Rabu, 14 Oktober 2020

Mengingat Allah

Ini tentang mengingat Allah. Disarikan dari pengajian  Kyai Imron Jamil yang ditayangkan di Youtube. Saya memang sedang menemukan kembali kebiasaan yang sudah agak lama terlewat yaitu jalan pagi dan mendengarkan pengajian pagi. Dua kebiasaan itu terbukti memberikan dampak yang cukup berarti bagi jiwa dan raga saya. Itulah yang saya rasakan. Alhamdulillah. Saya tinggal mengulanginya dan semoga istiqomah. Aamiin.  

Dengan adanya Youtube, sekarang saya tinggal memilih, ingin mendengarkan siapa. Dan pagi ini saya memilih Kyai Imron Jamil. Bahsannya tentang Mengingat Allah. Saya menulisnya di sini dengan tujuan, pertama mengikat ilmu. Bukankah sahabat Ali pernah menasehatkan agar mengikat ilmu dengan menulisnya. Kedua, saya ingin menguatkan apa yang sudah saya pelajari. Saya berkeyakinan bahwa belum dikatakan belajar seseorang sebelum dia bisa mengkomunikasikan. Jadi ada tiga tahapan belajar menurut saya yaitu, mendengar/mengamati/ membaca, menganalisis dan mengkomunikasikan. Kalau hanya membaca belum tentu apa yang dibaca dibahami. Kalau hanya membaca dan menganalisis belum tentu analisisnya benar. Nah saat mengkomunikasikan inilah sebetulnya kita sedang menguatkan apa yang kita pahami. 

Baiklah. Bahasan kyai Imron hari ini adalah tentang mengingat Allah. Bahwa kita harus selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan dan kondisi. Setiap kejadian di alam ini atas kehendakNya. Apapun yang terjadi adalah kehendaknya. Manusia memaknainya dengan persepsi yang berbeda. Kesadaran bahwa segala sesuatu itu hanya terjadi karena Allah yang menentukan seperti halnya kita menyadari bahwa dalanglah yang menciptakan cerita yang diperankan oleh wayang. 

Saat melihat pagelaran wayang kulit, kita tahu bahwa dalanglah yang menggeraknya wayang, yang mengisi suara wayang sehingga seolah-olah wayang itu dapat berbicara dan bahkan dalanglah yang memberi komando kepada para penabuh gamelan kapan harus membunyikan gamelan. Dalam satu harmoni pagelaran wayang itu sedemikian kompaknya sehingga penonton melihat seolah-olah wayang yang bergerak dan musik berbunyi dengan sendirinya mengiringi pagelaran wayang itu. 

Kesadaran sebagaimana kesadaran saat melihat pagelaran wayang itulah yang seharusnya terjadi saat kita menyadari kehadiran Allah. Manusia adalah wayang dalam kehidupan yang diciptakan Allah. Karena keterbatasan cara pandanglah yang membuat manusia melihat segala sesuatunya itu berdiri sendiri. 

Contoh konkritnya begini. Dalam pandangan kita bekerja dan menjadi kaya adalah dua hal yang berkaitan. Selama ini kita dibelenggu dengan pemahaman bahwa bekerja keras (sebab) akan mengakibatkan manusia kaya. Benarkah begitu? Pada dasarnya kitalah yang membatasi pemahaman itu. Benarkah bila kita bekerja keras kita akan menjadi kaya? Bagaimana dengan orang yang bekerja keras tetapi tidak juga kaya? Bagaimana dengan orang yang tidak bekerja tapi kaya raya? Bukankah fakta itu ada dalam kehidupan nyata? Kita melihatnya dan jumlahnya tidak sedikit. 

Fakta-fakta tersebut hendaknya menyadarkan kita bahwa bekerja dan kaya adalah dua hal yang berbeda. Allah menentukan keduanya atas kehendaknya. Allah menghendaki keduaNya. Yang kita lihat sebab dan akibat sebetulnya adalah dua hal yang diciptakan Allah dan Allah menyandingkan keduanya. Keterbatasan akal manusialah yang membuatnya berpikir bahwa keduanya saling berkaitan. 

Jadi bagaimana kita seharusnya. Jangan mengurusi yang bukan menjadi urusan kita. Mentakdir itu hak Allah. Hak prerogatif. Tak ada kuasa bagi kita untuk memasuki wilayah itu. Kita hanya diwajibkan untuk mengisi setiap keadaan. Kalau Allah mentakdirkan kita miskin, apa tugas kita? Kalau Allah mentakdirkan kita kaya apa tugas kita. Kalau Allah mentakdirkan kita berilmu, apa tugas kita? Kalau saat ini kita menjadi orangtua, apa tugas kita? Kalau saat ini kita menjadi anak apa tugas kita? Itu saja. Cukup melakukan sesuatu sesuai SOP yang sudah Allah tentukan. Masalah hasilnya bagaimana, biarlah Allah saja yang mengatur. 

Itulah cara manusia mengingat Allah. Sepertinya tugas manusia akan menjadi semakin ringan karena banyak hal sudah diambil alih oleh Allah.  

Orang yang tidak menyadari kehadiran Allah, bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah adalah orang yang terhijab. Dia berada dalam kegelapan yang nyata. Bila kehilangan kesadaran itu berlangsung lama bisa menghilangkan keyakinan kita, bahkan bisa membuat kita kufur, naudzulillah. 

#ngajikyai

#Kyaiimronjamil

#belajar

#merenung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...