Minggu, 30 Januari 2022

Meretas Kehidupan

Istilah sononya life hack. Istilah ini baru saya kenal beberapa hari yang yalu. Ketika berselancar menemukan artikel-artikel dengan hastag life hack. Sepertinya saya tidak asing dengan apa yang dibahas dengan life hack. 
Yah, meretas kehidupan. Membuat hidup lebih sederhana. Orang kita bilang tak ada rotan akar pun jadi. Tidak usah muluk-muluk. Nyatanya hidup memang banyak masalah. Dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Tinggal bagaimana kitanya saja. Bagaimana cara kita menyelesaikan masalah. Mau yang instan, tinggal beli atau mau menciptakan sendiri. 
"Kiat hidup atau retasan hidup (bahasa Inggris: life hack) adalah sebarang kiat, jalan pintas, keterampilan atau metode baru yang meningkatkan keproduktifan dan ketepatgunaan dalam semua lapisan masyarakat."
Seringkali kita menemukan masalah dalam hidup ini. Pasti kita berpikir kan bagaimana cara menyelesaikan masalah. Misalnya nih, Anda membutuhkan locker untuk mewadahi barang-barang agar kamar Anda terlihat rapi. Beli donk. Ah itu mah, cara biasa. Asal punya uang, semua orang pasti bisa melakukannya. Anda punya uang tapi sayang kalau harus keluar uang sebegitu banyak untuk masalah ini.
Suatu hari saat ke pasar Anda melewati pedagang buah. Ada banyak keranjang buah tak terpakai di sana. Melihat ukurannya dan bentuknya, muncullah ide untuk menyulap keranjang buah bekas itu menjadi sesuatu yang dapat membantu Anda menyelesaikan masalah. Anda beli keranjang buah itu dengan harga murah kemudian Anda bawa pulang. Dengan sedikit sentuhan dan kreatifitas, Anda jadikan keranjang buah bekas yang ditempatnya sebagai barang tak berguna menjadi berguna. 
Seperti ini misalnya. 
Manfaatnya dapat, estetiknya dapat, kantongpun aman. Berapa rupiah yang sudah diselamatkan dengan cara ini? 

Begitulah. Banyak cara untuk menyederhanakan hidup ini. Ayo, mana life hack Anda. Tunjukin donk 


Minggu, 09 Januari 2022

Mengapa Blended Learning?

Blended learning adalah sebuah model pembelajaran yang menggabungkan antara moda daring dan moda luring dalam kegiatan pembelajaran. Moda luring adalah moda dimana kegiatan pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan jaringan. Kegiatan pembelajaran saat tatap muka merupakan salah satu contoh moda luring. Siswa berdiskusi dengan pendampingan guru, siswa menggali informasi dengan bimbingan guru, guru menjelaskan materi di kelas dan guru menjawab pertanyaan secara langsung adalah aktifitas-aktifitas moda luring. 

Sedangkan moda daring adalah aktifitas pembelajaran yang memanfaatkan jatingan. Guru menyampaikan materi ajar melalui grup whatsapp adalah contoh sederhana penggunaan jaringan dalam kegiatan pembelajaran moda daring. Aktifitas pembelajaran moda daring yang lebih komplek dan sistemik adalah dengan memanfaatkan LMS serupa google Classroom, quipper, atau ruang kelas. Di dalam LMS itu guru dapat membagikan materi, melakukan penilaian dan bahkan berinteraksi aktif dengan siswanya. 

Sebagaimana sudah diuraikan di depan upaya guru menggabungkan kedua moda tersebut dalam kegiatan pembelajaran adalah manifestasi dari model pembelajaran blended learning. 

Menilik dari pemahaman di atas, blended learning dilakukan di kondisi dimana aktifitas daring dan luring memungkinkan untuk dilaksanakan. Saat maraknya pandemi yang mengakibatkan semua sekolah dinonaktifkan, pembelajaran dialihkan dalam moda daring (pembelajaran jarak jauh) sepenuhnya. Siswa dan guru terhubung dengan bantuan jaringan. Apakah dengan moda daring tidak bisa dilakukan tatap muka? Bisa. Tetapi tetap memanfaatkan jaringan. Misalnya pembelajaran dengan menggunakan zoom meeting. 

