Senin, 08 Oktober 2018

Baik Saja, Tidak Perlu Merasa Baik



Jika diri Anda dan musuh Anda mulai sombong, maka Anda menempatkan diri Anda dalam bahaya. (Sun Tzu)

Bismillahirrohmanirrohim, 
Judul saya pada postingan kali ini saya kutip dari buku karangan Muhammad Rifa'i Rif'an yang berjudul : Bersahabat dengan Tuhan. Buku dengan sampul berwarna hijau cerah ini entah sudah berapa lama saya beli. Mungkin sudah satu tahun atau lebih. Tetapi saya baru saja sempat membacanya. Padahal bukunya cukup tipis. Hanya 135 halaman. 


Di salah satu bagiannya diberi judul seperti judul diatas, Baik Saja, Tidak Perlu Merasa baik. Isinya betul-betul jleb alias menohok. Penulis menjelaskan maksudnya. Ia mengajak kita untuk merenungi kejadian yang kita alami sehari-hari. Kita, atas karunia Illahi diberi kesempatan dan kemudahan untuk berbuat baik. Suatu waktu kita diberi kemudahan oleh Allah dalam menjalankan ibadah dengan baik. Shalat tertib dan khusyuk. Kita dimudahkan untuk berpuasa sunnah. Kita diberi kelonggaran rejeki dan dimudahkan untuk bersedekah. Itu semua baik. Tetapi yang membuat semuanya cacat adalah ketika kita merasa baik. 

Hal itu sering sekali terjadi pada kita, terlebih saya. Bahkan mungkin setiap hari, dengan atau tanpa kita sadari. Ketika Lombok, Palu, Donggala diguncang gempa, kita sebagai sesama hamba Allah berempati dengan menggalang dana untuk membantu korban bencana. Yang kita lakukan itu adalah sebuah kebaikan, inshaallah. Saking semangatnya kita membantu korban bencana, kita mengajak semua orang di sekitar kita untuk menyumbang juga seperti kita. Pada saat itulah kadang-kadang kita menilai diri sendiri berlebihan.  Kita merasa lebih dari yang lain. Kita dermawan, yang lain tidak. 

Di sinilah titik rawannya. Sering kita tidak menyadari telah tumbuh duri kcil dalam hati yang bisa merusak semua amal ibadah kita. 

Merasa lebih, ini masalah utamanya. Lebih baik dari orang lain. Lebih dermawan dari yang lain. Lebih alim dari orang lain, dan lebih-lebih yang lain. 

Merasa lebih berarti sombong. Padahal apalah kita. Tiada daya dan upaya yang kita miliki kecuali semua itu berasal dari-Nya. Hanya Dia yang pantas sombong. Dan Allah tidak berkenan pada orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan menegakkan kepala (sombong). 

Celakanya, merasa lebih itu tempatnya di dalam hati. Yang tahu diri sendiri. Kita bisa menutupinya hingga tak ada seorangpun yang tahu bahwa perasaan itu bersemayam di hati kita. Tetapi kita lupa bahwa Allah selalu mengawasi gerak-gerik kita baik yang terlahir maupun yang tidak terlahir. Baik yang kita lakukan maupun yang kita simpan dalam hati. 

Jadi, cukuplah baik. Jangan merasa baik. Ya Allah hanya kepadaMulah hamba berserah diri. 

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6



4 komentar:

  1. Benar banget cukuplah baik sudah cukup, jangan merasa baik

    BalasHapus
  2. Tulisannya sangat bermanfaat bu Endah, terima kasih sudah mengingatkan 😊

    BalasHapus
  3. Dalamnya hati siapa yang tahu ya .. semoga selalu dihindari dari sifat sombong dan tinggi. Hati

    BalasHapus
  4. makjleb banged mba..semoga kita dihindarkan dari hal yang kurang baik, aamiin

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...