Sabtu, 19 Juni 2021

Sekolah Inklusif Fasilitas Merdeka Belajar bagi PDBK

Istilah ini, jujur agak-agak baru bagi saya. Beberapa kali mendengarnya tetapi belum ngeh.  Saya hanya menduga-duga saja. Satu dua kali membaca, istilah ini dikaitkan dengan anak berkebutuhan khusus. 

Semakin penasaran, ketika saya tahu ada kelas bimtek seri inklusif di guru belajar. Tak ada salahnya kan mencoba ikut. Tambah-tambah wawasan lah. Siapa tahu ada yang bisa di aplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Yah, siapa tahu. 
Setelah mengikuti bimtek yang super dalam waktu 8 hari, benar wawasan saya bertambah. Pertama tentang makna sekolah inklusif. 
Sepemahaman saya, sekolah inklusif itu adalah sekolah reguler yang menerima siswa berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusif, siswa berkebutuhan khusus ini tidak hanya sekedar diterima asal terima begitu saja melainkan dipenuhi kebutuhannya. Artinya siswa berkebutuhan khusus ini di sekolah inklusif mendapatkan pelayanan yang khusus sesuai apa yang dibutuhkan. Keren kan.

Dibalik kata keren itu terbayang oleh saya bahwa guru di sekolah inklusif ini harus memiliki kemampuan dalam menangani siswa berkebutuhan khusus di kelasnya. Iya donk. Kan siswa berkebutuhan khusus karakteristiknya berbeda dengan dengan siswa reguler. Semakin kepo deh. 

Setelah mengikuti pembahasan tentang keberagaman peserta didik saya jadi melek. Anak berkebutuhan khusus itu sejatinya ada di sekitar kita. Di sekitar saya. Di kelas saya. Karena siswa berkebutuhan khusus itu  adalah siswa yang mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kalau saya renungkan, siswa yang mengalami hambatan ini selalu ada di setiap kelas saya. Nah loh. 

Ada kan siswa yang terlihat murung karena merasa berbeda dari temannya. Mungkin berbeda karena fisiknya, mungkin karena berbeda kemampuannya atau karena berbeda kehidupan sosialnya. Kalau perbedaan itu terlalu menyolok, tidak tertutup kemungkinan dia akan jatuh dalam perundungan (bulliying). 

Di sinilah pentingnya guru melakukan identifikasi di awal saat guru menerima siswa baru. Mengidentifikasi berarti menemukenali karakteristik siswanya sejak awal. Setelah menemukan dan mengenali adanya "sesuatu" guru kemudian menandai keberadaan siswa berkebutuhan khusus di kelasnya. Hal ini sangat penting dilakukan oleh semua guru. Karena dengan mengetahui keberadaan siswa berkebutuhan khusus guru dapat menentukan perlakukan yang sesuai kepada siswa tersebut. Perlakuan yang sesuai ini dimaksudnya untuk memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut. Bahkan bila perlu, guru dapat melakukan perubahan atau penggantian kurikulum agar siswa berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman. 

Nah betulan keren kan. 

Bila pendidikan inklusif ini benar-benar dipahami oleh semua pihak (guru, masyarakat dan orangtua) maka peserta didik berkebutuhan khusus akan benar-benar merdeka. Mereka mendapatkan layanan sesuai kebutuhan dimanapun mereka berada. Mereka tidak harus meninggalkan kediamannya dan mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka juga aset bangsa kan. Bahwa Tuhan pasti membekali  setiap manusia dengan kompetensi untuk mempertahankan kehidupannya, tentu inipun berlaku pada anak berkebutuhan khusus. Untuk menemukan kompetensinya itulah diperlukan sekolah inklusif, diperlukan guru-guru yang menghargai keberagaman dan mau mengulurkan tangan. 

2 komentar:

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...