Minggu, 05 Januari 2020

Tentang Sebuah Kejadian


Hari-hari yang kita lewati adalah rentetan kejadian. Dari pagi sampai petang, malam dan kembali ke pagi lagi. Ada kejadian yang menyenangkan karena pas dengan apa yang kita inginkan. Ada kejadian yang tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.



Intinya, kitalah pengendalinya. Kitalah yang menyetting tentang makna sebuah kejadian. Sederhananya, kira-kira begini. Kalau kita nggak suka berarti buruk. Sebaliknya kalau kita suka berarti baik. Padahal, kalau kita renungkan dan kemudian kita bertanya pada diri sendiri: apakah benar selama ini kita yang mengendalikan semua kejadian yang kita alami. Tidak. Sama sekali tidak.

Kita tidak suka hari ini hujan (karena berencana keluar) eh ndilalahe hujan. Deras pisan. Banjir pisan. 

Okelah kita bisa berusaha, merencanakan, mengatur sesuai keinginan kita, tetapi tetap saja kita bukan pengendalinya.

Terus, ketika sebuah kejadian buruk menimpa kita, kita mau protes? Ya monggo. Silahkan. Tapi. Wong cuma protes saja. Gak ada yang melarang. Semakin kuat protesnya, semakin kita merasa berat dan menyakitkan. Cobalah kalau tidak percaya.

Kalau kita percaya Allah pengendali semuanya dan Dia maha baik, ya sudah berprasangka baik saja.

Seperti yang sering kita dengar ngendikane para alim, bahwa Allah punya buanyak cara untuk mengasihi kita. Bisa melalui anugerah kejadian yang menyenangkan kita atau kejadian yang tidak menyenangkan kita.

Mungkin kita termasuk makhluk yang bebal. Tidak peka hanya dengan isyarat lemparan kerikil. Harus ditimpuk batu besar, baru ngeh.
Bisa jadi Allah menyapa karena kita tidak menyadari kehadiranNya.

Sudahlah, apapun kejadiannya kita terima saja. Karena ya tidak ada cara lain selain menerima. La wong tidak menerimapun, kalau sudah mauNya ya terjadi kok.

Jadi sembari merenungi apa yang terjadi, mari kita mencari hikmah dibalik setiap kejadian.
Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk untuk kita semua. Kalau kita salah semoga diampuni kesalahan kita. Kalau kita lemah semoga dikuatkan. Kalau kita cenderung kepada keburukan semoga diluruskan.

Arep piye neh, wong isane mung ngono kui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...