan diminta menunggu informasi dari Satpas.

Beberapa hari kemudian, Anda akan mendapat pesan dari kantor Satpas untuk melanjutkan proses berikutnya. Anda datang kembali ke Satpas, tes kesehatan dan psikologi, lanjut ke pendaftaran, loket pembayaran, foto, dan pengambilan SIM.

Rangkaian proses dari pendaftaran, tes kesehatan, tes psikologi, pembayaran, foto, dan pengambilan SIM bisa berlangsung dalam satu hari, dengan catatan jaringan stabil dan keping SIM tersedia. Bila salah satu kendala itu terjadi, Anda akan dipersilakan kembali lagi.

Pengurusan STNK juga tak kalah ribet. Ini bahkan yang paling ribet. Ada 12 syarat yang harus dipenuhi untuk mengurus kehilangan STNK. Dan karena saya baru tahu persyaratan ini setelah proses berlangsung maka, saya harus bolak-balik seperti sterika. Berikut saya tuliskan 12 persyaratan untuk mengurus STNK yang hilang:

  1. Laporan kehilangan dari kepolisian 
  2. Berita Acara Pemeriksaan
  3. Pernyataan dari pemilik Di tandatangani di atas materei
  4. KTP Pelapor
  5. KTP Pemilik STNK
  6. Surat Kuasa bila diurus orang lain
  7. BPKB Asli
  8. Kwitansi laporan Radio 3x, tanggal tidak boleh sama
  9. Kwitansi laporan koran dan kliping dilampirkan 3x tanggal tidak boleh sama
  10. Cek Fisin Ranmor
  11. Surat Keterangan tidak terlibat perkara kecelakaan Lalu Lintas
  12. Surat Keterangan tidak melanggar peraturan lalu lintas disertai surat dari bagian tilang

Tuh, banyak kan. Syarat no 1 dan 2 diurus di Polsek. Pastikan keluar dari Polsek Anda sudah mendapatkan keduanya agar tidak kembali lagi. Sebetulnya keduanya ini satu paket. Tapi pengalaman saya petugas yang membuatkan untuk saya hanya memberi laporan kehilangan saja sehingga saya harus kembali untuk mengurusnya. 

Syarat no 8 dan 9, kedua-duanya harus ada. Tidak bisa hanya terpenuhi salah satu. Di sekitar samsat biasanya ada jasa iklan ini. Tetapi tarifnya lumayan menguras kocek. Jadi persiapkan dana yang cukup untuk pengurusan ini. 

Syarat no 11 dan 12 juga kita cari saat mengurus SIM hilang. Sehingga bila Anda kehilangan SIM dan STNK Anda harus minta kedua-duanya. Satu untuk mengurus SIM, satu untuk mengurus STNK. 

Selanjutnya semua berkas difotokopi rangkap 3, dimasukkan ke dalam Map warna merah untuk sepeda motor, warna biru untuk mobil penumpang dan warna hijau untuk mobil barang. 

Begitulah, pengalaman buruk sekaligus pelajaran berharga yang saya ambil dari sebuah kecerobohan.  Semoga pengalaman saya ini bisa menjadi pelajaran juga bagi Anda agar lebih waspada dan tidak ceroboh seperti saya.


Rabu, 18 Juni 2025

Undangan dari Langit


Dua puluh empat tahun yang lalu

Suara riuh rendah para pengantar calon jemaah haji memenuhi halaman rumah limas kami. Hari ini, ayah mertuaku bersama kakak iparku akan diantar ke pendopo kabupaten. Alhamdulillah, beliau berdua ditakdirkan Allah berangkat haji tahun ini. Kami, anak cucu, dengan penuh suka cita dan haru mengantar mereka. Semoga perjalanan lancar, sehat lahir batin, sehingga terutama ayah mertua dapat menjalankan semua rukun dan sunah haji.

"Makde adalah keturutan Mbah Hamid yang menjadi pendahulu menuju Baitullah. Setelah ini semoga menular ke keturunan Mbah Hamid yang lain," kata Saiful, sepupu suamiku, dengan suara lantang yang segera disambut suara “Aamiin” dari orang-orang yang mendengarnya.

Saat itu kami sedang bersiap-siap di halaman. Beberapa mobil sudah disiapkan untuk mengantar mertua dan kakak ipar. Aku dan Azizah akan masuk ke salah satu mobil carteran yang berada tak jauh dari tempat Saiful berdiri.

