Selasa, 10 Juni 2025

Menjadi Indonesia: Belajar dari Suara dan Cerita


Banyak cara untuk belajar.
Banyak pula sumber belajar di sekitar kita yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri, menambah pengetahuan, dan mengasah keterampilan. Dahulu, belajar identik dengan membaca—itulah sebabnya muncul istilah "kutu buku", sebutan bagi orang-orang yang gemar membaca.

Hingga kini, aktivitas membaca masih menjadi metode penting bagi siapa saja yang sedang menuntut ilmu, baik melalui buku fisik maupun e-book. Namun, membaca bukanlah satu-satunya cara untuk belajar.

Berdiskusi juga merupakan cara yang efektif. Bila membaca memberi kita informasi satu arah, maka dalam diskusi, kita menantang diri untuk mengonfirmasi pemahaman kita kepada orang lain. Dengan proses ini, secara tidak langsung, kita menguji apakah pemahaman kita sudah tepat atau masih perlu diluruskan.

Cara lain adalah menyimak percakapan orang lain.
Mendengarkan orang lain berbicara—meski tanpa keterlibatan langsung—bisa membuka wawasan baru. Menyimak podcast, misalnya, sering kali memperkaya perspektif kita dan bahkan meluruskan informasi yang keliru.

Baru-baru ini saya menyimak sebuah podcast yang menarik. Podcast ini merupakan program NU Online dengan tema besar “Menjadi Indonesia.” Dalam salah satu episodenya, dihadirkan seorang tokoh sejarah: JJ Rizal. Judul podcast tersebut cukup mencuri perhatian: “Kegagalan Pemuda Memungut Negara.” Durasinya hampir satu setengah jam. Anda bisa menyimaknya di Sini

Podcast ini adalah sumber belajar yang sangat menarik. Alih-alih membaca buku sejarah, kita justru memperoleh pengetahuan dari seorang ahli sejarah yang menyampaikannya dengan gaya santai dan jenaka—mudah dicerna dan menyenangkan. JJ Rizal memilih jurusan sejarah dengan penuh kesadaran dan berkomitmen penuh menjalani jalan itu.

Hal ini membuat saya tertarik. Sejak dulu, saya menganggap pelajaran sejarah membosankan—penuh hafalan tahun dan peristiwa yang menumpuk. Saya bahkan sempat frustrasi. Sejarah, bagi saya saat itu, tidak memiliki seni. Saya lebih menyukai matematika atau kimia, yang kaya simbol dan penuh tantangan. Mengerjakan soal-soal rumit terasa seperti bermain game yang mengasah logika.

Namun, podcast ini mengubah pandangan saya. Ternyata, sejarah bisa sangat keren. Mendengar kisah JJ Rizal seperti mendengar dongeng menjelang tidur dari nenek saat saya kecil—bedanya, ini cerita nyata. Saya pun menyimak dengan seksama, mengikuti alur ceritanya, agar memperoleh pemahaman utuh. Karena ini format video, saya bisa memutar ulang bagian-bagian tertentu sesuka hati.

Bagi guru sejarah, podcast seperti ini bisa menjadi media pembelajaran alternatif yang menarik. Bahkan, bukan hanya untuk guru sejarah—semua guru bisa memanfaatkan podcast sebagai media belajar yang efektif.

Isi podcast ini memungut kembali informasi-informasi yang sempat terlewat oleh saya.

Topiknya membahas perjalanan bangsa kita sejak akhir Orde Baru hingga masa Reformasi. Saat itu, saya berusia hampir 30 tahun. Masih muda—dibanding sekarang, tentu saja. Saya tinggal di desa dan mendapatkan informasi hanya dari TV nasional dan swasta—media yang kadang informasinya perlu dipertanyakan kebenarannya.

JJ Rizal menyampaikan kisah dari sudut pandangnya sebagai pelaku sejarah. Ia ikut terjun ke jalan, membacakan sajak sebagai pembuka ritual demonstrasi. Dari cerita-cerita itu, saya menyimpulkan bahwa suasana saat itu cukup mengerikan.

Mendengarkan podcast ini membuka cakrawala baru bagi saya. Sejarah yang dulu terasa membosankan, ternyata bisa hidup dan bermakna bila disampaikan dengan jujur, jenaka, dan penuh semangat. 

Dari cerita JJ Rizal saya belajar, bahwa memahami sejarah bukan sekadar menghafal tanggal dan peristiwa. Belajar sejarah menjadi harga mati kalau kita ingin kembali ke rumah besar kita, Indonesia. 

Semoga semakin banyak ruang belajar seperti ini—yang membumi, mencerahkan, dan menyentuh nurani.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

ompet Hilang, SIM-KTP-ATM-STNK Raib: Begini Cara Mengurusnya

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman buruk dengan harapan Anda bisa mengambil pelajaran. Saya berharap Anda tidak mengalami hal b...