Senin, 28 Desember 2020

Renungan Akhir Tahun

Tetiba saja kita sudah berada di penghujung tahun. Saat saya membuat tulisan ini, tahun baru tinggal tiga hari lagi. Menjelang tahun baru saatnya berintropeksi diri. Mengenang capaian selama 365 hari yang sudah terlewati. Kita  pasti akan mengenang kejadian-kejadian berkesan tahun ini. Mungkin kita ditakdirkan mengalami masa-masa berat atau sebaliknya, kita dihujani anugerah tiada tara oleh yang maha kuasa. 

Satu hal yang sangat berkesan bagi saya dan selertinya akan terus menempel diingatan. Begini ceritanya. Setiap awal tahun setiap ASN kan harus membuat progran sasaran kerja. Namanya sasaran kerja pegawai. Dalam program itu seorang ASN harus membuat program untuk dirinya sendiri. Rencana apa yang harus dilakukan selama setahun ke depan. Selain kegiatan wajib yang menjadi tupoksinya (merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi) seorang guru harus memprogram kan kegiatan-kegiatan yang menunjang peningkatan kompetensi seperti unsur pengembangan diri dan PKB. Salah satu unsur yang saya programkan saat itu adalah membuat buku pedoman guru. 

Buku pedoman guru merupakan acuan kerja seorang guru setahun ke depan. Di dalam buku pedoman guru itu saya tuliskan target saya di tahun 2020 yang meliputi peningkatan 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogis, profesional, sosial dan kepribadian. Dalam setiap target saya jabarkan secara detil kegiatan apa saja yang akan saya lakukan untuk mencapai target itu. 

Jujur saja saat membuat buku pedoman guru itu yang terpikir dalam benak saya hanyalah memenuhi kewajiban saja. Menggugurkan kewajiban. Itu sebabnya maka saya segera melupakan sesaat setelah membuatnya. Saya menyimpannya  dalam bentuk file yang belum sempurna di folder bersama dengan dokumen-dokumen yang lain. Setelah itu saya tidak pernah membuka apalagi membacanya. 

Kegiatan berjalan dan sayapun disibukkan dengan banyak tugas. Banyak kejadian yang menyita energi saya. Diantaranya pandemi covid 19. Bagi saya, tahun ini merupakan tahun terberat. Pandemi mengharuskan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Dengan segala keterbatasan saya mulai mengubah moda pembelajaran. Ini bukan hal yang mudah. Saya sadar kemampuan saya terbatas tetapi saya tidak boleh menyerah. 

Beberapa hari yang lalu seorang teman meminta contoh buku pedoman guru dan sayapun membongkar file-file yang tersimpan rapi di folder kedinasan. Saya menemukan kembali file buku pedoman guru. Sebelum mengirimkan kepada teman, saya sempatkan untuk membaca ulang file itu. 

Saya terkesima dibuatnya. Mengapa? Setelah saya renungkan ternyata tanpa saya sadari kegiatan yang saya lakukan setahun ini sebagian besar saya tuliskan sebagai target dalam buku itu.  Buku itu sudah saya lupakan setelah saya buat saat itu. Bahkan saya belum sempat mencetaknya. Tetapi isiinya seperti menuntun saya untuk melakukan kegiatan yang sama seperti apa yang saya tuliskan. Kok bisa ya? 

Sepertinya tanpa saya sadari otak saya sudah merekamnya dan mengarahkan saya untuk melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Hal itu menyadarkan saya tentang pentingnya membuat rencana. 

Membuat rencana berarti kita meluangkan waktu untuk merenung dan memikirkan apa yang ingin kita capai di hari mendatang.  Boleh jadi kita akan mengabaikannya setelah itu tetapi otak kita akan merekam dan mengarahkan kita. Itulah sebabnya kita perlu membuat resolusi di awal tahun.  

Bagaimana menurut Anda? 

