Sabtu, 06 Oktober 2018

Buah randu


Bismillahirrohmanirrohim,
Setiap hari saya melewati jalan yang sama. Normalnya dua kali sehari. Saat berangkat dan pulang kerja. Jalan ini bukan jalan utama sebenarnya. Orang bilang, jalan trabasan. Jalan kampung yang penuh lubang. Sebetulnya sudah pernah dilakukan pengaspalan, tetapi secara asal. Tanpa saluran air yang baik di kiri dan kanan jalan, membuat jalan tersebut mudah tergerus oleh air hujan.



Saya memilih jalan ini karena memperpendek jarak antara rumah saya dengan tempat saya bekerja. Jalan ini membelah kampung dan persawahan. Kurang lebih satu kilometer saya disuguhi pemandangan yang menyejukkan mata. Sawah di kiri kanan jalan dengan tanaman padi atau tanaman palawijo. Saya juga akan melewati jembatan desa dengan sungai yang curam. Di salah satu sisi jembatan, saya sering melihat orang menambang pasir. Rupanya sungai ini menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar.

Hampir di ujung jalan juga ada sungai kecil. Tempatnya di permukaan atas. Airnya  mengalir deras. Diantara kedua sungai tersebut terbentang lahan pertanian. Posisinya lebih datar.

Sejak mengenal dan mengakrabinya, saya sadar bahwa banyak cerita di sana. Biasanya, sambil mengendarai sepeda motor, otak saya ke mana-mana. Kadang-kadang sambil merencanakan apa yang harus saya lakukan di sekolah nanti. Kadang sambil memikirkan siapa orang yang akan saya temui hari itu. Kadang saya bersholawat, bahkan saya pernah juga sepanjang jalan menghafal poin-poin yang akan saya sampaikan sebagai pembina upacara.

Hari ini, ketika melewati jalan yang sama saya melihat ada orang memanen kapas randu di pinggir jalan. Pohon randu yang tumbuh di pinggir jalan itu sudah tua. Pohonnya besar. Kalau musim kemarau begini, daun randu meranggas, menyisakan buah randu yang sudah tua. Buah-buah randu berisi kapas.

Di desa kami, kapas-kapas itu digunakan sebagai pengisi kasur dan bantal tradisional. Tapi sekarang bantal dan kasur diisi dacron. Kapas dari buah randu tidak lagi penting bagi masyarakat modern.

Batang pohon randu, sekalipun besar dan kokoh tetapi ringan dan rapuh. Tidak cocok digunakan untuk bangunan. Biasanya pohon randu dijadikan papan dan digunakan tukang untuk pengecoran. Kegunaan lain pohon randu adalah sebagai rangka pada pengemasan barang dan kayu bakar. Jadi harganya murah.

Tapi bukan berarti pohon randu ini tidak ada manfaatnya. Saya mencoba browsing dan mendapatkan informasi tentang pohon ini. Semuanya, dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan kulit batangnya dapat dimanfaatkan. Sungguh, tidak ada yang sia-sia apa yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini. Tentu saja hanya bagi orang-orang yang berpikir.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6




10 komentar:

  1. Luar biasa bu Endah, senang membaca tulisan ibu 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mbak. Yo gini ini lo yang bikin saya semakin bersemangat menulis.
      Tulisan mbak Evita juga luar biasa.

      Hapus
  2. Mba, siapa yang diakrabi? Penisirin aku hehehe...kangen sama pohon randu. Baca tulisan mbak seperti nostalgia masa lalu. Dulu ngonthel ke sekolah, lewatin sawah, kiri kanan banyak pohon randu. Pas lagi mlethek itu buah randu kapuknya ke sana-sini.

    BalasHapus
  3. Jalannya mbak. ha... ha... Sepertinya pemilihan kata saya tidak tepat

    BalasHapus
  4. Saya suka kasur kapuk daripada kasur dakron. Lebih mantap dan tahan lama.

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...