Sabtu, 19 April 2025

Long Weekend: Bukan Libur Tapi Reset

Di bulan April tahun ini, ada long weekend. Tanggal 17, 18, dan 19—tiga  yang cukup panjang. Ini tidak biasa. Tiga hari bebas dari tekanan pekerjaan itu luar biasa. Sebagian orang pasti sudah punya rencana: ada yang berkunjung ke sanak famili, ada yang ke tempat wisata, atau sekadar hang out bersama teman dan kerabat.

Libur kali ini saya juga punya rencana: menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai. Baik pekerjaan yang berhubungan dengan dinas, maupun kegiatan sosial. Jadi seperti bukan libur, ya.

Tapi tidak apa-apa. Bagi saya, makna libur mungkin berbeda dengan makna libur bagi orang lain. Kalau libur itu dimaknai sebagai jeda dari pekerjaan rutin, iya. Tapi kalau libur berarti berhenti total dari aktivitas? Tidak juga. Justru seringkali saat libur saya melakukan lebih banyak hal dari biasanya—memasak makanan yang tidak sempat dimasak di hari biasa, beberes rumah, membaca buku, menulis, membuat perencanaan mengajar, menyusun soal, menghadiri undangan organisasi, mengikuti kajian, dan sebagainya. Intinya, apa pun yang tidak bisa saya lakukan di hari biasa, akan saya kejar di hari libur. Bisa kebayang, kan, seperti apa libur saya?

Itulah sebabnya, daftar pekerjaan saat libur harus lebih terpantau. Kalau bisa, libur selesai, pekerjaan juga selesai. Tapi ya, itu jarang terjadi. Biasanya tetap ada saja yang belum selesai.

Teman-teman  juga niteni jadwal libur saya. Jadi kalau mereka butuh kehadiran saya, seringkali mereka pas-paskan saat saya sedang libur. Jadinya ya begitu. Hari libur bagi saya bukan hari untuk istirahat, tapi hari untuk beraktivitas lebih dari biasanya.

Lalu kapan istirahatnya? Masak sih saya nggak istirahat sama sekali? Tubuh saya kan bukan mesin. Maka saya programkan tubuh saya untuk beristirahat kapan pun dibutuhkan. Tidur adalah bagian penting dari istirahat itu. Saya berusaha menjaga kualitas tidur saya, meskipun waktunya kadang singkat. Beberapa orang menahan diri untuk tidak tidur demi menyelesaikan pekerjaan. Nah, kalau saya tidak. Kapan pun tubuh saya butuh tidur, ya saya tidur.

Istirahat berikutnya adalah istirahat pikiran. Aktivitas pikiran itu tak kalah sibuknya dengan tubuh. Kalau tidak percaya, coba renungkan baik-baik. Apakah pikiran Anda pernah benar-benar beristirahat? Pikiran kita bekerja setiap saat, bahkan lebih keras dari tubuh. Bahkan ketika kita tidur, pikiran masih bekerja. Karena itu saya merasa penting juga mengistirahatkan pikiran saya. Saya luangkan waktu sejenak tanpa memikirkan apa pun. Kadang saya numpang istirahat itu di saat shalat. Shalat memang disetting untuk beristirahat dari memikirkan dunia yang melelahkan. Tapi jujur saya tidak selalu bisa melakukannya. Kadang saya juga mengistirahatkan pikiran pada saat yoga. Melakukan gerakan ringan dengan mendengarkan musik lembut itu sangat menenangkan. 

Long weekend memang tak selalu berarti pelesiran. Bagi saya, ia adalah ruang untuk menata ulang, menyelesaikan yang tertunda, dan memberi jeda bagi tubuh dan pikiran. Meski tidak semua selesai, setidaknya saya tahu saya sudah memberi waktu untuk diri saya sendiri—dengan caranya sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Undangan dari Langit

Dua puluh empat tahun yang lalu Suara riuh rendah para pengantar calon jemaah haji memenuhi halaman rumah limas kami. Hari ini, ayah mertuak...