Jumat, 25 Desember 2020

Jumat Berkah


Hari ini hari Jumat tanggal 25 Desember 2020. Tanggal di penghujung tahun bertepatan dengan hari natal di mana kaum nasrani merayakan sebagai hari raya. Bagi umat Islam, hari jumat merupakan hari yang istimewa karena hari Jumat ini memiliki banyak keutamaannya

Dalam kesempatan kali ini saya tertarik dengan kata berkah yang berasal dari bahasa arab barokah. Kata ini sudah sangat akrab di telinga kita. Seringkali digabungkan dengan kata serupa rizki, umur, waktu dan lain sebagainya. Misalnya, rizki yang barokah, waktu yang barokah atau umur yang barokah. Kata barokah ini menjadi harapan dan doa bagi kita semua. Maka saya penasaran dengannya. 

Saya sering bertanya tentang arti kata "barokah' ini kepada beberapa ustadz. Selain itu saya juga mencari tahu dengan berselancar mencari makna kata barokah ini. Pendeknya, selama bertahun-tahun setiap kali mendengar kata itu otak saya selalu mengulang pertanyaan yang sama. 
Jawaban yang saya terima adalah: bertambah-tambah manfaatnya. Jawaban itu adalah jawaban terbanyak yang saya terima. Dalam sebuah kesempatan disampaikan contoh seperti ini. Tentang rizki yang barokah. Misalnya seseorang mendapatkan rizki 100 ribu. Ia gunakan uang 100 ribu itu untuk membeli makan dan cukup untuk 5 orang. Sementara ada orang lain yang mendapatkan rizki dengan jumlah yang sama tetapi uang sebesar itu digunakan untuk biaya makan 10 orang. Nah maka boleh dikatakan bagi orang kedua rizkinya lebih barokah. Nah dalam hal ini, barokah saya maknai sebagai nilai yang kecil untuk manfaat yang lebih besar. 
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata bernah diberi makna sebagai karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi umat manusia. Kebaikan merupakan kata kunci dari makna ini. Jadi ujungnya adalah kebaikan. Maka karunia atau pemberian Tuhan yang tidak mendatangkan kebaikan bukanlah berkah. 

Lalu bagaimana orang tahu bahwa yang diperolehnya itu barokah. Semua orang ingin mendapatkan keberkahan. Mendapat rizki ya rizki yang barokah. Mendapat pekerjaan yang barokah. Memiliki umurpun yang barokah. Tapi bagaimana kita tahu bahwa rizki, pekerjaan dan umur kita barokah? 
Ini yang agak rumit menurut saya. Kembali bahwa barokah itu menjadi harapan maka kita perlu tahu dong apakah harapan kita itu sudah terwujud atau belum.  Saya lupa dari mana saya mendapat nasehat bijak ini tapi saya merasa pas dan selalu mengingatnya. Indikator apakah kita mendapatkan keberkahan adalah ketika kita bergerak menuju Allah. Misalnya kita mendapat pekerjaan nih. Dengan pekerjaan itu bagaimana kehidupan kita, apakah hati kita semakin condong kepadaNya atau tidak. Apakah kualitas ibadah kita semakin baik atau tidak. Ini penting sekali. Bukan masalah seperti apa pekerjaannya atau sesibuk apa kita bekerja tetapi kalau hati kita terkait denganNya ibadah kita akan terjaga.

Dengan demikian kalau kita mendapat sesuatu entah itu rizki, jodoh, pekerjaan, penghasilan, atau yang lain kemudian setelahnya hati kita menjadi semakin tenang, hati kita anteng, ibadah kita menjadi lebih baik maka inshaallah yang kita terima itu adalah berkah. Dan sebaliknya bila setelah mendapat sesuatu hati kita menjadi galau dan malas-malasan untuk beribadah (yang ini menjadi pertanda kita semakin jauh dariNya) maka boleh jafi apa yang kita dapatkan itu tidak berkah. Sekalipun yang kita terima itu nilainya besar dan menjadi impian semua orang. 

