Minggu, 20 Maret 2022

Mengapa Kurikulum Harus Berubah?

Kurikulum Berubah Lagi?

Yah kurikulum memang akan berubah lagi. Anda pasti sudah sering mendengarnya. Beberapa ahli memperbincangkan melalui media social. Kemdikbud sebagai lembaga yang dalam hal ini sangat berkepentingan sudah beberapa kali membuat video sosialisasi berkaitan dengan kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum 2013.

Sesuatu yang baru sudah pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Sebagai pelaku pendidikan, sama seperti banyak orang,  saya juga bertanya-tanya mengapa kurikulum perlu berubah. Pertanyaan ini lebih kepada mencari alasan mengapa harus dilakukan perubahan di sini. Apakah perubahan ini nantinya akan benar-benar dapat memperbaiki keadaan ataukah hanya berhenti pada slogan

Alasan utamanya, menurut saya, adalah karena murid sebagai subyek kurikulum memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan karakteristik murid (bahkan) lima tahun yang lalu. Perkembangan teknologi berkembang sangat pesat. Disrupsi informasi sangat luar biasa masifnya. Setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik kita semua (termasuk murid) mendapatkan informasi tentang apa saja. Informasi tanpa filter. Antara informasi yang benar dan informasi yang tidak benar tumpeng tindih sehingga terlihat bias. Sangat besar kemungkinan murid kita kebingungan memahami banyaknya informasi yang mereka terima. Apalagi bila informasi tersebut tidak sama dengan informasi yang mereka peroleh dari gurunya.

Lalu apa hubungannya, berkembangnya teknologi dengan perubahan kurikulum? Sebagaimana kita tahu, kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Analogi jantung di sini adalah suatu gambaran betapa pentingnya peran dan fungsi kurikulum dalam dunia pendidikan. Jantung bagi tubuh adalah organ yang sangat penting. Tugasnya memompa darah sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh, mensuplay oksigen agar setiap sel tubuh kita tidak kekurangan oksigen.

Demikian pula kurikulum dan konteks dunia pendidikan. Kurikulum sangatlah kompleks dan multi dimensi. Secara sederhana, kurikulum menjadi penuntun jalan bagi seorang murid dari awal hingga akhir dalam mencapai kompetensi yang dia butuhkan agar dapat berkontribusi positif dalam kehidupannya. Baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Baik dalam skala lokal, nasional maupun global.  Bagi guru, kurikulum menjadi panduan untuk menuntun siswa mencapai tujuannya.

Itulah sebabnya maka acuan kurikulum adalah murid. Bagaimana kondisi murid, apa yang ingin dipelajari murid, kompetensi apa yang dibutuhkan murid, bagaimana cara yang tepat bagi murid untuk menjapai tujuannya adalah hal-hal mendasar yang menjadi aspek penting dalam pengembangan kurikulu.

Pertanyaannya, apakah kurikulum yang ada sudah mengakomodir semua aspek-aspek penting tersebut? Mari kita kupas satu persatu.

Yang pertama adalah muatan atau konten dalam kurikulum kita saat ini sangat banyak. Murid dituntut untuk mempelajari banyak hal, tidak peduli apakah itu mereka inginkan dan mereka butuhkan atau tidak. Bukan hanya jumlah mata pelajaran, muatan-muatan dalam pelajaran yang dijabarkan dalam KD-KD terlalu banyak dan melebar. Di sini, siswa menjadi ambyar atau kurang focus dengan apa yang sebetulnya mereka butuhkan. Tuntutan menuntaskan muatan kurikulum menjad siksaan bagi guru dan murid.

Dan yang kedua adalah tuntutan kurikulum yang membatasi ruang satuan pendidikan dan guru untuk mendesain kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi ligkungan di mana mereka berada. Pada kurikulum yang lalu, kompetensi dasar ditentukan dengan rinci dan diberlakukan sama untuk semua satuan pendidikan tanpa mempertimbangkan kondisi dan lingkungan di mana satuan pendidikan berada.

Karena acuan kurikulum adalah murid, maka pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan kebutuhan murid, bukan mengabaikannya. Bukan berarti kurikulum yang ada kurang baik. Bukan! tetapi perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi murid saat ini dan tuntutan masa depan. 

Jadi, wellcome  kurikulum merdeka.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling sering dilihat

Mental block

Selasa pagi, Maret 2024 Tulisan ini saya tulis sambil menunggu waktu. Eh waktu kok ditunggu. Salah ya. Seharusnya waktu dimanfaatkan sebaik-...