"Setelah ini Kang Amir sekalian, kemudian Kang Sanusi sekalian, selanjutnya Kang Hasan sekalian," lanjut Saiful, yang lagi-lagi disambut dengan gema “Aamiin.”

Hatiku rinai. Basah oleh perasaan yang entah seperti apa. Nama-nama yang disebutkan Saiful itu adalah saudara kandung suamiku. Amir adalah anak ketiga mertuaku, seorang guru PNS yang sekarang berdomisili di Lawang. Sanusi adalah menantu dari anak kelima, juga seorang guru PNS, tinggal di Madiun. Hasan adalah menantu dari anak keenam, juga guru PNS, dan tinggal di Kediri. Mereka adalah saudara-saudara suamiku yang kehidupannya sudah mapan.

Aku mendesah. Di antara tujuh bersaudara, suamiku memang kurang beruntung secara finansial. Ia hanya sopir carteran yang di-PHK. Hidup kami timbul tenggelam. Saat ini suamiku membuka toko kelontong kecil dan aku hanya seorang guru honorer yang gajinya tak cukup untuk kebutuhan sebulan. Kondisi kami memang jauh berbeda dengan saudara-saudara suamiku yang lain.
Keberadaan kami seperti lap kotor yang sering tak dianggap. Disisihkan di tempat tersembunyi karena mengganggu pemandangan. (Semoga itu hanya perasaanku saja).

Di tengah hiruk-pikuk itu, aku tenggelam dalam perasaan yang perih.Ya Allah, Engkau Maha Kaya. Engkau pemilik dunia seisinya. Engkau mengundang siapa pun yang Engkau kehendaki untuk bersujud di rumah-Mu yang agung. "Aku juga ingin ya Allah, ingin, ingin..." rintihku sambil menggigit bibir. Hatiku seketika basah. Suara tawa di sekitar seperti jarum yang menusuk-nusuk hatiku hingga berdarah dan menyisakan rasa perih. Kupeluk Azizah. Kuciumi wajahnya dengan brutal—menyembunyikan kepedihan yang menyayat ini.
@@@

13 April 2024

Aku melakukan shalat Dhuha di pelataran Ka'bah dengan sujud yang panjang. Setelah bangun dari sujud dan menatap bangunan Ka'bah, penuh haru, air mata tak terbendung. Rasa bahagiaku membuncah melahirkan tangis yang riuh.

Puji syukur ke hadirat-Mu ya Allah, Engkau takdirkan aku berada di sini, di tempat yang dirindukan oleh semua umat Muslim. Sungguh, karunia-Mu begitu besar. Kau ijinkan aku menjadi bagian dari jutaan umat-Mu untuk mengunjungi rumah-Mu yang agung, seperti yang dilakukan oleh ayah mertuaku puluhan tahun yang lalu.

Ini adalah perjalanan terpanjangku—menempuh ribuan mil untuk sampai di dua kota suci: Madinah Al-Munawwarah dan Makkah Al-Mukarramah. Bukan haji, tetapi umrah. 

Allah berkenan mengundang kami semata-mata karena kemurahan-Nya.
Seketika Dia mengusikku dengan niat yang menggebu, memudahkan kami untuk menyelesaikan pembayaran biaya umrah dengan cara yang tak bisa dihitung secara matematika, merangkai kejadian-kejadian indah hingga hari itu tiba. Allah mengumpulkan kami bersama orang-orang baik dan menempatkan kami di tempat yang baik.

Tak pernah aku sangka, harapan yang pernah kutanam dalam perih dan sunyi itu kini bersemi indah di pelataran Ka'bah. Allah tak pernah menutup telinga-Nya atas rintihan hamba. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjawab doa. 

Dan hari itu, 13 April 2024, menjadi bukti bahwa tak ada yang mustahil jika Allah berkehendak.
Kini aku percaya, doa yang diselipkan dalam derai air mata dan keyakinan yang disematkan dalam luka, kelak akan menemukan jalannya—menuju pelukan langit.

Selasa, 10 Juni 2025

Menjadi Indonesia: Belajar dari Suara dan Cerita


Banyak cara untuk belajar.
Banyak pula sumber belajar di sekitar kita yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri, menambah pengetahuan, dan mengasah keterampilan. Dahulu, belajar identik dengan membaca—itulah sebabnya muncul istilah "kutu buku", sebutan bagi orang-orang yang gemar membaca.