Seperti itulah makna berkah yang saya pahami. Apakah ini benar. Wallohualam bis sowab. Hanya Allah yang tahu. Ilmu Allah begitu luas. Tidak diberikan ilmuNya kepada makhluk selain yang dikehendakiNya.   




Kamis, 24 Desember 2020

Stop, jangan bandingkan aku dengan orang lain!

Stop, jangan bandingkan aku dengan orang lain!

Ini adalah catatan saya sebagai wali kelas. Wali kelas itu ibaratnya adalah wakil dari orangtua untuk mengurus  sekian banyak anak yang usianya  hampir sama yang masing-masing membawa permasalahan yang berbeda. Kebayang kan, betapa ruwetnya. Orangtua saja yang mengurus dua atau tiga anak saja pusing apalagi wali kelas. Ya kan?Tetapi saya bersyukur menjadi wali kelas karena dengannya saya menjadi kaya. (Kaya masalah maksudnya). 

Saat paling seru bagi seorang wali kelas adalah saat menjelang pembagian raport. Bukan hanya repot merekap semua rekaman aktifitas akademis dan karakter siswa perwalian selama satu semester saja. Tetapi juga harus berlapang dada menerima laporan dari rekan sejawat karena siswa perwalian berulah. Ada yang masih punya tanggungan tugas atau masih belum melengkapi penilaian.  Benar-benar menguras energi. 

Tetapi di sinilah uniknya. Ketika masalah muncul, intensitas komunikasi saya dengan mereka srmakin meningkat. Kesempatan  "mengobrol" dengan mereka semakin luas. Di sini saya semakin sadar bahwa siswa-siswa yang "bermasalah" ini sejatinya membawa sesuatu dalam dirinya.  

Judul tulisan ini saya simpulkan sebagai protes mereka yang berkesempatan mengobrol panjang dengan saya. Tidak hanya satu atau dua tapi beberapa di antara mereka. Itulah protes mereka terhadap keadaan.  

Tuh, lihat kakakmu, pinter. Nilainya bagus. Gak pernah bikin masalah. Nggak kayak kamu, bikin masalah aja. Sudah gitu gak punya prestasi. 

Itu hanya salah satu contoh saja, kalimat yang dapat melukai hati mereka. Dibandingkan dengan saudara, teman atau bahkan artis adalah cara yang paling kejam untuk menjatuhkan mental anak-anak. Namun sebagai orang dewasa kita sering mengabaikannya. Saya katakan orang dewasa di sini, karena fenomena membandingkan ini tidak hanya dilakukan oleh orangtua tetapi seringkali dilakukan oleh guru atau siapapun yang ada di lingkungan mereka. 

Fenomena membandingkan ini kalau dilihat dari sudut pandang anak adalah cara sadis untuk meruntuhkan mental mereka. Tetapi dari sudut pandang orangtua tidak demikian. Orangtua melakukan itu karrna ingin menyadarkan anak bahwa ada hal baik yang bisa dicontoh dari orang lain. Dua sudut pandang yang sangat bertolakbelakang ini tentu saja tidak dapat disatukan. 

Maka harus diambil jalan tengah. Niat orangtua untuk memotivasi anak bisa berhasil dan di sisi lain, anak tidak merasa direndahkan. Bagaimana caranya? 

Ajaklah anak berdiskusi. Ingat ya, berdiskusi bukan engkel-engkelan. Biasanya kita terjebak dalam debat kusir yang tidak menyelesaikan masalah. Jangan sampai hal itu terjadi. Caranya adalah dengan meminta anak berpendapat tentang contoh yang kita maksud. Mulailah dengan pertanyaan  seperti ini, "Bagaimana menurut pendapatmu tentang kakak/adik?" Selanjutnya biar anak mengemukakan pendapatnya. Mungkin pendapatnya berbeda dengan pendapat kita. Tapi bertahanlah untuk tidak menyerangnya. Di saat giliran kita berpendapat, sampaikan pendapat kita secara proporsional. Tidak perlu berlebihan. 

