Ahad Pagi, 27 April 2025
Masjid Al Muhajirin
Pagi ini, kami masih melanjutkan kajian bersama Ustadz Makhrus Shodiq membahas bab Shalat dari Kitab Tanbih Al-Ghofilin.
Ustadz Makhrus menyampaikan bahwa salah satu sahabat Nabi menceritakan sabda beliau ﷺ tentang seburuk-buruk pencuri. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya. Ketika para sahabat bertanya, "Siapa orang yang mencuri dalam shalat, wahai Rasulullah?" Nabi ﷺ menjawab, "Yaitu orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya."Beliau kemudian menekankan pentingnya tuma’ninah (tenang sejenak) dalam rukuk dan sujud. Hal ini termasuk dalam rukun shalat. Seperti yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dalam kajian fikih bersama Ustadz Hali, bahwa rukun shalat berjumlah tiga belas. Jika salah satu dari rukun tersebut tertinggal, maka shalat menjadi tidak sah.
Di antara rukun tersebut adalah rukuk dan sujud yang dilakukan dengan tuma’ninah. Maka, siapa yang tidak melakukan rukuk dan sujud dengan benar, dialah yang dimaksud sebagai pencuri dalam shalatnya, sebagaimana sabda Nabi.
Selanjutnya, Ustadz Makhrus mengutip riwayat dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu:
"Shalat itu adalah miizan (timbangan/ukuran) seseorang. Barang siapa yang menyempurnakan shalatnya, maka ia telah menyempurnakan timbangannya. Barang siapa yang menguranginya, maka Allah berfirman:
'Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.' (QS. Al-Muthaffifin: 1–3)"
Shalat adalah timbangan seorang muslim. Jika shalatnya tidak sempurna, maka timbangannya pun kurang. Sebaliknya, jika shalatnya sempurna, maka timbangannya sempurna di sisi Allah. Orang yang shalatnya tidak sempurna, diumpamakan seperti pedagang yang menipu dalam timbangan — hanya saja, dalam hal ini, dia menipu dirinya sendiri.
Kalau dipikirkan, siapa lagi yang menipu dirinya sendiri selain orang yang bodoh?
Padahal dalam Surat Al-Muthaffifin, Allah mengancam orang-orang yang curang dengan kecelakaan besar (wail).
Naudzubillahi min dzalik.
Karena itu, Ustadz Makhrus mengingatkan agar kita mengerjakan shalat dengan ikhlas dan sepenuh hati. Kecerobohan dan ketergesaan dalam shalat sering kali membuat kita kehilangan kekhusyukan dan ketenangan. Sedangkan beribadah, apalagi shalat, memang butuh usaha dan kesungguhan — dilakukan dengan keimanan yang kuat.
Ustadz Makhrus juga mengutip hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Seandainya mereka tahu keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak.”
(HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Memang benar, dua shalat tersebut — Isya' dan Subuh — terasa berat bagi banyak orang.
Setelah Maghrib, biasanya kita disibukkan dengan pekerjaan atau aktivitas lain. Ketika tiba waktu Isya', kadang pekerjaan masih "nanggung", belum selesai. Jika diteruskan, kita sering terlambat atau bahkan mengabaikan shalat Isya.
Begitu pula shalat Subuh. Saat tubuh masih nyaman dalam hangatnya selimut, terasa berat untuk bangun. Adzan terdengar, tapi keinginan untuk menunda sering lebih kuat — hingga akhirnya kesiangan.
Padahal, shalat Isya dan Subuh memiliki keutamaan luar biasa.
Kalau saja kita benar-benar tahu keutamaannya, tentu kita akan berlomba-lomba untuk mendirikannya, bahkan rela datang ke masjid meski harus merangkak sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ.
Mengapa kita malas mengerjakannya?
Karena kadar keimanan di dalam hati belum kuat.
Kata Ustadz Makhrus, semangat dalam shalat sangat bergantung pada kadar iman. Semakin kuat imannya, semakin besar semangatnya untuk menunaikan shalat. Sebaliknya, bila imannya lemah, maka ia akan malas dan cenderung meremehkan shalat.
Bismillah, semoga Allah menjaga kita dari sifat kemunafikan dan melembutkan hati kita untuk selalu bersegera dalam mendirikan shalat dengan ikhlas dan khusyuk.
Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar