Jumat, 07 Oktober 2022

Merefleksi Pembelajaran Berbasis Proyek

Hari ini masih ada dua kelompok yang belum mempresentasikan rencana proyeknya. Seharusnya sudah tuntas pada pertemuan lalu. Tetapi karena mereka belum mempersiapkan bahan presentasinya, maka terpaksalah mereka melakukannya hari ini. Selanjutnya, kelompok-kelompok yang sudah presentasi bekerja dalam kelompok untuk mengeksekusi proyek mereka. Topiknya adalah menangani limbah elektronika. Hampir semua kelompok memilih proyek dengan  mendaur ulang limbah elektronika. 

Hampir semua kelompok sudah mempersiapkan alat dan bahan dari rumah. Tetapi ada satu kelompok yang tidak membawanya. Mereka beralasan masih memperbaiki bahan presentasi mereka sehingga mereka tidak membawa alat dan bahannya. 

Kejadian seperti ini hampir selalu terjadi. Beberapa kali saya menggunakan pembelajaran berbasis proyek, selalu ada kelompok siswa yang tidak mematuhi alur belajar yang sudah ditetapkan. Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan yang harus ditemukan jawabannya. Beberapa alasan mungkin bisa diajukan. Diantaranya adalah: 

Pertama karena siswa kurang atau tidak memahami dengan baik target yang harus mereka capai dalam proyeknya. Pada pembelajaran sebelumnya sudah disampaikan kepada siswa bahwa tentang target yang harus dicapai oleh kelompok meskipun guru sudah mengulanginya beberapa kali. 

Kedua, tidak terbangun kerjasama yang baik dalam kelompok. Pembentukan kelompok proyek dilakukan sendiri oleh siswa. Mereka diberi keleluasaan untuk memilih sendiri orang-orang yang dianggapnya bisa diajak bekerja sama. Tidak seperti pembentukan kelompok pada sesi sebelumnya yang dipilihkan oleh guru. Alasan guru di sini adalah karena dalam melaksanakan proyek yang akan dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan, harus terbangun bonding diantara anggota kelompok. Pembentukan  bonding diantara mereka sangat menentukan kualitas kerjasama kelompok. Rasa saling percaya, rasa saling menghargai dan rasa saling membutuhkan menentukan bagaimana cara mereka bekerja. 

Ketiga, keputusan mereka dalam memilih proyek tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Pada saat mereka diberi tugas untuk melakukan identifikasi awal kemudian dilanjutkan memilih dan memilah informasi, siswa hanya asal mengerjakan tugas. Yang penting jadi! Yang penting dapat nilai. Terutama pada saat mengerjakan tugas baik individu maupun kelompok dimana mereka harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, mereka melakukannya asal-asalan. Asal ketemu sumbernya. Kalau itu dalam bentuk artikel (sepertinya) mereka tidak membacanya dengan teliti. Kalau informasi itu dalam bentuk video mereka tidak menontonnya sampai tuntas. Akibatnya mereka tidak mendapatkan pesan secara utuh. Sehingga ketika proyek sudah dipilih mereka kaget, loh kok begini? 

Guru harus memastikan apakah kemungkinan-kemungkinan itu benar atau hanya praduga guru saja. Maka guru harus melakukan assesment formatif. Assesment ini nantinya akan memberikan informasi tentang sejauh mana efektifitas kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung selama ini. Selanjutnya tentu saja guru harus mengidentifikasi sumber masalah yang dihadapinya. Setelah itu guru harus memikirkan cara untuk mengatasinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...