Pilihlah saat yang tepat untuk berdiskusi. Berdiskusi yang baik dilakukan saat emosi kita dan anak stabil. Kita tidak sedang marah atau jengkel. Karena bila ini terjadi diskusi itu tidak akan efektif. Yang terjadi justru sebaliknya. Hubungan kita semakin renggang dan anak akan semakin terluka. Jadi tahan dulu untuk memilih waktu yang tepat. 

Beri kesempatan anak  untuk menyampaikan pendapat. Ini sangat penting karena pada dasarnya setiap orang ingin didengarkan. Jadi bukan hanya orangtua yang ingin didengarkan tetapi mereka juga ingin didengarkan. Boleh jadi pendapat mereka bertolak belakang dengan pendapat kita, tetapi terimalah. Menolak pendapat mereka tidak secara otomatis membuat mereka mengikuti pendapat kita. Jadi percuma juga menolak dan memaksa mereka. Yakinlah bahwa itu tidak akan berhasil. Akan lebih baik bila kita ajak mereka untuk memikirkan konsekwensi atau resiko yang akan terjadi.  

Hargai capaian mereka. Satu hal yang sering kita lupakan adalah menghargai capaian mereka. Bukan capaian dalam arti prestasi yang spektakuler ya. Capaian di sini adalah sesuatu yang berhasil mereka capai setelah mereka berusaha. Sekecil apapun. Misalnya ketika anak-anak bangun pagi. Ketika anak-anak pulang tepat waktu. Ketika anak-anak mengerjakan tugas yang kita bebankan kepada mereka. Srbagian orang menganggap semua itu hal remeh temeh. Tetapi mungkin menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka. Meskipun mereka tidak mengungkapkan bahwa mereka ingin dihargai tetapi bukan berarti mereka suka diabaikan. Bagi mereka penghargaan itu adalah penyemangat untuk meningkatkan capaian mereka. Karena setiap individu unik, maka tak perlulah kita membandingkan antara satu dengan yang lain. 

Bangun komunikasi. Membangun komunikasi sangat penting dalam hubungan antar manusia, terlebih hubungan antar orangtua dan anak. Prinsip dasar komunikasi adalah menyampaikan pesan. Orang yang terlibat dalam komunikasi masing-masing berperan sebagai penyampai pesan dan penerima pesan. Pesan yang diterima oleh penerima pesan harus sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Bila tidak maka akan terjadi gagal paham yang berpotensi menimbulkan konflik. Jadi kalau ingin menyampaikan pesan pastikan anak-anak memahami dengan benar pesan yang kita sampaikan. Bila mereka tidak memahaminya jangan buru-buru menganggap mereka bodoh. Boleh jadi cara yang kita pilih untuk menyampaikan pesan itu yang salah. Boleh jadi bahasa kita tidak dipahami olrh mereka. Boleh jadi pesan kita sampaikan pada saat yang tidak tepat. Jadi lakukan koreksi pada diri sendiri. 

Semoga kita menjadi orangtua yang bijaksana. 



Sabtu, 19 Desember 2020

Review Kalender Custom

Beberapa waktu yang lalu melihat tayangan di youtube. Begitulah dunia hari ini. Kalau ingin tahu kehidupan orang lain, yang terkenal, yang setengah terkenal maupun yang tidak terkrnal bisa dilakukan hanya dengan nge-klik youtube. Percayalah mereka akan membagikan drama kehidupannya dengan cuma-cuma kepada semua orang.

Saya tertarik merenungi salah satu topik pembicaraan mereka, yaitu tentang tuntutan mengingat hari-hari penting pasangan. Setidaknya ada satu peristiwa penting yang dikenang oleh seseorang yaitu tanggal lahir dan tanggal pernikahan. Sementara orang menunjukkan kepedulian dengan cara saling mengingat hari hari tersebut. Maka wajarlah bila ada orang yang tidak mengingatnya diklaim sebagai orang yang tidak peduli. 

