Jumat, 08 Februari 2019

Mengambil pelajaran dari cerita


Alhamdulilah, akhirnya hari ini saya menyelesaikan tugas baca. Kini saatnya menuliskan apa yg saya peroleh dari buku itu, Ayahku (Bukan) Pembohong, karya Tere Liye.

Dengan tebal halaman duaratus sembilanpuluh sembilan halaman, novel itu terbilang bukan novel istimewa. Sebagai karya bergenre fiksi tentu halaman sebanyak itu adalah hal yang biasa.

Secara keseluruhan novel ini menarik. Pesan penulis sampai pada pembaca meskipun untuk itu pembaca harus berpikir sedikit lebih keras.



Cerita dalam novel ini mengisahkan Dam, seorang laki-laki, yang dididik dan dibesarkan dengan dongeng. Ayahnya, seorang pegawai rendahan, menanamkan nilai-nilai kehidupan dan membangkitkan motivasi melalui cerita.

Cerita ayah Dam tidak sama dengan cerita-cerita pengantar tidur pada umumnya. Cerita Ayah Dam begitu nyata, tepatnya diceritakan seolah-olah nyata, di mana ayah Dam menjadi bagian dari lakon cerita itu.

Dalam vovel ini ada banyak cerita yang membawa pesan moral bagi pembaca. Setidaknya saya mencatat beberapa point yang begitu kuat mengait kesadaran, diantaranya,

Cerita adalah media yang efektif untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak-anak

Point ini saya dapatkan ketika saya masih membaca seperlima bagian dari novel ini. Membentuk sebuah pribadi dapat dilakukan dengan cara bercerita. Anak-anak suka cerita, suka fantasi, suka hal-hal heboh meski seringkali tidak masuk akal. Jadi untuk para orangtua yang ingin menanamkan karakter harus sering-sering bercerita kepada anak-anaknya. Karakter dapat ditanamkan  melalui cerita.

Ayah dan Anak laki-laki
Novel ini menceritakan tentang hubungan antara ayah dan anak laki-laki. Kedekatan ini bukan terjadi begitu saja melainkan dibangun dengan kesungguhan dan kerja keras. Hubungan yang baik (meski diakhir cerita ini ada konflik antara keduanya) antara anak dan kedua orangtuanya akan membekas dalam kehidupan seseorang.

Pendidikan yang membebaskan
Dalam novel ini diceritakan tentang akademi gajah. Sebuah sekolah setingkat SMA yang menerapkan “pendidikan yang membebaskan" yaitu pendidikan yang menerapkan apa yang dipelajari. Pendidikan impian, di mana anak-anak memilih sendiri kelasnya. Dengan memilih sendiri, maka mereka akan bersungguh-sungguh menjalaninya. Sistim pendidikannya juga memberi keleluasaan kepada anak-anak untuk menunjukkan kemampuannya.  

Cerita tentang bahagia
Ini adalah pesan moral terpenting dari buku ini. Bahagia. Ketika seseorang mempertanyakan arti bahagia, mereka membuat simpulan yang berbeda antara satu dan lainnya. Pernah dengar kan orang mengatakan: bahagia itu sederhana, cukup melihat langit saat senja hari. Kalimat ini disampaikan oleh orang yang sedang merasa damai saat melihat langit di senja hari. Nanti ada lagi orang yang mendefinisikan bahagia pada situasi yang berbeda. Maka sepuluh atau seratus orang mendefinisikan bahagia dalam konsep yang berbeda. Masalahnya apakah bila seseorang keluar dari situasi konsep bahagia dia masih bisa bahagia?

Pesan dari cerita tentang kolam sang sufi pada novel ini memberikan pemahaman yang berbeda tentang bahagia. Bahagia itu dikendalikan oleh hati. Orang yang merasa senang (bahagia) bila mendapatkan sesuatu dari luar dirinya berarti bahagianya bersumber dari luar. Maka kebahagiaannya dikendalikan oleh situasi. Hatinya mudah keruh dan kotor. Dengan kekuatannya, ia tak akan mampu menyesuaikan dengan pihak luar untuk mendapat kebahagiaan.

Bahagia dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu mengambilnya dari dalam diri sendiri. Sumber bahagia adalah diri sendiri. Seperti danau yang sumber airnya berasal dari mata air. Air danau itu tak akan pernah habis karena terisi oleh dirinya sendiri. Air itu akan terjaga kejernihannya sepanjang masa. Itulah sumber bahagia.
Merasa bahagia adalah pilihan. Ketika kita merasa cukup dengan apa yang kita peroleh, selalu bersyukur, melakukan hal-hal baik dan menularkan kebaikan kepada orang lain maka kebahagiaan itu mudah didapatkan. Dia berasal dari diri kita bukan dari luar diri kita.  

Itulah pelajaran yang saya ambil dari novel karya Tere Liye. Hari ini, apa yang sudah anda baca?


7 komentar:

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...