Minggu, 29 Maret 2020

Karena Tidak Tahu


La iyo, usume pagebluk koyo ngene, kudune awake dewe ki nggethu lek ngibadah. La kok malah ra oleh ngibadah ki piye???

(La iya, di saat wabah begini kita seharus fokus beribadah. La ini malah kita dilarang beribadah, maksudnya gimana) 

Itu tadi adalah kalimat yang terlontar dari tetangga saya, seorang nenek berusia kurang lebih enam puluh tahun yang ahli yasinan, dibaan, istighosah dan kegiatan keagamaan yang lain. 

Oh mohon untuk tidak dihujat, apa lagi dibully. Tetangga saya itu mengatakan seperti itu pasti karena tidak paham dengan apa yang terjadi. Dia tidak paham Covid-19 itu apa dan mengapa kita harus membatasi diri sedemikian rupa. Dulu, yang dialaminya ketika ada wabah flu burung tidak sedemikian mencekam. Tdak sampai anak-anak sekolah dirumahkan, orang dipaksa untuk tetap di rumah dan kegiatan keagamaan yang bersifat jamaah dihentikan. 

Tetangga saya itu, yang biasanya saya panggil lek Nah, hanyalah seorang nenek yang ingin menghabiskan waktu tuanya untuk beribadah. Dia hanya tahu bahwa hidup dan mati itu ditangan Allah. 
Lek Nah bukan politikus yang ingin menggoreng isu apalagi ingin menentang pemerintah. Tidak sama sekali. 

Saya mencoba meluruskan pemahamannya, karena sayalah orang yang berada di dekatnya saat itu. Sebisa saya. Dengan modal yang sangat terbatas. 

Ketika orang memaknai ibadah terlalu sempit, maka dia akan terjebak. Ibadah adalah hubungan langsung antara hamba dengan sang khaliq. Bisa dilakukan sendiri-sendiri bisa dilakukan secara berjamaah. Allah mengetahui apa yang kita niatkan di dalam hati. Fisik hanyalah sesuatu yang terlihat dan merupakan bagian luar saja. Sementara Allah menilai ibadah kita dari apa yang ada dihati kita. Anggap saja ini saatnya kita disuruh uzlah.

Kembali ke lek Nah dan teman-temannya, mereka mewakili sebagian besar rakyat kita yang masih belum paham dengan kondisi ini. Dibutuhkan lebih banyak relawan untuk melakukan edukasi kepada mereka. Bukan dengan bahasa yang sulit dimengerti, melainkan dengan bahasa yang baik dan menenangkan. 

Bisa jadi relawan itu Anda. Orang yang lebih paham dengan apa yang terjadi. Yang mampu berkomunikasi dengan baik, mencerahkan dan bukan malah merendahkan. 

#lawancorona


Senin, 02 Maret 2020

Ketika Akses Terhenti

Di jaman super ini kita semua dimanjakan dengan berbagai kemudahan. Semua serba klik. Urusan yang biasanya dilakukan di luar ruangan, bisa dilakukan di dalam ruangan dan tidak mengenal waktu libur. Itulah kehebatan kecerdasan buatan. Itulah kehebatan jaman millenial.

Berkenalan dengan ke-modern-an harus siap menghadapi masa-masa sulit juga selain menikmati kemudahan. Yang sederhana saja ya. Listrik. Hari ini listrik sudah menjadi nyawa kehidupan. Semua urusan terselesaikan bila ada listrik. Nah ketika listrik padam, penderitaanlah yang dirasakan.

Urusan bayar membayar tagihan juga demikian. Dengan adanya internet banking dan dompet elektronik, banyak hal bisa diselesaikan dengan mudah. Bayar tagihan listrik, bayar iuran bpjs, beli tiket pesawat, beli tiket kereta dan ngojekpun, pembayarannya bisa dilakukan non tunai. Lebih enak. Tidak usah bawa duit kemana-mana tetapi tetap aman, asal saldonya cukup.

Tetapi, akan menjadi masalah besar bila sistem bermasalah. Seperti hari ini. Transaksi melalui dompet elektronik mengalami kegagalan. Ini menjadi masalah. Meskipun sebetulnya penyelesaiannya mudah. Ya tinggal dilakukan secara manual saja kan. Tetapi karena sudah terlanjur nyaman dengan kemudahan, maka sedikit kesulitan saja rasanya sudah sangat menderita.

Beda jaman, beda generasi tentu beda culture. Ketahanan seseorang ditentukan dari stimulus yang diterima selama proses yang di alami. Ketika semua didapatkan dengan mudah maka ketahanan untuk menolong diri sendiri juga lemah. Seperti kata pepatah, tanaman yang tumbuh di tanah yang tandus akarnya akan kuat mencengkeram bumi. Sehingga dia akan kuat menahan terpaan angin.

Manusia kurang lebih sama. Diperlukan proses pembelajaran yang sedemikian rupa untuk meningkatkan kemampuannya bertahan hidup.




Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...