Tetapi, tidak semua orang mempunyai ingatan yang bagus.  Ada juga orang yang tidak mudah mengingat. Dan ini bisa menimbulkan masalah yang serius. Ada seorang perempuan yang mengancam bercerai bila suaminya tidak ingat tanggal pernikahan mereka. Wah... Runyam kan. 

Maka perlu dipikirkan cara untuk mengingatnya. Salah satunya dengan menambahkan pengingat pada kalender. Seperti kita diingatkan trntang hari-hari besar yang beri warna atau tanda yang berbeda. Warna merah untuk libur hari minggu atau hari libur lain. 

Masalahnya kalender semacam itu adanya cuma custom. Jadi mari kita lihat apa itu kalender custom. Kalau saya memaknai custom itu suka-suka. Mohon maaf kalau tidak sesuai dengan kamus. Suka-suka disini artinya terserah kita. Kitalah yang menentukan mau diberi gambar apa, warna apa, mau diberi quotes atau tidak, mau ditandai tanggalnya atau tidak. 

Keunikan dari kalender custom ini yang pertama adalah bisa dipasang foto terbaik kita. 
Nah seperti tampilan di atas. Jadi kalender ini dapat digunakan untuk momen terindah kita baik sendiri maupun bersama dengan orang yang kita sayangi. 
Ah bisa juga untuk mengabadikan momen berharga seperti saat umroh atau saat berlibur di tempat istimewa. Daripada foto hanya disimpan di galeri, ya kan? Kita bisa menyaksikannya setiap hari karena kalender ini akan menemani kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari. 

Keunikan yang lain adalah kita dapat meminta ada quotes di kalender kita. 
 Quotes atau kutipan bisa dari pemesan dan juga bisa minta dicarikan. Seringkali kutipan bijak membuat hati orang yang membacanya tenang. Maka bagi orang yang senang membaca kutipan bijak bisa memanfaatkan kalender yang terkesan personal ini. 

Keunikan berikutnya dari kalender custom ini adalah pemesan dapat meminta untuk menandai tanggal penting seperti tanggal lahir, tanggal pernikahan atau bahkan juga untuk pengingat hajatan atau peristiwa yang akan dilaksanakan di tahun depan. Misalnya nih, peringatan seribu hari meninggalnya ayah/kakek atau sejenisnya. Yang demikian itu tidak akan kita dapatkan di kalrnder yang terjual di pasaran. 
Jadi, semakin menarik bukan kalender seperti ini? Nah, kalian bisa memesannya di @drafbintang. Ownernya seorang anak muda yang ingin berkarya. Untuk pemesanan klik di sini ya 

http://wa.me/+6289630916416

 

Kamis, 17 Desember 2020

Bahasa Tuhan


Bahasa adalah media untuk berkomunikasi. Dengan bahasa yang dipahami oleh kedua belah pihak maka pesan yang ingin disampaikan oleh seseorang dapat dipahami dan selanjutnya direspon sebagaimana seharusnya. Itulah kunci dasar komunikasi. Mungkin secara teori agak mbulet dipahami tetapi dalam keseharian kita sudah menerapkannya. 

Bagi orang yang mempercayai keberadaan Tuhan tentu meyakini bahwa dalam hidupnya tidak akan terlepas dari komunikasi denganNya. Tentu saja dengan cara yang khusus. Beribadah dan berdoa adalah salah satu bentuk komunikasi kita dengan Tuhan. Dia adalah Maha mengetahui apa yang tersirat dan tersurat. Tuhan adalah zat yang memahami semua bahasa. Di lain pihak, manusia tidak. 

Manusia seringkali tidak mendengar sinyal yang dikirimkan Tuhan kepadanya. Paling-paling yang dia tahu, kalau berdoa dan kemudian di lain waktu "doanya" terkabul dia beranggapan bahwa dia berhasil berkomunikasi dengan Tuhan. Benarkah anggapan itu? 

Tidak salah juga. Tuhan mendengar doa dan berkenan mentakdirkan sesuatu yang selaras dengan doanya. Tetapi komunikasi Tuhan dengan manusia tidak pernah terputus barang sedetikpun.  Seriusan!!. 