Pada saat pandemi sudah mereka, sekolah mulai di bukan kembali. Pembelajaran dilakukan secara tatap muka terbatas. Jumlah siswa yang mengunjungi sekolah dibatasi. Jumlah jam juga dibatasi. Di sinilah muncul masalah. Bagaimana caranya memberikan kesempatan yang sama kepada siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Solusinya adalah mengatur jadwal sedemikian rupa sehingga siswa masuk secara bergantian. Cara lain adalah dengan menggunakan model blended learning. Pada siswa yang mengunjungi sekolah diterapkan moda luring sementara siswa yang tidak mengunjungi sekolah diterapkan moda daring. 

Sampai disini kita dapat memahami bagaimana model pembelajaran blended learning itu diterapkan. 

Berdasarkan penyesuaian SKB 4 menteri Tentang panduan pembelajaran di masa pandemi covid 19 setiap satuan Pendidikan yang berada di level 1,2,3 wajib mengadakan PTM terbatas. Pembatasan ini dilakukan pada jumlah siswa (untuk Kategori B, C dan D) serta durasi jam belajar.  Artinya, meskipun kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan tetapi tetap dilakukan pembatasan. 

Pembatasan inilah yang perlu disiasati dengan model pembelajaran blended learning. Mengapa blended learning? Pertama, karena waktu belajar terbatas. Disebutkan dalam penyesuaian SKB 4 menteri bahwa kegiatan pembelajaran dilaksanakan maksimal 6 jam. Bagi siswa tingkat menengah atas waktu tersebut dirasa masih kurang. Kekurangan waktu ini bisa disiasati dengan menggabungkan moda daring dan luring dalam kegiatan pembelajaran. Dengan pemaduan dua moda tersebut pembelajaran diharapkan menjadi lebih efektif. Kegiatan tatap muka di sekolah difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang membutuhkan interaksi langsung guru dan siswa. Sementara kegiatan yang dapat dilakukan secara mandiri dilakukan siswa secara virtual. 

Kedua, memiliki kemampuan dalam mengoperasikan perangkat digital yang memadai. Setelah sekian lama menjalankan pembelajaran jarak jauh guru dan siswa suka tidak suka dipaksa untuk menguasai penggunaan teknologi. Mereka mulai akrab dengan perangkat digital. Mereka sudah terlatih menggunakan aplikasi pembelajaran. Sehingga guru dan siswa sudah familiar dengan moda daring. Maka blended learning bisa dilaksanakan tanpa hambatan yang berarti. 

Ketiga, blended learning dapat mengejar ketertinggalan siswa dalam belajar. Bila pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka saja, capaian yang diperoleh siswa kurang maksimal. Ini bisa diibaratkan seperti orang yang berjalan menempuh suatu tujuan. Sebuah perjalanan ditempuh dalam waktu duabelas jam dengan berjalan kaki, tetapi bila ditempuh dengan menggunakan sepeda motor hanya akan memakan waktu tiga jam. Jauh lebih efisien bukan? 

Itulah tiga alasan penting mengapa model pembelajaran blended learning harus dilakukan. 

Sabtu, 01 Januari 2022

Djoglo

Joglo atau djoglo adalah nama rumah tradisional Jawa. Bangunan kokoh dengan atap tinggi menjulang. Bangunan ini banyak ditemui pada jamannya sebagai hunian keluarga berkelas di daerah Jawa. Ada beberapa bagian dari rumah ini dengan fungsinya masing-masing. 

