Jumat, 31 Juli 2020

Ketika Hubungan Anak dan Orangtua Bermasalah


Mungkin banyak sekali ini terjadi, hubungan antara anak dan orangtua tidak harmonis. Saya, Anda dan banyak orang di luar sana. Padahal hidup kita ini seperti siklus. Kita pernah menjadi anak-anak, menjadi remaja, dewasa, orangtua muda, orangtua matang dan kembali menjadi anak-anak. Artinya kita mempunyai pengalaman bagaimana menjadi dia.

Anak menjadi musuh orangtua atau sebaliknya. Mengapa? Mungkin ini sudah menjadi garis takdir kehidupan. Bukankah sudah disebutkan dalam kitab suci bahwa manusia akan diuji dengan ketakukatan, kelaparan, kehilangan harta dan keluarga. Jadi bila hubungan anak dan orangtua tidak harmonis itu artinya anak sedang menjadi ujian bagi orangtuanya dan atau sebaliknya. 

Permusuhan antara anak dan orangtua mungkin lebih tepatnya diberi istilah pertentangan saja. Kesannya agak lunak, meskipun maknanya sama. Pertentangan ini karena ada perbedaan pemikiran juga karena beda sudut pandang. Si anak berpikir sesuai nalarnya, orangtua juga. Setiap pihak merasa paling benar pendapatnya. Seperti dua orang yang melihat benda dua sisi dari arah yang berlawanan. Mereka mengatakan apa yang dilihatnya, bukan apa yang dilihat lawannya. Jadi sampai maut merenggutpun mereka tidak akan berkompromi. 

Semua orangtua ingin anaknya bahagia. Deal. 

Apakah berarti orangtua boleh diam dan membiarkan anak mencari kebahagiaannya sendiri?. Semestinya tidak. Karena anak-anak baru memaknai kebahagiaan itu dalam pemahaman jangka pendeknya. Malas yang dimaknai  membahagiakan itu karena mereka memang belum merasakan dampaknya malas. Jadi kasihan juga bila suatu ketika nanti si anak mengalami hal buruk akibat kemalasannya dan itu tidak bisa diulang kembali. 

Masalah itu bisa dijembatani dengan komunikasi. Komunikasi yang efektif, yang membuat kedua belah pihak memahami apa yang dimaksud lawannya. Maksudnya, si anak paham bagaimana jalan pikiran orangtuanya dan orangtuapun paham bagaimana jalan pikiran anaknya. 

Hebatnya, setiap orang berpeluang untuk mempengaruhi orang lain. Orangtua mempengaruhi anak atau sebaliknya. Mempengaruhi di sini berarti mengajak orang lain mengikuti jalan pikirannya. Ada yang bisa, ada pula yang gagal. 

Maka ketika orangtua yakin bahwa pendapatnya benar dan yakin hal itu akan membahagiakan anaknya, dia harus belajar dengan serius ilmu mempengaruhi. Tentu untuk mempengaruhi anaknya. 

Ada fakta yang sering diabaikan oleh orang gagal mempengaruhi orang lain, yaitu ketika tidak ada kepercayaan. Orang sering lupa bahwa seseorang hanya dapat dipengaruhi oleh orang yang dapat dipercaya. 

Jadi syarat utama agar orangtua yang dapat mempengaruhi anaknya adalah orangtua yang dipercaya oleh anaknya. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...