Selasa, 03 Agustus 2021

Rumah Kedua

Rasanya sih. Padahal bukan. Ha... Ha... 

Ini tentang sebuah tempat dimana saya melewatkan hampir sepertiga waktu yang saya miliki. Mulai jam tujuh pagi sampai jam setengah empat sore, setidaknya. 

Bagi sebagian orang mungkin berpikir, apa enaknya menghabiskan waktu di tempat ini. Tidak bisa leluasa. Kondisi terbatas. Tidak tersedia makanan. Tidak ada tempat berbaring bila tubuh merasakan lelah. Bahkan nih, ada yang mengatakan bahwa saya tidak bahagia di rumah. Ah, bodo amat kata orang. 


Mengapa saya kerasan berada di tempat ini? Iya, mengapa ya? Padahal semuanya serba terbatas. Apakah karena aturan yang mengekang saya? Bisa jadi sih. Tapi kok saya tidak merasa terkekang ya. Aneh. 


Ini bukan kali pertama. Bukan juga tempat pertama. Bukan. Dulu, kurang lebih tiga tahun yang lalu saya pernah mengikuti program pendidikan selama satu tahun. Tiga bulan penuh saya harus menjalaninya di tempat yang jaraknya berkilo-kilo meter dari rumah saya. Dan saya memilih menetap sementara, meninggalkan keluarga. Meskipun saya bisa tulak, tapi saya memilih untuk ngekos dan pulang di akhir pekan. 


Saat itu saya pikir. Halah, saya baru tinggal di tempat yang berjarak sekian kilo saja dari rumah. Nah yang beasiswa keluar negeri bagaimana. Bukankah itu lebih jauh lagi. 


Dan saya menikmati. Bagaimana bisa?  Karena saya berpikir setiap tempat itu menarik. Kenyamanan itu bisa kita ciptakan melalui pikiran kita sendiri. Jadi nyaman atau tidak itu terserah saya. Kalau saya mau, saya akan membuatnya nyaman di mana saya berada. Ya kan. 


Dan inilah rumah keduaku. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...