Dalam setiap detik waktu yang kita lewati, di sana ada bahasa Tuhan yang disampaikan kepada kita. Melalui apa? Melalui kejadian demi kejadian. 

Seperti misalnya, suatu ketika kita sedang sibuk melakukan pekerjaan yang sangat penting. Nah, di tengah kesibukan itu, eh tetiba listrik mati. Ini suatu kejadian yang berada di luar kendali kita bukan? Tetapi itu terjadi dan berdampak terhadap aktifitas kita. Saat itulah Tuhan sedang berkomunikasi dengan kita melalui kejadian listrik padam. Itulah bahasa Tuhan. Lalu apa pesan yang ingin disampaikan Tuhan kepada kita? 

Di sinilah kecerdasan spiritual seseorang mendapat tantangan. Ada orang yang mengomel-ngomel karena merasa terganggu dengan kejadian itu. Ia merasa rugi dan tidak diuntungkan dengan adanya kejadian itu. Dalam hal ini berarti dia tidak dapat menerima pesan yang disampaikan Tuhan kepadanya. Dalam bahasa sederhananya, dia tidak memahami bahasa Tuhan. Seperti orang yang sedang berbicara dengan orang beda suku yang tidak mengenali bahasanya. 

Namun, hal ini tidak terjadi dengan orang yang paham dengan bahasa Tuhan. Ada sesuatu yang tertangkap oleh hatinya. Setiap orang bisa menginterpretasikan bahasa Tuhan ini dengan kepekaan hatinya. Misalnya ada orang yang menangkap pesan bahwa ia diingatkan untuk beristirahat sejenak. Tuhan menyayanginya. Dia adalah seorang pekerja keras yang gila kerja. Sering melupakan waktu untuk beristirahat. Baru sadar bahwa tubuhnya perlu beristirahat saat dia sakit dan mengeluarkan banyak duit. 

Boleh dibilang  hanya orang-orang yang cerdas hatinya yang dapat mengenal, menterjemahkan dan meresponnya dengan positif. Orang yang cerdas hati itu adalah orang yang mata hatinya awas. Mungkin bisa diibaratkan hati itu adalah sensor. Orang yang mata hatinya awas akan sensitif saat menangkap sinyal dan merespon sinyal itu dengan benar. 

Mengutip prnjelasan Kyai Imron dalam salah satu kajiannya yang pernah saya lihat-dengar bahwa cara paling mudah brlajar memahami bahasa Tuhan adalah dengan cara menerima ketentuan Tuhan tanpa alasan.  

Mari kita buat sebuah contoh yang lebih konkrit untuk memahaminya. Ini seringkali terjadi pada hal-hal yang kurang menyenangkan. Karena keadaan tidak menyenangkan inilah yang biasanya secara naluri kita tolak. Kalau kejadian yang menyenangkan sih iya aja. Ya kan. 

Kejadian tidak menyenangkan itu misalnya laptop nge-hang disaat kita sedang sangat membutuhkannya. Saat kejadian itu menimpa kita, bagaimana perasaan kita? Kecewa, ya kan? Itulah yang saya katakan diawal sebagai naluri menolak sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi segeralah berusaha menerimanya. Ok, saya terima ini sebagai ketentuan Tuhan. Ini adalah bahasa Tuhan yang harus diterjemahkan dengan baik? Apa pesan yang ingin disampaikan Tuhan kepada saya. Apa ya? Di sinilah pencarian itu dimulai. Adakah hal-hal positif yang bisa saya lakukan untuk meresponnya. Mungkin ada kesibukan lain yang harus saya kerjakan yang saat ini terbengkalai. Mungkin ada orang yang kita abaikan dan membutuhkan perhatian? Mungkin ada amalan yang kita tinggalkan? Dengan memperhatikan lingkungan kita akan menemukan tindakan yang tepat untuk meresponnya. Jadi alih-alih menggerutu dan menyalahkan keadaan, kita justru melakukan tindakan yang positif dan itu membuat kita menjadi lebih produktif. Menggerutu itu membutuhkan energi. Melakukan tindakan juga membutuhkan energi. Tetapi sama-sama membutuhkan energi, menggerutu akan menghambat produktifitas kita. Iya kan? Sebaliknya, bila kita menerima di awal, respon kita akan membuat kita lebih produktif. Endingnya, lebih bagus yang ptoduktif bukan? 

