Senin, 15 Oktober 2018

Merintang waktu

Ketika kau melakukan usaha mendekati cita-citamu, di waktu yang bersamaan cita-citamu juga sedang mendekatimu. Alam semesta bekerja seperti itu. (Fiersa Besari)

Bismillhirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, akhirnya perjalanan saya berakhir. Kami sampai di depan hotel sekitar tengah hari. Segera setelah cek in, kami masuk kamar, istirahat.

Hari ini,  saya berkejaran dengan kesempatan. Jadwal pendaftaran Simpak online dimulai jam 07.00. Sementara travel yang akan membawa saya ke Sidoarjo mengharuskan saya siap dijemput kurang dari jam 08.00.



Sungguh, sejak semalam saya galau tingkat dewa. Dua hal yang harus dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Semuanya sama-sama penting.

Di saat menghadapi masa-masa genting seperti ini saya ingat kata bijak dalam buku M Rifa'i Rif'an. Lakukan yang kamu mampu, sisanya biar Tuhan yang mengurus. Pesan yang disampaikan oleh kalimat itu sangat dalam.

Siapalah kita? Apa yang bisa kita lakukan tanpa pertolongan-Nya. Saya pernah, bahkan sering mengalaminya. Dua minggu ini saya diteter pekerjaan yang tumpang tindih.

Dua minggu yang lalu misalnya, saya terlibat dua kegiatan besar yang menuntut tanggungjawab saya. Selain itu di rumah kami terima yasinan*.  Ketiganya berlangsung dihari yang sama.

Saat itu, awalnya saya panik. Ketiganya tak mungkin ditunda. Saya bingung bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang saling tumpang tindih. Tangan saya hanya dua. Saya bukan tipe orang yang multitasking. Dalam kepanikan, kebingungan dan keputusasaan saya pasrah. Saya teringat kalimat itu. Biarlah saya lakukan yang bisa saya lakukan saja. Yang lain biarlah Allah yang urus. Bismillah.

Saya mulai dengan membuat daftar pekerjaan. Ternyata banyak sekali pekerjaan yang harus saya lakukan. Saya lakukan apa yang saya bisa. Yang tidak bisa saya lakukan, saya berikan ke suami dan ada sebagian harus ke orang lain.

Saat itu yang sangat mengganggu adalah kekhawatiran. Jangan-jangan nanti begini, jangan-jangan nanti begitu. Pada saat rasa itu datang saya halau dengan berserah diri. Saya berusaha tetap fokus pada apa yang bisa saya lakukan. Satu persatu pekerjaan saya selesaikan. Kemudian saya delete bisa pekerjaan itu sudah selesai. Kemudian saya  berpindah ke pekerjaan yang lain. Selesai delete, kerjakan yang lain, selesai delete. Begitu seterusnya.

Tak terasa, banyak pekerjaan berkurang. Teman-teman juga proaktif, menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya dengan baik. Monitoring berjalan lancar. Pertemuan MGMP berjalan lancar, yasinan juga lancar. Kekurangan kecil di sana-sini wajarlah. Bisa dimaklumi.

Minggu ini hal yang sama berulang lagi. Tapi saya sudah mulai tenang. Saya tahu apa yang harus dilakukan. Stop panik. Daftar pekerjaan yang harus dilakukan. Mulaikan dari yang paling penting. Selesai, berpindah ke pekerjaan yang lain. Fokus pada apa yang harus kita kerjakan bukan mempermasalahkan hal-hal sulit yang tidak bisa kita kerjakan. Selebihnya berserah diri, berharap pada pertolongan Allah. Lihatlah, tangan-tangan Allah bekerja menyelesaikan semuanya.

*sekelompok orang membaca surat yasin dan tahlil bersama-sama. Tempatnya bergiliran diantara anggota Keluarga yang mendapat giliran, menjamu makanan sekedarnya.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

4 komentar:

  1. Lakukan yang kamu mampu, sisanya biar Tuhan yang mengurus

    BalasHapus
  2. Keren bunda, memang kita kadang berkutat dengan kepanikan padahal semua pasti selesai. Bunda kata ulang jangan-jangan belum ada tanda hubung ya. Coba cek lagi terlewat seperti nya.

    BalasHapus

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...