Hingga kini, aktivitas membaca masih menjadi metode penting bagi siapa saja yang sedang menuntut ilmu, baik melalui buku fisik maupun e-book. Namun, membaca bukanlah satu-satunya cara untuk belajar.

Berdiskusi juga merupakan cara yang efektif. Bila membaca memberi kita informasi satu arah, maka dalam diskusi, kita menantang diri untuk mengonfirmasi pemahaman kita kepada orang lain. Dengan proses ini, secara tidak langsung, kita menguji apakah pemahaman kita sudah tepat atau masih perlu diluruskan.

Cara lain adalah menyimak percakapan orang lain.
Mendengarkan orang lain berbicara—meski tanpa keterlibatan langsung—bisa membuka wawasan baru. Menyimak podcast, misalnya, sering kali memperkaya perspektif kita dan bahkan meluruskan informasi yang keliru.

Baru-baru ini saya menyimak sebuah podcast yang menarik. Podcast ini merupakan program NU Online dengan tema besar “Menjadi Indonesia.” Dalam salah satu episodenya, dihadirkan seorang tokoh sejarah: JJ Rizal. Judul podcast tersebut cukup mencuri perhatian: “Kegagalan Pemuda Memungut Negara.” Durasinya hampir satu setengah jam. Anda bisa menyimaknya di Sini

Podcast ini adalah sumber belajar yang sangat menarik. Alih-alih membaca buku sejarah, kita justru memperoleh pengetahuan dari seorang ahli sejarah yang menyampaikannya dengan gaya santai dan jenaka—mudah dicerna dan menyenangkan. JJ Rizal memilih jurusan sejarah dengan penuh kesadaran dan berkomitmen penuh menjalani jalan itu.

Hal ini membuat saya tertarik. Sejak dulu, saya menganggap pelajaran sejarah membosankan—penuh hafalan tahun dan peristiwa yang menumpuk. Saya bahkan sempat frustrasi. Sejarah, bagi saya saat itu, tidak memiliki seni. Saya lebih menyukai matematika atau kimia, yang kaya simbol dan penuh tantangan. Mengerjakan soal-soal rumit terasa seperti bermain game yang mengasah logika.

Namun, podcast ini mengubah pandangan saya. Ternyata, sejarah bisa sangat keren. Mendengar kisah JJ Rizal seperti mendengar dongeng menjelang tidur dari nenek saat saya kecil—bedanya, ini cerita nyata. Saya pun menyimak dengan seksama, mengikuti alur ceritanya, agar memperoleh pemahaman utuh. Karena ini format video, saya bisa memutar ulang bagian-bagian tertentu sesuka hati.

Bagi guru sejarah, podcast seperti ini bisa menjadi media pembelajaran alternatif yang menarik. Bahkan, bukan hanya untuk guru sejarah—semua guru bisa memanfaatkan podcast sebagai media belajar yang efektif.

Isi podcast ini memungut kembali informasi-informasi yang sempat terlewat oleh saya.

Topiknya membahas perjalanan bangsa kita sejak akhir Orde Baru hingga masa Reformasi. Saat itu, saya berusia hampir 30 tahun. Masih muda—dibanding sekarang, tentu saja. Saya tinggal di desa dan mendapatkan informasi hanya dari TV nasional dan swasta—media yang kadang informasinya perlu dipertanyakan kebenarannya.

JJ Rizal menyampaikan kisah dari sudut pandangnya sebagai pelaku sejarah. Ia ikut terjun ke jalan, membacakan sajak sebagai pembuka ritual demonstrasi. Dari cerita-cerita itu, saya menyimpulkan bahwa suasana saat itu cukup mengerikan.

Mendengarkan podcast ini membuka cakrawala baru bagi saya. Sejarah yang dulu terasa membosankan, ternyata bisa hidup dan bermakna bila disampaikan dengan jujur, jenaka, dan penuh semangat. 

Dari cerita JJ Rizal saya belajar, bahwa memahami sejarah bukan sekadar menghafal tanggal dan peristiwa. Belajar sejarah menjadi harga mati kalau kita ingin kembali ke rumah besar kita, Indonesia. 

Semoga semakin banyak ruang belajar seperti ini—yang membumi, mencerahkan, dan menyentuh nurani.