Di blitar, ada rumah makan yang mengusung konsep Joglo untuk memikat calon pengunjungnya. Bahkan joglo yang ditulis dengan huruf "d" Di depan digunakan sebagai namanya. Tampa embel-embel waroeng atau rumah makan.  Nama djoglo justru disandingkan dengan tempat dimana rumah makan berada. Seperti yang kami kunjungi sore ini, djoglo jatimalang. Itu artinya djoglo yang terletak di daerah jatimalang, sebuah daerah di pinggiran kota Blitar arah menuju penataran. 
Rumah makan ini dihiasi barang-barang yang terkesan njawani. 
Ada gunungan wayang di salah satu bagiannya. Tempatnya di luar bangunan. Outdoor gitu. Perabot nya juga khas Jawa. 
Di ruang terbuka yang terletak di bagian depan, seperti bale ada meja kayu besar dan tebal. Diatasnya ada gerabah (peralatan yang terbuat dari tanah) 
Dindingnya vulgar. Tembok batu bata tanpa pelapis dan menonjolkan daun jendela dan pintu ukiran dengan kayu jati natural. Satu set kursi sedan juga ada di sana. Memandangnya saja sudah mengingatkan saya pada jaman dahulu kala. 

Selanjutnya berbicara tentang menu. Seperti di kebanyakan rumah makan, ada menu utama untuk mengenyangkan perut, aneka minuman hangat dan dingin serta kudapan. Saya memilih sop buntut, suami dan anak saya memilih rawon. Untuk minuman saya memilih wedang jahe sedangkan suami memilih kopi tubruk. 
Berbeda dengan makanan lain, sop buntut disajikan dalam panci stainless kecil dengan bagian bawah yang sepertinya untuk menjaga ke hangatannya. Dagingnya lembut abis. Kehangatan kuahnya benar-benar pas disantap disaat hujan gerimis begini. 

Untuk harga makanannya masih cukup terjangkaulah. Sesuai dengan penampilan dan rasanya. 
















Waroeng Godhong: Destinasi Kuliner Blitar



Rumah makan, kafe, warung atau apalah namanya itu, adalah tempat tujuan untuk orang-orang lapar. Dan, malam ini saya bersama Ami sudah berada di satu tempat untuk tujuan itu, makan.

Namanya unik, waroeng godhong. Waroeng itu tempat jual makanan, godhong itu daun (dalam bahasa jawa). Sepertinya warung ini belum lama keberadaanya di Blitar. Karena saya yang sudah tinggal bertahun-tahun di Blitar baru tahu ada warung di daerah Sananwetan ini. Tapi memang akhir-akhir ini banyak bermunculan rumah makan di Blitar. Mulai dari kafe biasa sampai rumah makan kelas mewah. Menarik juga. Jadi banyak varian. Gak bosan dengan makanan yang itu itu saja. 
Mengapa waroeng godhong? Itu adalah pertanyaan saya ketika mendengar namanya pertama kali. Setelah mendatangi waroeng ini saya mencoba membaca konsepnya melalui perfirmance waroeng ini. Banyak daun tiruan menghiasi penampilan waroeng ini. Di salah satu dindingnya juga terdapat lukisan dedauan berwarna hijau segar. 
Selain itu alat untuk menyajikannya juga berbentuk daun. Unik bukan. Ah tidak hanya itu juga. Ada daun pisang asli yang digunakan untuk mengalasi makanan saat disajikandisajikan,  baik penyajian makanan juga kudapan. Ah ya, buku menupun terkesan daun daun gitu. Daun pandan yang dianyam. Sepertinya ini tiruan. 


Bagaimana dengan menunya? 
Cukun familiar di lidah. Menu yang umum-umum saja. Menu nasi dan lauk seperti sego lele, sego cumi, sego urang dan aneka sambal. Porsi nasi tidak terlalu banyak. Cocok untuk program diet saya. Tentu dengan porsi itu kita masih bisa menambah dengan aneka kudapan seperti tahu petis, tahu genjrot, menkes dan sejenisnya. 

Kalau harga? 
Aman. Waroeng ini meskipun terlihat exclusive tetapi harga makanannya cukup ramah dikantong. 
Jadi menurut saya, bolehlah direkomendasi untuk dikunjungi lain hari. 



Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...