Begitulah, semoga bermanfaat 



 

Senin, 14 Desember 2020

Trend Baru Dunia Millenial: Prank




Beberapa hari terakhir ini, entah mengapa saya kok tertarik membuka video yang muncul di media sosial. Ikon video itu tiba-tiba saja ada dan menggoda untuk dibuka. Padahal satu video saja tidak cukup dan itu sangat menguras waktu. 

Mulailah melihat fenomena yang sulit saya pahami. Apakah gerangan itu? Prank. 

Ternyata fenomena prank itu menjadi trend. Saya akan membuat definisi ala-ala saya setelah menyaksikan beberapa video yang beredar. 

Prank itu semacam perlakukan seseorang atau sekelompok orang yang niatnya menjahili dengan tujuan untuk bercanda. Misalnya menuduh seseorang mencuri. Suasana dibuat sedemikian rupa sehingga tuduhan itu berkesan sebagai sesuatu yang bukan candaan. Suasana terbangun sedemikian rupa sehingga yang tertuduh begitu terpukul. Bagaimana tidak, dia dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Dipuncak kepanikan si korban, mereka berteriak prankk sambil memeluk untuk menenangkannya. Dan merekapun tertawa bersama-sama. Mentertawakan wajah bengong sang korban yang segera setelah sadar ikut-ikutan tertawa. 

Ini hanya sebuah candaan. Benar-benar candaan. Untuk lucu-lucuan saja. Agar hidup tidak membosankan dan tidak tegang. 

Ada rasa yang mengusik dalam diri saya berkenaan dengan fenomena prank ini. Sayapun berselancar. Membaca beberapa artikel terkait dengan lelucon ini. Tidak sedikit ahli yang mengkritisi aksi ini. Dari beberapa ulasan, yang nengatakan bahwa fenomena ini berdampak buruk lebih banyak. 

Saya pribadi sampai saat ini sulit sekali menemukan alasan untuk bisa menerimanya. Saya mencatat beberapa hal yang menguatkan alasan saya untuk mengatakan no terhadap fenomena ini. 

Pertama. Korban prank akan sakit hati mendendam. Dia akan menyusun rencana untuk membalas orang yang nge-prank dirinya. Harus lebih kejam biar lebih seru. Di sini fenomena prank menimbulkan penyakit hati yang berdampak pada kehidupan sosial. 

Kedua. Fenomena prank menumbuhkan budaya bahagia di atas penderitaan orang lain. Semakin si korban terlihat menderita semakin lucu dan memuaskan penge-prank-nya. Tentu saja dalam hal ini akan melunturkan kepekaan dan empati. Tidak peduli apakah hal itu membahayakan orang lain, yang penting bahagia. 

Ketiga. Apa sih manfaat prank? Saya tidak melihatnya selain untuk memuaskan sekelompok orang saja. Puas dalam batas apa? Ya sudah, puas saja. Ibaratnya seperti membeli barang yang sangat mahal tetapi tidak ada yang bisa diambil manfaatnya dari barang tersebut. Mubazir. Menghabiskan tenaga, menguras energi dan mungkin juga biaya tetapi tidak seimbang dengan manfaat yang yang diterima. Eit tunggu dulu. Tapi konten prank menuai banyak like dan itu dapat menghasilkan banyak duit. Oh ya. Saya tidak membantahnya. Tetapi mendapatkan uang dengan nenyakiti orang lain adalah tindakan yang merendahkan martabat manusia, baik martabat korban maupun pelaku. 

Itu menurut saya sih.  


Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...