Membaca Quran mudah di Aplikasi NU Online

Membaca Al Quran bagi umat Islam adalah amalan favorite. Merupakan bagian dari ibadah yang dianjurkan. Namanya membaca tentu ada media yang dibaca atau sering kita sebut mushaf. Dulu membaca Al Quran dilakukan ditempat-tempat khusus dan diwaktu-waktu khusus. Semua karena terbatas dengan alat atau media yang digunakan. Tetapi di era digital ini, umat islam dimudahkan dengan al Quran digital. Membaca Al Quran menjadi lebih mudah. Tidak perlu repot-repot membawa mushaf. Selain itu juga dapat dilakukan dimanapun kita berada. 

Salah satu aplikasi yang memberikan fasilitas baca quran digital adalah Nu Online. Fitur Al Quran berada di halaman depan dan ditempatkan paling awal. 

Begitu klik, akan muncul  halaman depan nu online. Update lokasi dan waktu sholat akan muncul di layar HP Anda.  Anda akan segera mengetahui waktu sholat terdekat sehingga Anda bisa melaksanakannya di awal waktu. Di bawahnya ada menu utama. Paling awal adalah Al Quran. Mari kita kulik menu ini. 

Tampilan halaman menu ini seperti gambar di samping. Paling atas ada icon bookmark, pengaturan dan mesin pencari. Mari kita bahas satu persatu. 

Icon bookmark atau penanda buku. Terlihat ada gambar penanda buku di sana. Ketika Anda klik maka akan tampil halaman seperti ini. 


Tampak ayat tersimpan. Ini artinya pengguna aplikasi ini menandai surah yang dibaca. Bisa jadi pengguna membaca satu surah tetapi belum menuntaskannya karena satu urusan. 
Misalnya begini, Ibu Aini selalu membaca surah kahfi setiap hari Jumat. Karena kesibukan hari itu bu Aini tidak bisa menuntaskan bacaannya dan terhenti di ayat ke 60. Bu Aini akan menuntaskan kembali bila kesibukannya telah usai. Maka bu Aini menandai ayat yang dibaca dan menyimpannya di bookmark agar mudah dicari. 

Icon berikutnya adalah gambar gerigi yang kita kenal sebagai icon pengaturan. Bila klik icon ini maka akan muncul menu pengaturan untuk menyesuaikan kebutuhan. Halamannya akan tampil seperti gambar berikut. 
Terlihat ada pengaturan Quran tajwid. Bila button di akktifkan maka akan tampil ayat berwarna yang setiap warna menunjukkan bacaan tajwidnya. Panduan Tajwid bisa di lihat dengan cara mengeklik anak panah di sebelah kanan tulisan "panduan tajwid"

Tampilan warna warni itu seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. 
Warna hijau adalah bacaan ikhfa, warna merah adalah bacaan idgham bilaghunnah dan seterusnya. Semua bisa dilihat di panduan tajwid. Bagaimana bila pengguna ragu dan ingin memastikan bacaannya? Pengguna bisa klik gambar audio dan mendengarkan bacaan yang benar. 

Pengaturan lain tentang tampilan. Pengguna bisa mengatur tampilan utama apakah ingin ditampilkan per halaman atau per ayat, apakah ingin ditampilkan mode surah atau mode juz. Untuk ayat yang terakhir dibaca apakah diatur secara otomatis ataukah diatur secara manual. Pengguna bisa melakukan pengaturan sesuai keinginan. 

Di halaman utama Al Quran selain mode surah dan mode Juz ada juga menu riwayat. Bila di klik menu riwayat, maka akan muncul riwayat bacaan pengguna. Ada bacaan terakhir, ada riwayat bacaan dan ada populer dimana tertera surah-surah pilihan pengguna. Bila Anda mempunyai kebiasaan membaca surah Al Mulk, Anda dapat langsung klik surat tersebut untuk membacanya. 

Itulah kemudahan yang kita peroleh bila kita menggunakan aplikasi ini. 

Apakah Anda mempunyai pengalaman seru saat menggunakan aplikasi ini? Saya mengundang Anda untuk berbagi di kolom komentar.


Sabtu, 31 Mei 2025

NU Online

Bermula ketika berziarah ke makam aulia, salah seorang diantara kami memimpin bacaan tahlil. Dia tidak membaca buku yang biasanya memuat paket lengkap -bacaan surah yasin dan tahlil- melainkan dia membaca dari aplikasi di gadgetnya. Penasaran dong. Karena aplikasi yang saya pakai itu hanya untuk baca quran saja. Untuk tahlil, saya menyimpan scan buku tahlil yang tersimpan di drive. Ketika  melirik, saya melihat ada aplikasi nu online di gadgetnya. Temanku ini membuka bacaan tahlil langsung dari aplikasi. Wow, keren dong.

