Minggu, 09 Oktober 2022

Cara Mengawetkan Cabe Bagi Pecinta Makanan Pedas

Apakah Anda suka makanan pedas? Yang merasa tidak asyik kalau santapannya tidak ada sensasi pedas? Sama dong!  Keluarga saya juga suka makanan pedas. Entahlah. Mungkin karena kami terlatih makan makanan pedas. Di keluarga kami  kalau masakannya tidak pedas ya harus ada sambal. Makan tahu saja harus pakai cabe. Ah pokoknya begitu deh. 

Itu sebabnya maka keberadaan cabe di rumah saya itu wajib ada.  Celakanya, harga cabai tidak pernah stabil. Tidak jarang harga cabai melambung tinggi sekali sampai hampir mencapai angka seratus ribu perkilonya. 

Harga cabai yang melambung tinggi itu  masalah bagi kami. Masalah lain, cabe itu mudah membusuk. Kalau pas harga cabe bersahabat, pengennya  beli banyak terus disimpan sebagai stok. Tapi cabe itu tidak tahan lama. Kalau tidak kering ya membusuk. 

Putar otak dong.  Mulailah mencari tahu tentang bagaimana cara mengawetkan cabe. Ada beberapa sih cara orang mengawetkan cabe. Ada yang diwetkan dalam bentuk cabe kering. Namanya cabe kresek. Sementara orang menjemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Cara lain dengan membuat serbuk cabe. Setelah kering kemudian dihaluskan. Ada juga yang mengawetkan dalam bentuk pasta. Dihaluskan dan dimasak sampai benar-benar matang kemudian dimasukkan botol-botol atau wadah yang kedap udara. Diantara cara mengawetkan cabe itu  saya menemukan cara mengawetkan cabe yang paling ideal, menurut saya. Yaitu dengan menjadikankan cabe beku.  

Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi bagaimana saya mengawetkan cabe dengan cara teknik frozzen yang mungkin bermanfaat bagi penyuka masakan pedas seperti kami. 

Biasanya, saya membeli cabai di saat harga cabai bersahabat. Kalau harganya menurut saya cukup murah, saya kadang membelinya dalam jumlah yang agak banyak. Kadang tiga-empat kilo. Jumlah itu cukup banyak bagi skala rumah tangga. 
Langkah pertama adalah mithili atau memisahkan tangkai dari buahnya. Sambil mithili, saya lakukan pemisahan. Saya pisahkan cabe yang merah merona dengan cabe yang merah-hijau. 
Langkah kedua mencuci bersih cabe dan memasukkannya ke dalam tas kresek kemudian mengukusnya. Mengapa harus dikukus? Menurut saya dengan mengukus itu nantinya cabe sudah dalam keadaan matang. Kalaupun ada bakteri yang menempel, bakterinya sudah mati. 

Pengukusan dilakukan selama minimal 25 menit. Untuk mengukus saya menggunakan pengukus atau dandang.  Saat mengukus, cabe-cabe itu saya masukkan ke dalam kresek yang terpisah antara cabe yang merah merona dan cabe yang masih setengah matang.  
Langkah ketiga adalah mendinginkan cabe setelah matang. Masih dalam tas kresek, cabe-cabe itu saya biarkan begitu saja sampai dingin. 
 
Langkah keempat adalah memasukkan cabe-cabe itu  ke dalam wadah plastik/ mika. Saya menggunakan wadah mika bekas yang sudah saya bersihkan. Selanjuynya adalah  menyimpan cabe berikut wadahnya  dalam freezer. Karena tersimpan di frezer, cabe-cabe ini akan mengeras seperti permen. 

Cabe siap dimanfaatkan. Memanfaatkannya sangat gampang. Kita tinggal mengambil secukupnya, sesuai kebutuhan. Kita bisa menghaluskan bersama bumbu-bumbu lain sebelum menambahkannya ke dalam masakan kita. Dimanfaatkan sebagai bumbu iris seperti saat kita membuat tumisan juga OK.  Agar tidak lembek, mengirisnya disaat cabe dalam keadaan keras. Bahkan bila suka bisa langsung dimasukkan ke dalam masakan dalam keadaan utuh. Semua bisa dilakukan dan tidak mengurangi rasa pedasnya. 

Dengan cara ini, cabe awet selama berbulan bulan. Setelah menggunakan cara ini, saya tidak pernah membuang cabe baik dalam keadaan busuk maupun dalam keadaan kering. Juga tidak panik saat harga cabe melambung tinggi.   

Bagaimana dengan Anda? Apakah juga mengawetkan cabe dengan cara yang sama dengan saya ataukah Anda menggunakan cara yang berbeda. Bila Anda belum pernah mengawetkan cabe dan tertarik dengan cara saya, silahkan mencoba. Boleh juga lo bila Anda ingin share  pengalaman Anda di kolom komentar.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...