Saya mengenal nu online itu sudah sejak lama, tetapi yang sselama ini saya akses adalah versi webnya. Jadi saya harus buka browser dulu dan mencarinya di bookmark. Ternyata nu online ada aplikasinya. Bukti bahwa saya ternyata kurang update. 

Tanpa berpikir panjang saya mulai mencarinya di playstore. Cukup ketik nu online dan dalam waktu sepersekian detik saya mendapatkan logonya yang familiar itu. Tanpa berpikir panjang saya segera mengunduh dan menginstalnya. Setelah berhasil saya mulai berselancar di fitur-fiturnya. 

Seperti mendapatkan permainan baru, saya mulai membuka fitur-fitur yang ada di sana. Cukup lengkap juga ternyata. Di halaman depan hanya ada 7 fitur utama. 

Al Quran, 

wirid dan doa, 

kiblat, 

tahlil dan yasin, 

qurban, 

zakat dan sedekah. 

Untuk fitur lengkap bisa klik "lainnya". Anda akan menemukan 16 fitur lagi


Bagi saya, fitur ini sangat membantu. Al Qurannya familiar dan mudah dibaca. Amalan yang sering saya lakukan seperti baca surah Yasin dan tahlil bisa langsung klik. Untuk tahlil ada pilihan apakah bacaannya lengkap atau singkat. Di fitur wirid dan doa ada berbagai macam wirid yang biasa kita amalkan sehari hari. Ada 34 bacaan shalawat yang sering dibaca di majlis taklim warga nahdliyah. 

Tampaknya aplikasi ini didesain untuk memenuhi kebutuhan warga nahdliyah dengan amaliyah hariannya. 

Anda yang setiap hari memiliki amalan baca surah-surah pilihan seperti yasin, Mulk, ar rahman, waqiah atau surah kahfi akan dengan mudah mendapatkan surah-surah tersebut tanpa harus buka Al Quran. Yang terbiasa mengamalkan tahlil tinggal klik. Yang terbiasa membaca asmaul husna juga tinggal klik di fitur doa dan wirid. Di sana ada beberapa pilihan untuk bacaannya. Ada yang dilengkapi dengan doa pembuka dan doa setelah membaca asmaul husna. 

Bagi Anda yang suka membaca, ada pilihan artikel yang terhubung dengan website. Karena terhubung dengan website maka artikelnya lumayan update. Para imam yang membutuhkan referensi khutbah jumat atau khutbah yang lain bisa memilih kategori khutbah. 

Berita gembira juga bagi yang suka membaca tafsir. Anda bisa membuka terjemahan dan tafsir surat/ayat yang sedang Anda baca. Ada titik tiga disebelah kiri ayat. Ada beberapa menu yang bisa dipilih dengan mengeklik tiga titik tersebut. Anda bisa putar ayat, bagikan ayat, lihat terjemahan, tandai terakhir baca dan simpan ke bookmark. Lengkap bukan? 

Jadi menurut saya, aplikasi ini tidak hanya memfasilitasi penggunanya untuk membaca Al Quran tetapi juga memfasilitasi semua kebutuhan umat Islam terutama yang berhaluan ahli sunnah wal jamaah menjalani hari-harinya untuk beraktifitas tanpa meninggalkan amaliyah ubudiyahnya. 

Apakah aplikasi ini berbayar? Tidak. Aplikasi ini gratis tetapi memberi kesempatan pengguna yang ingin bersedekah. Anda akan sering mendapat notif "dukung kami untuk terus berkembang" di halaman yang Anda baca. Bila berkenan boleh klik dan bersedekah sesuai kemampuan Anda. Sedekah minimal 10.000 dan ada beberapa pilihan nominal sedekah. Setelah klik jumlah yang ingin Anda sedekahkan, Anda akan diarahkan ke metode pembayaran dan selanjutkan Anda bisa melakukan pembayaran. Bila Anda tidak berkenan cukup abaikan dan lanjutkan aktifitas Anda. Semudah itu menggunakan fitur-fitur di aplikasi ini. 

Karena saya juga baru menggunakan aplikasi ini maka belum banyak yang bisa saya review untuk pembaca. Inshaallah saya akan menambahkannya di tulisan yang akan datang. 

Paling sering dilihat

ompet Hilang, SIM-KTP-ATM-STNK Raib: Begini Cara Mengurusnya

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman buruk dengan harapan Anda bisa mengambil pelajaran. Saya berharap Anda tidak mengalami hal b...